Point of View : Alana
"Oke, jadi gini, gue gamautau ya, pokoknya jam 3, tenda harus semuanya udah rampung. Jam 3.15 kita ngumpul di sana tuh,di depan kapan kecil yang lagi markir di tepi pantai. Ngerti ya ? " ucap Jeha dengan arrogant, gak ngapa- ngapain.
Aku gak perduli. Semuanya berjalan begitu aja. Tenda tetap aku bangun. Lagi pula, sebenarnya, bangun tenda gak terlalu rumit kok. Mandra sama aku sering bangun didepan rumah kalo orangtua kami mau bikin acara barbequ
Jadi, oke aja.tenda selesai aku bangun, selsaisudah.
aku mengedarkan pandangan ku, mencari Auryn yang tadi izin mau pipis katanya. tapi kok nggak balik ?
aku cari aja kali, ya ?
" cari siapa Na ?"
jeffry, satu-satunya petugas ospek cowok yang kayaknya ga songong.
aku menoleh kapadanya, menatap sedikit ke arah nya dan mendapati dia yang kini sedang tersenyum manis ke arah ku.
"nyari Auryn "
"Auryn di culik sama Jansen, lagi mojok. tuh disitu " ucapnya sambil menunjuk ke arah bibir pantai, di sebelah kapal kecil yang sedang menepi.
iya, emang ada. sialan,
dia malah lagi rangkul-rangkulan. boro-boro bantuin masang tenda tadi.
"huft.." aku mendengus kesal.
"didalam satu tim, pasti ada yang males bantuin, ada yang rajin masak a.k.a rajin ngerjain jobdesk nya, ada yang jago flirty, dan ada yang paling cantik, dan itu kamu "
aku menoleh
"maksudnya aku males bantuin, tukang flirty, rajin, cantik ? gitu "
"ya, kagak begitu, Na. gak peka nih, untung cantik "
aku tersenyum, dia juga.
"yauda, gue lanjut bantu tukang ospek yang lain ya, Na. nanti gue di bilang makan gaji buta lagi, garagara gue ngobrol. Auryn samperin aja, Jensen jambak, bilang, dicariin Jeffry gitu, suruh kerja. semangat, Alana " dia melaju, berjalan meninggalkan ku setelahnya, sambil mengacak acak rambutku sebelum pergi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~'
"oke, ketua barissan kumpul sekarang ! gue itung sampe sepuluh, kagak dateng, gue ancurin tenda nya "
jeha, ketua ospek sialan,
"satu.."
"dua.."
"tiga...."
"tujuh..."
apapan ? aku yang sedang menata alat masak di depan tenda segera berlari dengan cepat setelah mendengar hitungan bodoh yang keluar dari mulutnya. mana ada habis tiga langsug ke tujuh ?
"delapan.."
"sembilan..."
"sepuluh.."
sampai. aku sampai tepat pada barisan di hitungan sepuluh. lelaki itu tersenyum saat melihatku sampai di sana dengan nafas tersenggal. capek, idiot !
"nah, gitu dong gece, gausa harus di samperin, iya nggak, Na ?"
aku mendongak-kan kepalaku, mendapati wajahnya yang kini sedang tersenyum dengan jail.
ingin sekali rasanya aku menusuk matanya yang kini sedang menatapku dengan tatapan yang super kurangajar. merobek bibirnya yang kian tersenyum lebar saat melihat wajahku cemberut. emang, kurang ajar. sialan !"mana name tag yang double yang gua kasih ? balikin sekarang "
satu persatu semuanya maju sambi memberikan name tag double yang di berikan saat awal akan ke pantai. aku merogoh kantung jaketku. gak ada. saku celana, gaada juga. eh, aku taro mana tadi ?!
"mana, Na ?"
"gue boleh ke tenda dulu ngga ? kayaknya, ada di jaket gue yang satunya"
dia berjalan, mendekat ke arah ku
"kan gue minta lo maju kesini buat ngasi name-tag. dan lo, lo kan ketua barisan, lo harus siaplah megang barang-barang anggota lo.
Kaan bener, ada aja yang dia permasalahin
Aku menatap nya, mendapati dia yang kinii udah mulai masang muka sok galak, didepan kami. Para pesuruh yang dia suruh pegang nametag double tanpa tujuan.
" ya, gue mana tau sih .." gerutu ku pelan sambil masi menatapnya.
Jeha berjalan mendekat, mencengkram pipi ku setelahnya, membuat aku sedikit ter huyung kedepan, ke arahnya.
"Ngomong apa tadi ?"
"Nggak, gue ga ngomong apa-apa"
"Guedenger lo ngomong, cuma, kayaknya lo sengaja ngomongnya pelan, biar nggak kedengeran kan ?"
"Geer gilak"
Lagi, dia menarik wajahku tanpa permisi. Aku memberontak, mencoba melepaskan cenngkramannya di pipi ku yang mulai terasa sakit. Maunya apasih?!
Wajahnya mendekat, dan sedikit miring didepan wajahku, sialan.
Aku bisa sangat merasakan hawa tidak enak, rekan satu Tim ku dan beberapa mahasiswa lain kini sedang ada di sekeliling kami, memperhatikan kita, aku dan Jeha. Cowok cabul Sialan !
"Denger, lo mau gue cabulin didepan banyak orang ? Kalo nggak, tolong..."
Aku melotot saat wajahnya semakin mendekat, dan dia sengaja men-sejajarkan bibirnya dengan bibir ku, aku terpejam sampai ...
"Jaga kelakuan lo selama ospek, seenggaknya, sampe acara ini selesai, aja "
Jeha melepaskan cengkramannya di Pipi ku, dan mendorongku kembali ke barisan. Sialan!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Jantung lo copot gak Na ?"
Aku menoleh dengan sigap ke arah suara itu. Auryn
"Lo dari mana aja ? " tanya ku, tidak menjawab apa yang dia tanya.
"Apanya ? "
"Ya elo, Auryn, dari mana aja ? Tenda udah bisa berdiri sendiri itu gaada campur tangan dari lo"
"Yah, maaf Na, gue di panggil kaka kaka ospeknya, daripada gue dikira ngebangkang, mending gue samperin kan ?"
Membela diri kayaknya.
"Ooh.."
"Lo gak jawab apa yang gue tanya. Jantung lo aman Na ?"
Aku memalingkan wajahku menghadapnya. Menatap Auryn dengan tatapan membunuh. Sementara Auryn kini sedang mengerjar-ngerjap kan matanya dengan tidak berdosa.
"Bisa gabahas dia dulu ga ? Kenapasih, semuanya mau tau apa yang gue rasain? Lo gapahm juga itu orang cabul?!"
Aury yang mendengar ucapanku kini hanya mengerjap-kan matanya, lagi. Dan melengos pergi setelah itu.
Jeha sialan! Andai gaak ada lo disini. Gaakan nama gue kecoreng dengan semua kelakuan cabul lo!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hai!!!! Another part! Wahh maaf jarang update soalnyaa lagi banyak kerja masuk clossing huhuuu. Next di usahain buat sering upload ya ! Maaf kalo masi banyak typonya :( happy reading! Jangan lupa komen yaa !!

KAMU SEDANG MEMBACA
first love, first kiss
Teen Fictionpernah dengar kalau remaja era globalisasi bakalan keambil ciuman pertamanya sebelum ber usia 17 tahun ?, bener gak sih ? gak cuma kalian, Alana pun merasakannya. apa ? tidak, justru dia kehilangan keperawanan bibirnya saat ber usia 16 tahun. terla...