Haibah Shafana Qatrunnada namaku. Itulah nama yang tertulis pada kertas 21 tahun yang lalu. Kertas yang tak kuketahui siapa penulisnya. Kertas itu ada di sampingku ketika ibu panti menemukanku. Tanpa nama tanpa alamat.
Dibesarkan bersama teman-temanku. Suka duka bersama. Bermain bersama. Bercanda bersama. Apakah suatu kewajaran jika menyukai teman sejak kecil.
My superhero. Mungkin itu julukan yang tepat untuknya. Lelaki yang dengan berani membantah ketika aku di bully. Lelaki yang menciptakan tawa ketika aku menangis. Lelaki yang berhasil membangkitkan semangat hidupku.
Namun sayang, ia hanya menganggapku sebagai adik kecilnya sekaligus sahabatnya. Apakah aku boleh berharap lebih padanya?
Ketika harapan tumbuh, saat itulah harapan itu patah. Mungkin kesalahanku berharap padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Allah
SpiritualSpin of "Ketika Cinta Berkata" Ini bukan kisah gadis semata wayang dengan pria konglomerat. Juga bukan sekertaris dengan bossnya. Bukan pula mahasiswi dengan dosennya. Ini kisah gadis yang tak mengenal keluarganya. Gadis yang tak mengetahui dari rah...