(64) Tak di terima.

606 35 0
                                    

Malamnya aku terbangun masih dalam pelukan Aidan, ia tampak masih tidur nyenyak. Wajahnya begitu damai hingga membuatku tersenyum kecil. Untung saja aku segera duduk dan melepaskan pelukannya sebelum Aidan bangun. Wajahnya terlihat sangat kacau bahkan terkesan sangat mengantuk.

"Udah malam?" Pertanyaan itu ia Lontarkan lirih, ia menutup mata sambil meregangkan kedua tangan nya tampak berusaha untuk memberikan sedikit peregangan.

"Gue mandi dulu deh!" Aidan turun aku diam saja, ia tiba-tiba berbalik lalu menggerakkan tangan nya tanda bahwa aku juga ikut mandi. Aku melotot kesal namun wajahnya masih saja sok polos. Rasa nya aku ingin melemparkan bantal pada wajah itu.

"Mandi." Aku memutar kedua bola mata ku malas, berniat untuk melemparkan bantal Aidan dengan cepat memegang tanganku.

"Gue cuma suruh Lo mandi! Salah gue di mana sih Vin?" Ia tampaknya bingung dan saat itu juga aku terpaku, ya seperti nya hanya aku yang terlalu berpikir banyak. Tak mungkin kan Aidan mengajakku mandi dengan gaya santai seperti itu.

"Lo mikir yang lain Vin? Lo ternyata bisa mesum juga? Hehe." Aku membuang muak. Mendorong nya menjauh dan Aidan segera berjalan menuju keluar kamar, ia masih saja tertawa terbahak-bahak sedangkan aku saat ini tengah di Landa malu tidak berujung.

Mati aja Vina! Mati aja sana!
_____

Aku mandi sangat cepat yang penting wangi, aku keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang hanya melilit hingga dadaku. Aku menepuk kepalaku bingung sendiri. Baju tadi basah kuyup karena aku tadi berniat mencucinya, dan sekarang aku tak tau harus memakai pakaian apa. Di sini aku sedang di culik kan? Yah tak sepenuhnya di culik sih sebenarnya aku merasa nyaman di sini walau tak ada anak anak tapi entah kenapa perasaan hangat selalu menjalar di rumah ini.

"Aku nggak punya baju lagi." Aku menghela nafas, berputar di sekitar kamar dan berniat untuk membuka lemari. Mataku melotot tak percaya saat melihat nya. Di sana banyak baju dengan ukuran yang memang cocok dengan ku. Aku memilih sebentar lalu pilihan ku jatuh pada Hoodie oversize dan celana jeans hitam. Aku menggelung rambutku acak karena aku tak ingin memakai apapun di malam hari.

"Udah belum?" Aku menoleh dan mendapati Aidan kini tampak diam di sisi ranjang sambil tersenyum lebar, ia berdiri dan berjalan mendekati ku. Aku berniat mundur tapi sebelum itu Aidan sudah berhenti dan berjongkok di depanku.

"Sini gue pasangin." Aku menunduk dan merasa tidak nyaman saat Aidan dengan santai nya memakai kan sepatu putih miliknya.

"Emm. Untuk aja muat kan?" Aidan berdiri ia menatap ku lama lalu mengusap kepalaku lembut.

"Aku bukan anak kecil!" Aku membuang muka, sungguh perlakuan nya yang seperti itu membuat ku merasa seperti anak kecil. Saat asik melihat kearah lain ada usapan lembut di pipiku aku segera menoleh dan mendapati Aidan tengah menatap ku dengan pandangan yang tak dapat ku mengerti. Ia sedikit berbeda malam ini. Matanya seperti menunjukkan sisi lain darinya.

"Boleh nggak kalo gue cium Lo?" Pertanyaan itu aku tak menjawab nya dan juga tidak menolaknya. Aku hanya diam saat itu dan aku tau Aidan dengan sangat lembut mendekatkan wajahnya padaku. Aku menutup mata dan saat itu aku merasakan kecupan hangat di bibir ku. Aku membuka mataku dan saat itu mata kami bertemu ia tersenyum kecil dan kembali mengecup bibirku lagi.

"Udah." Aidan melepaskan ciumannya di bibir ku, ia mengusap bibirku pelan lalu tersenyum lagi.

"Aku masih kecil?"
Aku berucap pelan namun malah di sambut tawa oleh Aidan.
"Manis Vin, kamu manis."

Aku diam, tak mampu menjawab apapun yang di ucapkan Aidan. Bibirku rasa nya benar benar sangat beku.

"Kamu emang tinggal di sini?" Aku bertanya, Aidan berbalik, ia tampak terdiam sebentar lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Ayo kita berangkat!" Aku mengangguk dan berjalan di sampingnya, merutuki sikap ku tadi yang tak tau malu membuat ku benar benar canggung. Dalam mobil pun aku hanya diam begitupun Aidan yang tampak asik dengan setir. Aku menghela nafas panjang sungguh jika saja Aidan masih berstatus suamiku mungkin ia akan dengan senang hati melakukan hal apapun untuknya. Tapi sekarang status itu berubah aku hanya seorang mantan istri yang di lupakan nya.

"Kita kerumah mama gue?"

"Apa?" Aku termenung saat mendengar nya saat itu Aidan tetap diam ia tak memiliki niat sama sekali untuk membalas pertanyaan ku tadi. Aku bingung sekarang, apa yang harus aku lakukan? Aku tak ingin melakukan hal bodoh dengan bertemu mereka lagi. Tidak ia tak ingin menyakiti hatinya lagi.

"Turunin aku di sini Aidan! Turun!" Aku memukul jendela dan saat itu Aidan berhenti ia menoleh dan menatap ku bingung, aku tau ia tak tau semua nya tapi saat ini aku tak ingin melihat ataupun bertemu mereka lagi. Aku hanya terlalu takut untuk mendapatkan sebuah penolakan. Aku sangat takut jika di perlakukan seperti halnya orang tak punya harga diri. Aku benci keinginanku saat ini yang membenci mereka.

"Lo kenapa?" Aku menoleh dan tersenyum sinis padanya, padahal tadi aku berniat untuk sebaik mungkin bersikap padanya. Tapi kenyataannya aku bahkan kini tak bisa mengendalikan emosi diriku saat ini. Aku tau saat ini wajahku memerah, aku membuka pintu mobil dan segera turun dari sana namun baru saja turun aku sudah di tarik masuk kembali.

" Jangan keterlaluan kamu Aidan! Aku mau pulang! jangan bikin aku susah!" Aku membentaknya marah, sesaat kemudian Aidan malah menghidupkan mobilnya kembali dan tak memperdulikan keinginan ku, apapun itu bahkan saat ini aku merasakan sudut mata ku berair, mataku memanas.

"Kamu egois Aidan! Kamu bikin kesel aja!"

"Iya! Puas sekarang!" Aidan berteriak tanpa melihat ku sama sekali,tercenung, Aidan lagi lagi tampak hilang kendali padahal baru saja ia melakukan tindakan lembut padaku.

"Gue nggak suka Lo sama cowok lain! Gue benci diri gue sendiri yang nggak bisa bilang jujur sama Lo!"

"Jujur apa? Aku nggak mau kamu jujur!" Aku membuang muka, tak ada lagi suara di dalam mobil hanya ada suara klakson yang bersahutan karena saat ini kami terjebak macet.

Aku melirik Aidan, tak ada ekspresi di wajahnya, saat pertama kali bertemu dulu juga seperti ini. Aku menatap kearah lain dan menggigit bibir ku kuat, entah kenapa saat ini aku ingin menangis dan berteriak padanya bahwa aku sakit! Sakit Aidan! aku Sakit! Aku nggak bisa lupa dengan apapun yang mereka lakukan padaku dulu. Aku tak bisa melakukannya dengan terbuka. Aku sangat ingin bilang saat ini aku sayang kamu Aidan! Sayang! Cinta. Tapi tak ada kata yang keluar dari mulut ku suara itu hanya ada di dalam hatiku yang terasa pedih. Memejamkan mataku cepat. Masih saja air mata ini ingin mengalir.

"Gue nggak bisa jauh dari Lo!" Aku menoleh dan menatap Aidan bingung.

"Gue cinta sama Lo Vin! Gue sayang sama Lo!"

"Nggak lucu bercandaan kamu Aidan!"
Aidan menatap ku dengan wajah tak terima, Aku ingin membuang muka namun suara Aidan malah membuat ku membeku.

"Kenapa Lo selalu bilang gue becanda? Gue serius! Gue serius suka sama Lo!"

....

Married By Accident ( Selesai.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang