Chapter 10

46 17 1
                                    

- Home

°°°

Sepanjang perjalanan suara kicauan burung-burung gereja mengikuti kemanapun langkahnya. Tampak sambutan hangat masyarakat setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Kawasan persawahan dan aliran sungai sudah menjadi pemandangan biasa di setiap sudut wilayah ini.

Terletak diujung timur dari keseluruhan tanah Azuryte Land, menjadikan tempat ini sebagai wilayah strategis yang sering disinggahi oleh para saudagar-saudagar kaya. Biarpun sering dilintasi para pedagang, kawasan hijau ini cukup tersembunyi dari para bangsawan dan pejabat pemerintah. Karena itulah penduduk setempat hanya mengandalkan hasil tanah mereka tanpa terganggu sedikit pun oleh pemerintahan.

"Tunggu!" Remaja laki-laki dengan surai pirang itu mengejar temannya yang berlari secepat kilat menuju rumah kecil di seberang sungai. Jalan setapak yang masih dikelilingi ilalang menjulang tinggi dilewati dengan perasaan gelisah.

Ia menjajah sekitar area dengan pandangannya. Mencari sosok laki-laki bersurai hitam legam yang tadi berlari dengan cepat. Didapatinya sosok yang ia cari di ambang pintu rumah kecil itu. Berdiri gemetar dengan netra yang menatap fokus ke arah 2 raga bersimpah darah dengan leher sang wanita tergorok dan seorang pria tertusuk ranting kayu.

Sepuluh menit sebelum itu.

Gesekan kaki menapak tanah rerumputan mengiringi langkah anak laki-laki berusia 15 tahun tersebut. Kakinya gemetar hebat mendapati tiga orang pria dewasa berperawakan besar terlihat bersitegang dengan ayahnya.

Pria satu mengancam ayahnya dengan sebuah kapak. Pria dua mengobrak abrik seisi rumahnya. Dan pria tiga mencoba untuk membawa pergi ibunya. Ia hanya bersembunyi di balik gubuk kosong dekat rumahnya, meringis ketakutan.

Sadar akan hal tersebut, lirikan mata yang memberi kode kepadanya untuk segera bersembunyi dan meninggalkan tempat ini ditunjukkan oleh wanita tersebut, yang tak lain adalah ibundanya. Remaja bermanik merah itu hanya bisa berdiam diri, melihat tiga tusukan kayu yang sangat runcing tersebut dengan cepat menikam ayahnya. Situasi tegang semakin tak terkira.

Beberapa detik setelah itu, pisau yang diletakkan di leher ibunya untuk menawan perlawanan akhirnya bergerak cepat memutus urat nadi sang ibu.

Ketiga pria yang membunuhnya pergi begitu saja.

"Kenapa?" gumamnya lirih ketika menyadari temannya sudah tiba. Ditatapnya kedua jasad orang tuanya dengan perasaan yang tak bisa diartikan oleh remaja yang masih menginjak usia 15 tahun.

Rumah kecil yang letaknya terpisah sendiri di seberang sungai, menjadi saksi bisu akan kekejaman masa lalu.

Netranya menatap fokus. Netra yang sama, yang pernah menatap akan kekejaman itu 28 tahun silam. Tempat di seberang itu kini menjadi lahan perkebunan yang cukup luas. Desa ini pun sekarang tak lagi tertutup dari pemerintah. Semakin majulah perekonomian masyarakat. Terlebih sebagian besar anggota bangsawan Ehrlich kini menetap dan hidup di sini.

Kejadian 28 tahun yang lalu adalah satu dari banyaknya peristiwa penjarahan dan persekusi kepada beberapa suku di Azuryte, entah apa alasannya. Sang bocah lelaki bersurai pirang itu kini kembali, ke tempat dimana segalanya di mulai.

- The Lysander 10 -

"Hoo ... orang itu? Ia belum lama memindahkan kliniknya ke area seberang," ujar penduduk setempat. Mr. Farrand menghela nafas singkat. Ia melanjutkan perjalanannya dengan balik arah menuju jembatan penghubung antar desa.

Kawasan ini terletak di Daerah Aliran Sungai. Ada dua wilayah yang dipisahkan oleh sungai yang cukup besar itu. Kehidupan sosial dan budaya mereka cukup berkaitan meski terpisah aliran sungai. Mr. Farrand berjalan menembus keramaian pusat perbelanjaan di kawasan timur.

The Lysander [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang