Chapter 12

37 6 2
                                    

- Determination

°°°

"Apa kau masih ingin menutup mulutmu rapat-rapat?" ujar Dryas.

Sementara lawan bicaranya masih berdiam tak berkutik.

"Sampai kapan? Sampai semuanya menjadi kacau kau baru mau bicara?" lanjutnya lagi.

Mr. Farrand sibuk mengurus berkas-berkas penting di meja kerjanya. Tangannya sibuk mencatat dan membalikan halaman-halaman bukunya. Menyerah untuk bertanya, Dryas melangkahkan kakinya untuk pergi dari ruangan itu.

"Tunggu," ujarnya menghentikan aktivitas. Dryas membalikan tubuhnya, berharap mendapatkan sebuah jawaban yang ia tunggu selama belasan tahun.

"Jika aku katakan kebenarannya, apa yang akan kau lakukan?"

Dryas mencerna pertanyaan itu. Apa yang akan ia lakukan selanjutnya? Tentu saja ia akan mencari dan menemukan keluarganya, serta mendapat jawaban dari apa yang selama ini terjadi.

"Apakah keluargaku masih hidup?" tanya Dryas tanpa menjawab pertanyaan Farrand sebelumnya.

"Ya. Ayah dan kakakmu masih hidup," balas Mr. Farrand. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Mendengar pernyataan itu, ia sadar bahwa yang ia temui beberapa hari yang lalu adalah kakak kandungnya. Mengingat seorang temannya yang memanggil dengan nama Lysander. Lalu kenapa kakaknya melakukan banyak kekacauan begitu besar di negeri ini? Pertanyaan yang terngiang-ngiang dan semakin ingin ia ketahui apa alasannya.

"Dimana mereka sekarang?"

"Aku tidak tau," jawab Mr. Farrand singkat.

"Apa ada alasan lain? Kenapa mereka meninggalkan ku?"

"Aku tidak tau. Sama sekali tidak mengerti dengan semua ini."

Mr. Farrand berdiri dari kursinya. Pergi ke arah dekat jendela dan memandangi apa yang ada di luar gedung.

"Sang ayah yang mempunyai pendirian kokoh dari kecil, dan sang anak yang bermaksud untuk membuktikan sesuatu pada ayahnya. Hingga sampai pada titik dimana semuanya memutuskan untuk mengorbankan diri," lanjutnya.

"Mengorbankan kebenaran dalam dirinya. Mengorbankan kasih sayang dalam hatinya, atau ... mengorbankan nyawanya." Laki-laki itu berhenti bicara sejenak.

"Itu sebabnya kau dituntut untuk mengorbankan jati dirimu sendiri, Dryas."

Belum selesai pembicaraan mereka, seorang staff memanggil Mr. Farrand untuk rapat dewan. Melihat ujian tingkat para murid akan dilaksanakan esok hari. Sementara Dryas masih mematung di tempat yang sama.

Mengorbankan nyawa? Apa ... maksudnya? batinnya penasaran.

o0o

Gadis itu kembali menyerang di balik angin, serangan demi serangan ia luncurkan pada lawannya yang sudah babak-belur tersebut. Ia tak ingin main-main di babak penentuan ini. Udara sudah menjadi bagian kehidupannya. Menyatukan raga dengan udara dan bergerak bebas melakukan apapun, dalam kata lain disebut kemampuan teleportasi.

Caroline Vazkha, gadis yang akrab disapa Carol tersebut merupakan seorang siswi dari kelas Angreifer 1. Sosoknya yang sudah akrab dengan pengendalian elemen udara menjadikan kemampuan bertarungnya sungguh di atas murid yang lain. Ia berjalan, berlari bahkan menyerang di balik kesunyian udara.

Suara robekan kulit akibat sayatan yang diluncurkan Carol dari arah belakang berhasil menjadi titik serangan terakhir yang melumpuhkan lawannya. Remaja laki-laki itu terjatuh tak sadarkan diri.

The Lysander [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang