₊˚⊹♡┆Get Along : O4

665 69 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ִֶָ𓂃 ࣪ ִֶָ 🦢་༘࿐

Mau tidak mau, kamu dan Levi akhirnya memutuskan untuk jalan bersama menyusuri lorong dan menuju kamar kamar masing-masing. Namun tak bisa di pungkiri juga bahwa kamu sebenarnya merasa senang dengan hal ini. Terimakasih, Erwin..

Kamu memecahkan keheningan di antara kalian berdua dengan cara meniup lilin yang kamu pegang itu. Cahaya seketika meredup hingga hanya menyisihkan beberapa cahaya remang-remang berwarna oranye dari beberapa lampu yang ada di dinding lorong tembok.

Levi menolehkan kepala ke arahmu, nampak ada sedikit kerutan di dahinya.

"Kenapa lilin itu di matikan?" Levi langsung bertanya karena saking herannya dia.

"Lilinnya sudah hampir habis. Jadi aku matikan saja." balasmu, "Oh ya, sebelum aku meniupnya tadi, aku juga membuat sebuah permintaan!"

"Apa-apaan itu."

"Kamu mau tau apa permintaan ku, Levi?"

Levi melirik mu sekilas, sebelum akhirnya dia menelan ludahnya sendiri dan memilih untuk diam karena bingung harus menjawab apa, di satu sisi dia juga bukan orang yang komunikatif dalam hal berbasa-basi meskipun sebenarnya dia sangat ingin sekali bisa mengobrol lebih lama dengan mu.

Levi menyukai bagaimana caramu berbicara dengannya; Sopan dan selalu memakai intonasi suara yang lemah lembut. Setiap kali mendengarnya mampu membuat degup jantung Levi berdegup lebih cepat.

Dia juga suka melihat ketika bibirmu di lekukkan hingga mengukir sebuah senyuman manis di wajahmu, juga bagaimana caranya kamu memutarkan bola matamu yang bulat itu hingga membuat Levi kadang sedikit merasa gemas.

Kamu begitu mempesona hanya dengan berbicara.

Kamu menyilang kan kedua tanganmu ke belakang pinggang, tersenyum senang saat mengetahui kamarmu sudah terlihat.

Setibanya kamu di kamarmu, Levi tidak langsung masuk ke kamarnya yang padahal berada di seberang kamar mu. Dia memilih untuk menunggumu sampai kamu selesai membuka kunci dan masuk ke dalam kamar.

Dari belakang, Levi terus memandangi punggungmu. Darahnya kembali berdesir lebih deras setiap kali berada di dekatmu dengan jarak yang sedekat ini.

Sekarang suara decitan pintu sudah terdengar, menandakan kamu telah selesai membuka pintu kamar mu, saat kamu menoleh, Levi langsung memegang pergelangan tanganmu, iris kelabu nya menatap mu lekat-lekat hingga nyaris membuat mu mundur selangkah karena tersentak kaget.

"Levi?" tanya mu memastikan. Jarang sekali Levi mau menyentuh dirimu seperti ini.

Levi bisa merasakan betapa keringnya bibirnya sekarang, betapa sesaknya dadanya sekarang akibat dentuman jantung yang begitu keras dan tak karuan itu, rasanya membuat dirinya seperti akan meledak di detik ini juga.

𝐆𝐞𝐭 𝐀𝐥𝐨𝐧𝐠 ➤ 𝑳𝒆𝒗𝒊 𝑨𝒄𝒌𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏 ( end )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang