point of vew : Serra
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Disini Hangat. fikirku.
ku tempelkan telapak tangan ku pada punggung Lemari es yang terletak di ujung kantin. entah lah, aku selalu penasaran, dan selalu bertanya tanya mengapa sebongkah lemari es yang dingin di dalamnya memiliki Punggung yang begitu panas higga mampu menghangatkan siapapun di sekitarnya. Mesinnya kah ?
aku mengedarkan pandangan ku setelahnya, kira - kira mau jajan apa, ya ?
entahlah, sudah sepuluh menit rasanya aku menghabiskan waktu istirahatku untuk menghangatkan telapak tangan. tadi, saat di ruang kelas, Ac menyala dan menebar udara yang super dingin. tidak seperti biasanya. atau memang karna daya tubuhku yang melemah karena aku sakit hingga aku sungguh sensitif. tapi rasanya, sangat dingin.
saat bell berbunyi aku langsung mengangkat tubuhku menjauh dari kursi dan bergegas berlari keluar mencari sesuatu yang hangat hingga sebuah ide muncul di kepalaku untuk pergi ke kantin dan menemukan Lemari es yang enggan di ganggu ini.
Mie Ayam! kayaknya enak.
dengan menyesal aku harus melepaskan eratnya sentuhan antara kulit ku dengan Lemari es ini. Baikla, Mie ayam juga panas, kok. jadi, tak apa. mari kita mengantre ke stand mie ayam.
aku melangkah setelahnya, sampai akhirnya tiba di belakang antrian seorang pria tinggi di depanku. aku tak acuh, aku hanya sangat butuh Mie Ayam saat ini karna sangat lapar.
aku membuka ponsel ku, membuka beberapa aplikasi pesan dan sosial media di sana utuk menemaniku Mengantre. jujur saja, kini sosiall media cukup sangat berkembang dengan pesat. apapun bisa aku akses dengan mudah. semua Berita yang sedang trending bahkan bagai sebuah perlombaan tampilan di halaman depan untuk berebut minta di baca. aku mengaksesnya beberapa untuk membacanya, dan yah.. semuanya memang menarik. ada beberapa yang berkualitas untuk di baca, namun sebagian juga ada yang haya berisi sebuah judul penasaran tanpa isi berita yang Konkret. tapi, itulah tugas seorang penulis berita. mencari banyak pembaca, entah isinya yang menarik, atau judulnya yang menarik.
"Mau Mie yang mana Non ?"
ah, aku hampir lupa bahwa kini sedang mengantre
aku mendongak kann kepalaku setelah mendengar suara tanya itu, membaca menunya yang berada jauh di atas sana, di atas kepala ibu Penjualnya.
"Mie ayam Bakso pangsit rebus, sambalnya banyak, Aku minta ekstra daun bawang, ya " ucapku kemudian sambil memberi selembar uang Limapuluh ribuan.
"ngih, Non "
dengan cekatan, sang ibu membuat Mie Ayam pesananku dan meletakannya di atas sebuah Nampan Bersih berwarna hijau, mendampinginya dengan sepsang Sumpit dan sendok Plastik dan menyebelahkannya dengan uangkembalian.
"Lengkap ya"
aku tersenyum kemudian dan mengatakan terimaksih. aku mengankat nampannya, sampai seseorang dengan sengaja meletakan Semangkuk Bakso dengan kuah berwarna Hitam pekat di sela sela nampanku yang sudah sempit.
aku menengadah saat sebuah tangan dengan cepat mengelus pucuk rambutku hingga sedikit berantakan.
Devan
"kan kamu liaat dev, nampan ku sudah sempit. disana juga banyak yang bersih dan kosong. bisakan pakai yang lain " gerutuku padanya.
"kasian ibu nya, cuciannya jadi banyak " jawabnya degan enteg.
"tapi kalau jatuh gimana ?"
"berarti kamu harus traktir aku bakso, Serra " dia terrkekeh setelah itu. berjalan dengan santai menuju meja kosong di ujung ruang kantin, dan meninggalkanku sendiri. nyebelin.
aku memutar bolamataku saat lagi lagi melirik nampan yang kini sedang ku bawa.
yah, setidaknya kan bisa dia punya inisiatif buat bawain nampannya. dasar cowo rese !
aku melangkah dengan kesal, sesekali aku menghentak-kan kaki ku dengan kasar hingga menimpulkan bunyi nyaring yan mendengung di seluruh sudut ruangan.
Di ujung sana, Devan malah sedang kelihatan Asik memainkan ponselnya.
"ini, tuan " uacapku sarkas
"wahh, sangat di hormati. terimakasih, asisten "
tidak, aku sengaja tidak mau dengar. aku sedang Fokus melahap Mie ayam pedas ku yang mendamba.
"jangan kebanyakan makan pedes, Ser, nanti cepet mati garagara asam lambung, lhoh " ujarnya sambil sibuk memotong motong bakso.
"emang udah mau mati"
"heh !!" jemarinya mengerucut, menghampiri bibirku, dan mencubit bibirku dengan gemas. aku menepis tangannya dan mengelus bibir ku kemudian.
"kamu makan bakso apa rawon sih Dev ? warnannya Hitam Gitu ?" tanya ku penasaran.
"belum pernah nyobain kamu Serr. enak Pwuoll! ini pake Cuka juga tau. jadi kuahnya kayak Empek-empek. taukan ?"
"tapika empek-empek sama bakso dari segi bumbu udah beda " aneh, fikirku
"asli, enak, mau gue suapin ?" tanganya kini sudah menyendok sebuah bakso yang belum terpotong, dan sepertinya, dia berencana untuk membuatku memakannya dalam keadaan utuh.
"makasih, mie ayam ku lebih menggiurkan saat ini "
Devan terkekeh.
"enak gak jadi anak Rektor?"
"nggak"
"masa iya ?"
"iya"
"tapi kalo secara kasat mata, ya,nih, kasat mata, kamukan udah ada semua. Bokap tajir, cantik, yaa limapuluh persen, suara bagus, apa yang kurang, Ser ?"
Mati, aku lebih dekat dengan kematian daripada kamu.
lirihku, enggan. Kematian, kurangku di sana.
"mana ada yang sempurna" jawabku hambar
"kamu mendekati tapi, ya ? misalnya, duapuluh persen ?"
"itu jauh, dong"
"eh, iyaya hahah. kamu Pernah ngerasa kurang nggak sih, ser ?"
"tentu, sifat dasar manusia yang sulit di wujudkan adalah rasa syukur, kan ?"
"iya juga, soalnya Cewek gue kadang ngada-ngada Ser, merasa gemuk lah, merasa Kusam. gapaham, sama aja pdahal, mah"
"aku juga,gitu" jawabku tak acuh
"iya, orang masih se-spesies"
Habis, entahlah aku gak fokus dengar Devan bicara apa, peluhku sudah berjatuhan sedaritadi, lidahku sudah terbakar sejak 5 menit lalu karna menggigit sebongkah Cabai yang tidak ikut tergiling menjadi sambal, dan kuah Mie ayam yang tidak kian mendingin sedaritadi. entah sejak kapan, yang pasti, aku sudah tidak merasakan hembusan Kipas angin yang di isi air yang beridiri di pojok ruangan sana. Gerah. dan Devan, Bisa diam, nggak sih ?
KAMU SEDANG MEMBACA
first love, first kiss
Teen Fictionpernah dengar kalau remaja era globalisasi bakalan keambil ciuman pertamanya sebelum ber usia 17 tahun ?, bener gak sih ? gak cuma kalian, Alana pun merasakannya. apa ? tidak, justru dia kehilangan keperawanan bibirnya saat ber usia 16 tahun. terla...