Kirana Nada : Yang Sebenarnya

93 16 0
                                    

Kirana Nada : yang sebenarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kirana Nada : yang sebenarnya

Apabila ada kesamaan dalam nama tempat dan tokoh itu hanyalah kebetulan semata, tidak bermaksud menyingung pihak manapun.

HAPPY READING ...

-Interview-

"ada beberapa pertanyaan lagi yang harus kalian jawab, mohon bersabar," canda PD-nim dengan tawanya di akhir, aku dan oppa pun ikut tertawa karenanya. Lalu pria paruh baya itu mulai fokus kembali melihat-lihat kertasnya seperti mencari sesuatu. "bagaimana perasaan kalian setelah para pengemar akhirnya mengetahui hubungan kalian yang sudah lama terjadi? Padahal tidak tercium sedikitpun oleh awak media."

"jujur saja, aku jadi sombong karena merasa pengemar tidak akan mengetahui hubungan kami begitu cepat tetapi aku langsung tersadar, bahwa kami tidak ketahuan karena memang peraturan untuk tidak bertemu dan kontak fisik di luar pengetahuan agensi dan staff yang ada," jelasku panjang lebar. "kita tidak bisa meremehkan mereka yang sangat pintar."

-Flashback On-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Flashback On-

Mungkin melihat jam yang melilit indah di pergelangan tangan kiriku telah menjadi kebiasaan baru. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali aku meliriknya, seakan waktu bergerak sangat lambat disekelilingku. Penantian yang panjang dan melelahkan ini membuatku mengantuk. Menunggu memanglah hal yang sulit untuk dilakukan, terutama bagiku.

Penyebab aku seperti ini adalah Delay pesawat yang akan ditumpangi, sudah memakan waktu hampir 1 jam lebih tanpa mengetahui alasannya. Untung saja aku sedang tidak terburu-buru untuk menuju Swiss. Jadwalku juga tidak begitu padat, hanya menyelesaikan pemotretan dan bertamu di acara opening salah satu brand ternama. Setelahnya aku akan menghabiskan waktu dengan berlibur.

Tiba-tiba saja teleponku berdering menandakan seseorang memanggilku lewat telpon genggam. Tanpa pikir panjang, aku mengangkatnya setelah tau siapa dalang dari deringan tersebut walau ada sedikit rasa tidak percaya. "hallo, oppa."

"oh, kupikir kau sudah berangkat. Apa sedang delay?" tanya orang itu yang adalah Jeonghan oppa.

"iya, delay entah sampai kapan," balasku lesu. "ngomong-ngomong ada apa oppa menelponku? Dan oppa juga sepertinya tau tentang jadwalku." Setelah dipikir-pikir aneh juga Jeonghan oppa bisa mengetahui jadwal terbangku, pastinya itu akan membuat curiga bukan?

"ahh, aku menelpon karena belum sempat meminta maaf padamu tentang masalah waktu itu. Kau pasti sangat terkejut. Maafkan aku." kerutan muncul diantara kedua alis mataku, tentu saja aku tidak mengerti apa maksudnya. "tetapi kalau saja aku tau dari mulut kalian berdua dan tidak menebaknya, pasti aku tidak akan meledak seperti kemarin," lanjutnya.

Ya, benar apa yang dikatakan Jeonghan oppa. Ia pasti lebih kecewa karena dirinya merasa telah dibohongi oleh orang kepercayaannya. Seharusnya aku dan woozi oppa lebih menyadari hal itu, demi kebaikkan masing-masing pihak dan orang lain. Tapi ...

"aku juga ingin meminta maaf kepadamu oppa, tapi kami hanya dekat dan tidak dalam hubungan apapun. kami hanya berteman," ucapku.

"kenapa kalian mengatakan hal yang sama padahal kenyataannya tidak seperti itu," ujar Jeonghan oppa dengan suara kecil, sampai tidak berhasil masuk kedalam telingaku. Kebisingan di bandara adalah penyebabnya.

"kenapa oppa?" tanyaku, meminta ia mengulang kalimatnya yang tidak terdengar olehku, takut-takut itu hal yang penting.

Ia tidak menjawab. Dan memilih untuk membahas yang lain. "tidak, bukan apa-apa. Oh iya, aku dengar Dokyeom meminta oleh-oleh darimu?"

Ahh ... Dokyeom oppa sempat menelponku juga, menanyakan aku akan pergi kemana dan sebagainya, tetapi berakhir dengan permintaan oleh-oleh. "bukankah disana terkenal dengan udara pegunungannya yang segar?" lanjutnya

Aku mengiyakan pertanyaan itu walau tidak tau apakah itu benar atau tidak, "hmm .. bolehkah aku meminta itu sebagai oleh-olehku?"

Lagi-lagi aku tertegun dengan ucapannya hingga tidak bisa bereaksi. Sungguh kau tidak akan pernah bisa membaca pikirannya. Sampai aku memeriksa sekali lagi nama yang tertera pada layar, meyakinkan orang itu adalah orang yang aku kenal. "eh?"

"iya, bawakan aku udara segar pegunungan di swiss. Kalau aku bawakan nanti aku izinkan kau bersama dengan woozi. Janji ya!" lalu ia begitu saja mematikan telpon tanpa mendengarku untuk berbicara.

Kalau begini aku tidak bisa menolaknya namun bagaimana aku membawanya ...

Tring ...

Sebuah pesan masuk muncul di notifikasi layar ponsel pintarku, segera aku mengeceknya dan ternyata pesan itu dari woozi oppa. Ia menyampaikanku untuk berhati-hati dan mengharapkanku untuk tetap baik-baik saja. Namun, oppa aku sedang kalut.

Lee Jihoon SVT

• Hati-hati selama diperjalanan.
• Sampailah dengan keadaan utuh!
• Perintah!

• 😢

Setelah menjawab seperti itu, ponselku berdering berkali-kali dengan jarak dekat.

Lee Jihoon SVT

• Wae?
• Kenapa?
• Ada masalah?

Baru akan menjawab, Hayoung eonni memanggil namaku dari kejauhan mengatakan jika pesawat akan melakukan keberangkatan yang sempat tertunda. Dengan cepat aku membalasnya dengan ucapan perpisahan sementara, walau aku sangat ingin menceritakan kegundahan ini.

-Flahback Off-

-Flahback Off-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.



My Idol and I (Lee JiHoon) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang