Part Bonus

138 14 2
                                    

Kirana Nada : Menuju Mimpi

Apabila ada kesamaan Nama, tempat itu hanyalah kebetulan semata, Dilarang mengcopy paste cerita. Walau aku tidak tau tapi Tuhan Maha Tau. Pemeran hanyalah imajinasi semata. Untuk kehaluan waktu dan tempat kami persilakan.

Happy Reading ...

Seperti biasanya di setiap waktu weekend, aku berada di luar karena les bernyanyi yang sudah aku ikuti selama 5 tahun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasanya di setiap waktu weekend, aku berada di luar karena les bernyanyi yang sudah aku ikuti selama 5 tahun ini. Namun, kali ini aku tidak turut bernyanyi di dalam barisan panduan suara, melainkan menjadi seorang pianis mengantikan seorang pelatih yang absen karena terkena demam. Jari-jemariku bermain-main diatas piano putih ini untuk mengiringi para panduan suara yang melantukkan sebuah lagu klasik yang menjadi lagu khusus di tempat les ini.

Sang pemimpin panduan suara atau yang dikenal konduktor juga adalah temanku, ia berdiri manis di depan barisan itu, tangannya menganyun-ayun kesana-kemari menuntun arah suara itu menjadi harmoni yang indah.

Pelatih? Kemana perginya sang pelatih yang seharusnya memimpin kami? Ia baru saja keluar karena panggilan ponselnya yang terus berseru meminta untuk dijawab, maka dari itu temanku ditunjuk untuk memimpin dan mengulangi lagu yang sedang kami latih. Saat lagu hampir mencapai bagian penghujung, si pelatih yang bernama Riri masuk kembali setelah beberapa menit diluar.

"oke, semuanya silakan beristirahat dahulu dan lemaskan tenggorokkan kalian yang kaku itu dan kembali di posisi setelah 5 menit," ujar pelatih setelah lagu yang dinyanyikan selesai, anak-anakpun mulai membubarkan barisannya.

Semuanya menuruti perintah sang pelatih untuk menengguk air putih agar tenggorokkan tetap terasa lembab, sedangkan pelatih yang kupanggil 'kak riri' itu menghampiriku yang masih terduduk di kursi piono, mengecek lembaran partitur. Ia menepuk pundakku seraya berkata, "terimakasih telah membantuku hari ini, padahal kau bisa saja berdiri disana sebagai salah satu penyanyi sopran."

Aku yang mendengarnya jadi merasa tidak enak hati, oleh sebab itu aku mengatakan bahwa itu tidak masalah bagiku. "ouh, iya. Kau sudah mengecek emailmu?"

Aku mengerutkan dahi dan mengeleng, lalu ia menyuruhku untuk mengeceknya segera. Walau ini membingungkan kenapa harus melakukannya tetapi tetap mencari keberadaan dimana aku menyimpan benda canggih itu. Setelah menemukannya di tas bagian depan, jariku begerak mengecek notifikasi yang masuk, dan benar saja ada papan notifikasi dari email, tunggu ... OMG!

Aku tidak salah lihat bukan? "AAaaa," teriakku dengan tangan hampir menutupi mulutku. Aku tidak percaya ini, aku tidak percaya. Tanganku gemetar melihat badan email itu, sampai lutut saja tidak sanggup lagi menahan beban tubuhku. Orang lain mulai menanyakan keadaanku tapi aku tidak peduli karena jiwa dan ragaku sedang terfokus pada apa yang kulihat saat ini.

Bagaimana tidak? Penganjuanku perihal program pertukaran pelajar yang diadakan oleh salah satu lembaga beasiswa telah diterima dan dinyatakan sebagai salah satu kadidat yang akan melakukan program itu.

My Idol and I (Lee JiHoon) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang