Jangan lupa vote and comment yaa...
╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝
•
•
•
≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫Hari yang dinanti telah tiba. Hari di mana study tour akan diadakan. Semua siswa kelas 11 IPA maupun IPS, telah berkumpul di sekolah. Baik yang pondok, maupun nonpondok, semua turut mengikuti kegiatan.
Pukul 05.00 terlihat empat buah bus berangkat menuju lokasi. Terlihat ada sebuah mobil avanza di depan bus paling depan. Kelihatannya, mobil tersebutlah yang membimbing empat bus di belakangnya.
Setelah tiga jam melakukan perjalanan yang penuh lika-liku, akhirnya rombongan telah sampai tujuan, yaitu di pantai Ungapan yang terletak di selatan kabupaten Malang. Satu per satu siswa mulai turun dari bus, sambil berjalan menuju bibir pantai.
“Baik, kalian bisa beristirahat dulu sebentar ... dan bagi yang tadi membawa bekal dari rumah, bisa dimakan dulu. Saya beri waktu tiga puluh menit. Pukul 08.30 kalian harus sudah berkumpul di dekat beberapa pohon bakau tersebut. Sekian, selamat istirahat, dan cari tempat yang teduh!” perintah salah satu guru pembimbing.
“Siap, Pak!”
Semua siswa berhamburan mencari tempat yang teduh, kecuali tiga orang yang jaraknya berjauhan. Salah satu dari ketiga orang tersebut terlihat memperhatikan sekeliling mencari keberadaan seseorang.
“Afifah mana, ya?” ucapnya.
Seketika pengelihatannya teralihkan saat ia melihat seseorang yang tengah berjalan hendak menghampiri seorang perempuan di dekat bus.
“Afifah, ini makanan sama minuman buat kamu. Ayo, kita makan di sana,” ajaknya.
“Makasih, Mas,” jawab perempuan tersebut sambil menunduk tersenyum.
Kemudian mereka berdua berjalan mencari tempat yang teduh untuk makan bersama.
“Ya Allah ... kenapa harus seperti ini nasibku? Apakah mereka berdua benar-benar akan dijodohkan? Lalu, kenapa aku harus tetap berjuang sampai di sini? Ya Allah, kuatkan hamba ya Allah,” ucapnya dari kejauhan sembari menatap dua orang tadi dengan tatapan yang sendu.
“Kamu ngapain masih berdiri di sini sendirian aja? Cepat, kita makan dulu. 'Kan, tadi kita bawa bekal dari pondok.”
Tiba-tiba suara tersebut membuyarkan lamunan Iqbal.
“Eh, apa Far?”
“Yeee ternyata kamu ngelamun dari tadi. Pantesan ... ayo cepat, kita cari tempat yang teduh untuk kita makan. Kita cuman punya waktu 30 menit,” ajak Farid.
“Oh, iya-iya, ayo,” ucap Iqbal.
Kemudian mereka berdua mencari tempat yang teduh untuk makan. Namun saat berjalan, Iqbal menatap ke arah dua orang yang sedari tadi ia amati.
Mas Ahmad, jika memang kamu akan dijodohkan dengan Afifah, maka kamu adalah orang yang benar-benar beruntung—karena telah mendapatkan gadis baik seperti Afifah. Aku tahu, aku belum pernah bertanya tentang kehidupannya. Aku juga tahu, kita tidak boleh mengambil keputusan sebelum mengetahui yang sebenarnya. Namun dari sorot matanya, aku bisa membaca bahwa dia benar-benar perempuan baik, berhati mulia, Mas Ahmad sangat pantas mendapatkan dia, batin Iqbal. Setelah itu ia berlalu pergi.
Tiga puluh menit telah berlalu. Sesuai perintah, semua siswa berkumpul.
“Baik, apakah sudah selesai istirahat kalian?”
“Siap, sudah, Pak!”
“Oke, langsung saja, saya akan menerangkan rutenya. Tapi sebelum itu, saya akan dibantu mengawasi oleh salah satu mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Malang. Silakan perkenalan, Mas.”
“Syukron, Pak.”
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, shobahul khoir.”
“Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, shobahun nur.”
“Langsung saja, perkenalkan, nama saya Ahmad Maulana Fikri. Saya merupakan mahasiswa di Universitas Islam Negeri Malang. Di sini saya akan mendampingi kalian selama kegiatan study tour berlangsung, sekaligus membantu bapak ibu guru memandu kalian. Sekian, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
“Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”
“Baiklah anak-anak, itulah tadi perkenalan dari Mas Ahmad. Pasti kalian sudah banyak yang mengenal, bukan? Beliau adalah putra dari Romo Kyai. Beliau akan ikut bersama kita selama study tour. Langsung saja, untuk rute nanti kita mulai berjalan dari sini. Kita belajar mengenai pohon bakau. Selanjutnya, kita menuju ke bibir pantai, kita belajar mengenai pasir. Lalu kita berjalan menyusuri bibir pantai, sambil belajar tentang batu karang, hewan-hewan kecil, air laut, dan apa saja yang kita temukan. Finisnya, kita belajar di dekat ujung pantai Ungapan. Di sana kita sedikit belajar tentang cuaca. Berhubung kalian anak IPA IPS dengan lintas minat biologi dan geografi, sehingga study tour ini cocok untuk kedua kelas. Mengenai rute, sudah paham?”
“Siap, sudah, Pak!”
“Alhamdulillah ... kalian sikap cepat sekali tanggapannya. Langsung saja kita mulai. Di sini kita akan dibagi kelompok, dan saya akan membagi kelompok dari kalian semua.”
Ya Allah, semoga hamba satu kelompok dengan Afifah, harap Iqbal dalam hati.
Tak lama kemudian, Pak Lana telah selesai membagi kelompok yang terdiri dari 24 kelompok. Setiap kelompoknya terdiri dari 10 anak ... dan kebetulan, Afifah satu kelompok dengan Iqbal. Setiap kelompok, mendapat tugas masing-masing. Ada yang mengamati, ada yang mencatat data, dan ada yang bertanya kepada Pak Lana untuk informasi lebih lanjut. Kebetulan Afifah dan juga Iqbal mendapat bagian untuk mencatat, sehingga mereka harus berdiskusi juga.
“Baik, sudah cukup untuk pengamatan di pohon bakau. Kita lanjutkan ke bibir pantai sekarang, untuk mengamati pasir putih.”
Tak butuh waktu lama, setelah itu mereka melanjutkan untuk menyusuri bibir pantai.
“Baiklah anak-anak, untuk kalian yang mendapatkan tugas mengamati, hati-hati saat sekalian memegang batu karang ini. Karena batu karang ini sifatnya sangat sensitif sekali, sangat tajam sekali. Sekali terkenal bagian yang tajam saja, langsung dapat membuat kalian terluka. Maka dari itu, kalian harus hati-hati. Karena dulu pernah ada kasus, bahwa ada seseorang yang mandi di bibir pantai, kemudian tanpa sengaja ia tergores oleh batu karang. Dari tubuhnya langsung mengalir darah. Diharap kalian bisa menjaga diri baik-baik.”
Setelah selesai mengamati batu karang, mereka melanjutkan berjalan menyusuri bibir pantai untuk mengamati benda-benda yang mereka temukan selanjutnya. Akan tetapi, rasa penasaran Afifah mulai timbul. Ia melihat sebuah hewan kecil seperti kerang di dekat batu karang. Ia pun berniat untuk mengambilnya, karena Afifah selalu tertarik dengan hal baru yang berhubungan dengan alam. Apalagi yang bentuknya unik, yang belum pernah ia lihat sama sekali, dan merupakan hal yang sangat langka menurutnya.
“Afifah, tunggu!” tahan Iqbal.
Afifah menghentikan tangannya, dan menoleh ke arah Iqbal sambil menaikkan alisnya tanda bertanya 'kenapa'?
“Jangan menyentuh hewan-hewan itu ataupun batu karang. Bukannya Pak Lana sudah menerangkan bahayanya batu karang meskipun terlihat indah? Di sini, hewan-hewan masih asing bagi kita. Kita tidak tahu apakah hewan tersebut berbahaya atau tidak. Bisa saja berbahaya, makanya jangan disentuh,” peringat Iqbal.
“Tapi, aku penasaran.”
╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus gak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
Next? Vote and comment dulu yaa...
See you next part😍...Salam
Eryun Nita
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Mencintaimu Karena Allah [End]
Novela JuvenilJika aku tak bisa membuatmu bersatu denganku, maka biarlah Allah yang akan menyatukan kita. Aku mencintaimu bukan karena parasmu, aku mencintaimu bukan karena suara merdumu, aku mencintaimu bukan karena hartamu. Tapi, aku mencintaimu karena Allah. ...