Aku menatap Devan tak percaya. Seakan dunia ku runtuh saat itu juga. Aku mendongak lalu tertawa pelan.
"Haha..dia di mana?" Aku bertanya pelan. Devan menghela nafas nya panjang. Aku menatap nya cepat lalu tersenyum simpul.
"Aku mau ketemu sama Aidan?" Devan menatap ku dengan raut yang tak bisa aku baca. Ia menggeleng pelan. Kami segera beranjak dari duduknya.
"Gue cuma mau bilang kalo Aidan sudah siap buat mati!"
"Kamu mau ngapain?" Aku berniat mengejar nya namun sebelum itu Devan menatap ku dan berbalik. Ia tersenyum meremehkan lalu menggerakkan tangannya dengan mudah.
"Kehancuran yang pasti tentu saja! Dia musuh keluarga kita!"
"Jangan Devan." Aku memegang tangannya dengan erat. Namun tak ada balasan darinya, aku mendongak lalu menatap nya dengan sendu.
"Aku nggak mau Aidan pergi?"
"Ya! Dia harusnya mati di tangan gue! Tapi sialnya Lo malah suka sama dia!"
"Maaf Devan." Aku meringis pelan merasa bersalah padanya. Devan melepaskan pegangan tangan ku lalu berjalan menjauh. Aku menghela nafas pelan. Aku tak ingin terjadi hal apapun pada Aidan. Dia terlalu berharga untukku. Walau aku terlihat sangat jelas salah tapi hati ku tak bisa mendustakan semua yang ada di dalam hatiku.
"Aku harap kamu baik baik aja Aidan."
_______
Sudah sore. Aku duduk di balkon dengan secangkir teh hangat yang berada di tangan ku. Aku sesekali menatap taman yang ada di bawah balkon ku. Aku tersenyum tipis. Sebenarnya aku sangat menyukai taman ini tapi entah sejak kapan aku tak lagi tak bisa merawat nya.
"Vina!" Teriak kan lantang itu membuat ku menoleh, aku dengan cepat membuka pintu kamar dan tersenyum tipis pada mama.
"Kenapa ma? Ada sesuatu?" Aku berniat untuk menutup pintu setelah aku keluar dari kamar. Aku menatap mama sekilas ia tampak menimbang- nimbang ingin bilang sesuatu.
"Kenapa ma?"
"Oh ini? Mama mau pergi sebentar ya? Kamu nggak papa kan kalo sendiri?" Aku mendongak berniat untuk berpikir, aku menunduk lagi lalu tersenyum kecil.
"Nggak papa kok ma, Vina udah banyak biasa." Aku mengangguk angguk, melihat kearah mama ia tampak menatapku dengan sorot yang sulit di artikan.
"Kamu yakin? Kalo mau ikut aja ya? Temenin mama juga?"
"Nggak ma, aku nggak papa." Mama tampak mengangguk ia menghela nafas panjang lalu tersenyum tipis. Aku mengangguk dengan pasti berharap mama tak perlu lagi terlalu khawatir dengan banyak hal.
"Oke! Mama berangkat sekarang? Nanti malam atau besok malam pulang nya.""Devan ikut?" Aku bertanya pelan. Mama tampak berpikir sebentar lalu menjawab cepat.
"Dia bikin Mama kesal! Masa dia malah kabur sama temen temen nya dan nggak bakal pulang dalam beberapa hari." Aku yang mendengar nya hanya tertawa pelan. Mama tampak cemberut. Wajahnya terlihat sangat kesal. Aku tersenyum tipis lalu mendekat sebentar.
"Hati hati ya ma." Aku memeluk erat, saat itu aku merasakan sebuah ketegangan terasa di tubuh mama. Aku meringis pelan. Aku seperti nya bersikap terlalu akrab. Selama ini aku tak pernah memeluknya. Dan seperti sekarang ini, aku ternyata rindu akan pelukan ini.
"Iya!" Jawabannya sangat singkat namun aku merasakan sebuah balasan dari pelukan yang aku lakukan. Aku menunduk dalam. Aku se-rindu ini dengan hangatnya pelukan seorang ibu.
Cukup lama kami diam mama melepaskan pelukannya lalu segera berjalan menjauh. Sekilas aku melihat yang tersenyum kecil. Aku juga ikut tersenyum aku tak tau sejak kapan kami dekat. Walau tak ada hubungan darah sama sekali ia tampak sangat pengertian dan bisa memberikan kasih sayang tulus pada ku saat ini. Dan aku berharap semuanya tak akan berakhir dalam waktu singkat.
Aku berniat untuk masuk kembali kedalam kamar, di sana aku duduk di atas ranjang sambil membaca sebuah novel yang entah milik siapa itu yang pasti di kamar ini semuanya sangat lengkap.
Hadir nya dirimu berikan suasana baru 🎶
Kau mampu tenangkan aku di saat risau dalam hatiku 🎶
Lembutnya sikap mu meluluhkan hati ini🎶
Terbuai aku terlena oleh dirimu, olah dirimu..🎶Aku mendongak dan menatap sekitar, tak ada siapapun di sana. Aku menyentuh tengkuk ku dengan takut. Jangan jangan ada hantu di rumah ini. Aku meringis pelan lalu berniat untuk menutupi seluruh tubuhku dengan selimut.
Hatiku bergetar saat engkau ada di dekat ku..🎶
Mungkinkah diri ku telah jatuh cinta pada dirimu, pada dirimu.🎶Bukan hanya terdengar sayup sayup tapi ini sangat jelas. Aku merasa takut sekarang. Aku menutup mataku dengan gelisah. Aku parno dengan hal seperti ini. Seharusnya tadi aku ikut mama saja tanpa harus menolak. Aku semakin takut saat merasakan ranjang ku bergerak dengan sendirinya. Bukan tanpa alasan tapi yang aku sadari saat ini adalah ada orang lain di sini.
"Jangan dekat dekat!" Aku berteriak lantang namun tak ada ada jawaban di sana. Aku masih saja menutup seluruh tubuhku dengan selimut takut tiba tiba orang yang ada di sebelah ku adalah makhluk menyeramkan yang seperti di film. Aku meringis pelan. Separno ini aku terhadap hal seperti itu. Yah bukan hanya aku yang seperti itukan? Pasti ada orang lain yang melakukan bahkan lebih parah dariku.
"Vina?" Aku melotot kaget, dia tau namaku dan aku merasakan sebuah tangan menyentuh bagian ujung selimut itu. Suaranya begitu Familiar dan terdengar sangat lembut.
"Hantu brengsek! Pergi sana!" Aku berteriak lantang. Aku berniat untuk kabur namun belum sempat membuka selimut ada wajah yang tiba tiba masuk kedalam selimut ku dengan cepat. Ia tersenyum tipis lalu mengecup keningku singkat.
"Sore Vin? Aku kangen kamu?"
Aku terkejut bukan main. Dengan cepatnya aku segera melemparkan selimut ke lantai. Tak peduli bahwa dia juga sedikit kaget. Aku melangkah jauh dan mengambil bantal sebagai senjata.
"Jangan dekat-dekat!" Aku mengacung kan bantal dengan tangan bergetar. Sungguh saat ini aku sangat takut. Takut aku akan langsung memeluknya dan berkata bahwa aku juga merindukan nya.
"Aku kangen Vin? Kamu kangen sama aku nggak?" Aku menggeleng dengan cepat. Tak peduli bahwa seperti nya wajahku saat ini aku kelihatannya sangat panik.
"Serius? Padahal aku udah ke sini jauh jauh? Hehe kamu kelihatan baik baik aja Vin?" Aku masih mengacung kan bantal saat Aidan berjalan mendekat aku hampir berteriak keras.
"Jangan teriak Vin? Nanti kita ketahuan sama tetangga?"
"Bi-biarin aja! Biar aku nggak sendirian! Kamu mau apa Aidan!" Aku tiba tiba menjawab gugup. Aku meringis dengan cara bicara ku saat ini. Aku menunduk dalam berniat menenangkan hati dan diri. Jangan sampai aku berlari lalu memeluknya erat-erat.
"Katanya kamu cinta sama aku Vin? Tapi kenapa kamu malah nggak mau ketemu aku?"
"Kamu musuh keluarga aku! Aku nggak mau bikin mereka khawatir."
"Kamu ya kamu! Aku nggak ada urusan tuh sama keluarga kamu! Lagian sekarang aku yang mimpin semuanya." Aku mendongak menatap Aidan. Wajah nya terlihat tenang padahal tadi pagi katanya Aidan Sangat kacau tapi buktinya dia baik baik aja.
"Dia bohong sama aku!"
"Siapa?" Aidan bertanya pelan. Ia sudah sangat dekat denganku. Dengan senyum manis ia melangkah maju dengan cepat.
"Devan?" Aku mendorong wajah nya menjauh namun tak ada pergerakan sedikit pun darinya.
"Adik kamu itu?" Pertanyaan itu tentu saja ku jawab cepat. Aidan tersenyum tipis dengan gerakan cepat ia menahan tengkuk ku dan mengecup bibir ku singkat.
"Nggak bohong kok, dia serius? Tapi aku nggak berani melawan?"
"Kenapa? Kamu pasti bohong kan?"
"Nggak Vin? Aku sayang kamu." Aidan lagi lagi tersenyum tipis, aku mencoba menjauh namun sekali lagi Aidan masih menahan leherku dengan tangan nya.
Aku mendongakkan kepalaku dengan wajah kesal. Tentu saja saat ini Aidan malah asik menyelip kan wajahnya pada leherku. Sungguh rasanya sangat geli dan aku ingin tertawa saat ini. Namun belum sempat aku mendorong nya Aidan sudah lebih dulu berbicara dengan suara serak nya.
"Aku mau kamu hari ini? Kamu mau kan?""Hah?"
Apa-apaan ini? Kenapa bisa ia meminta hal seperti ini ?
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Accident ( Selesai.)
ChickLit( FOLLOW DULU SEBELUM BACA. ) Makasih. 17+ _____ Karena sebuah kesalahan di malam itu, Vina seorang anak SMA jadi menanggung sebuah tanggung jawab besar. Awalnya berniat untuk pergi Aidan tak bisa, sebab ini mungkin juga kesalahannya. "Gue salah ni...