Hari esok seperti hari biasanya sudah tidak ada lagi bagi Ashalina. Begitu ia menginjakkan kaki di atas lantai kelas XI-2, teman-temannya menghadiahinya dengan sesuatu yang pahit.
"Ghe, PR-nya sudah?" tanya Ashalina begitu melihat Ghea telah duduk di bangku bersama buku PR matematikanya.
Ia tersenyum begitu Ghea mengiyakan dan menyodorkan bukunya sambil tersenyum lebar seperti karakternya yang ceria. Namun, tak sampai jari-jari Ashalina menyentuh benda penyelamatnya itu Pram mendahuluinya.
"Ghe, tutup bukunya terus masukin ke tas, ya ... " sahut Pram kemudian tersenyum manis kepada Ghea.
Ghea yang linglung lalu berucap, "Kenapa? Kan Ashalina mau lihat." Kemudian di sambut oleh pelototan Pram dan penegasannya kembali. Mau tak mau Ghea pun menuruti.
"Apa maksudnya ini?" tanya Ashalina. Ditatapnya Pram penuh geram.
Pram tersenyum menyindir sembari menekan pelan bahu kanan Ashalina dan berkata, "Karena ... kita nggak mau ngasih contekan PR sama tukang bully kayak kamu. Sampai orangnya meninggal lagi. Pasti dia sangat menderita sehabis di-bully. Apa kamu nggak kasihan sama anak orang?"
Kedua tangan Ashalina mengepal kuat, sepertinya siap untuk diajak bertanding tinju. Namun tunggu saja nanti, sebab bel telah berbunyi.
Mampus! PR nya belum!
Jadilah Ashalina menerima hukuman karena tidak mengumpulkan PR matematika. Guru matematika marah besar sebab Ashalina sudah beberapa kali tidak mengerjakan PR. Mungkin baik baginya sekarang supaya tubuhnya menghirup udara segar diluar ruang kelas, menghapus segala kebusukan yang terjadi beberapa hari lalu.
Koridor serasa memberikan atmosfer ketegangan ketika beberapa murid usil penikmat jam kosong itu menatapi Ashalina dengan sinis. Wah ... pasti rumor tentangku sudah menyebar, begitulah kiranya reputasi Ashalina kian menurun. Benteng sandarannya telah runtuh, dan ia benci akan hal itu.
Saat jam istirahat Ashalina kembali menuju kelas selepas mencicipi gurihnya bumbu kacang gado-gado ibu kantin. Langkah kakinya terhenti sejenak, kedua maniknya terkunci pada lukisan abstrak yang bertengger indah―bagi yang mencipatakannya―di mejanya. Sedangkan sang penikmat seni tidaklah nyaman akan hal itu. Ya, sebuah seni cacian dan ujaran kebencian.
Ashalina benar-benar berada di puncak kemarahannya saat itu juga. Tidak habis pikir sekekanak-kanakan sekali teman-temannya ini. Ia meledak dengan umpatannya yang terucap keras hingga semua orang terkejut. Pram menghentakkan meja dan berdiri. Kemudian mulai beradu mulut dengan Ashalina. Tarik menarik helai rambut, hentakan kaki dan jeritan tak dapat dihindari.
"Heh, heh, heh!! Ada apa ini?! Siapa yang mengumpat barusan!" teriak guru biologi yang sudah siap dengan berlembar-lembar kertas dan sebuah peraga untuk menemani kegiatan belajar mengajar.
Tidak ada satupun yang berbicara. Namun, berpuluh tangan yang menunjuk ke satu arah itu sudah menjawab segalanya. Ya, perkelahian remaja perempuan yang pastinya berawal dari sebuah hadiah lisan.
Seketika guru biologi menyuruh Ashalina dan Pram untuk segera merapikan seragam dan rambutnya―yang kusut bak mak lampir itu―lalu menghadiahi mereka.
"Tugas khusus untuk kalian berdua! Merangkum materi sistem regulasi dari awal sampai akhir, simple, menarik, sertakan gambar dan kumpulkan minggu depan."
Hari ini Ashalina memang sedang tidak beruntung. Matahari belum menenggelamkan dirinya namun Ashalina sudah terkena dua kali hukuman bertubi-tubi.
***
Tercatat pada hari ini tanggal 1 Februari 2020, keseharian Ashalina berubah drastis. Akibat keserakahannya, dari menjadi gadis paling populer dan tak tertandingi bersama dengan Pram, Ghea dan Zea, kini Ashalina menjadi gadis malang yang terkucilkan.
Rumor bahwa Ashalina merundung Elli sebenarnya memang benar, tapi ia terlalu malu untuk dicap menjadi tukang bully seperti itu. Sesuatu mengganjal untuk menepis semua fakta yang menyedihkan itu. Lalu, apakah Ashalina akan terus bersembunyi dan hanya menyesal saja? Ia harus menyerahkan diri atau tidak akan menyerah begitu saja dengan usaha yang ia bangun selama ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Uliг Мегаh [HIATUS]
Genç Kurgu"Jangan serakah, pada akhirnya kau akan kehilangan." --- [ONGOING] Start: Malang, 13 Desember 2020 Digital cover by: diksibiru Copyright: diksibiru