Epilog

247 21 0
                                    

Jangan lupa vote and comment yaa...

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫

Sesampainya di kediaman Romo Kyai, mereka bertiga duduk di ruang keluarga dengan keadaan yang masih sedih.

“Afifah, Iqbal,” panggil Romo Kyai.

“Iya, Romo, ada apa?”

Romo menyodorkan sebuah surat, kemudian ia berikan kepada afifah.

“Tolong baca surat ini, ini satu-satunya yang Ahmad tinggalkan sebelum dia tiada saat di rumah sakit. Tadi pagi sebelum kalian datang, dia menitipkan surat ini untuk diberikan kepada Afifah. Tetapi jika Iqbal ingin membacanya, dipersilakan. Silakan kalian baca.”

Afifah menerima surat tersebut, kemudian membacanya bersama Iqbal.

Assalamualaikum, Afifah ....
Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja, ya. Jangan mencemaskan aku karena peristiwa tadi siang, aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Lewat surat ini, aku hanya ingin memberitahu berapa hal kepadamu. Saat aku pingsan, aku bermimpi bertemu dengan ayah kamu. Beliau berkata .... 'Ahmad, aku tahu ... kau sudah menaruh hati pada Afifah. Namun, usiamu tak akan lama lagi. Ahmad ... aku tahu, kau dan Afifah dijodohkan—dan saat itu, kalian belum saling mencintai. Maafkan aku, karena amanah dariku ini, kau jadi harus terjebak dalam keadaan yang demikian. Akan tetapi, perlu kau tahu bahwa hingga detik ini, Afifah belum bisa mencintaimu. Berkali-kali ia sudah mencoba, namun ia tetap saja gagal ... dan kini, ada orang yang mencintai Afifah dengan sangat tulus. Bahkan cintanya lebih besar dan lebih tulus daripada cintamu. Jujur, Afifah pun juga sudah mulai menaruh hati padanya. Bukan karena apa-apa. Tapi ya memang karena cinta datang dengan sendirinya, tanpa diundang. Tidak tahu kapan 'kan datang, dan kapan kan pergi. Cinta datang begitu saja dengan sendirinya. Mereka kelak akan berjodoh. Dia adalah orang yang selama ini dekat dengan abimu, dan juga yang dekat denganmu. Aku yakin, kau pasti tahu siapa orang itu. Jika takdir tidak berkehendak kau dan Afifah bersama, maka amanah dariku tidak perlu dilaksanakan. Maafkan aku ... tapi kebahagiaanmu hanya cukup dan bisa bertahan sampai di sini. Aku tahu, aku tidak berhak menentukan takdirmu. Tapi aku tahu, bahwa usiamu sudah tak lama lagi. Selamat tinggal, dan sampai bertemu di alam yang sama ....' Itulah kata-kata yang beliau katakan padaku  setelah itu, aku terbangun, dan aku terus memikirkan hal itu.

Afifah dan Iqbal menangis membaca surat tersebut. Sekarang, mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat. Mereka begitu kehilangan Ahmad.

Apakah ini akhir dari segalanya?
Atau, apakah ini adalah awal dari kehidupan baru yang akan mereka jalani?

═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus gak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
Next? Vote and comment dulu yaa...
See you next part😍...

Salam
Eryun Nita

Aku Mencintaimu Karena Allah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang