04

2.8K 365 41
                                    


"Pagi, Wah! Nanon!"

"Om Jumpil!" Ucap Nanon balik menyapa Off, kali ini Tawan memutuskan untuk membawa kedua anaknya ke kantor.

"Siap Jalan—?"

"Sst—Pol. Gaada jalan-jalan. kerja lo!"

"Lah wan itukan tugas utama gue, kasian nih Pluem jarang jalan-jalan sama Uncle Jumpol" Ucap Off memelas.

"Stop Jual nama anak gua, kerja lu"

"anjrit banget Teh Tawan"cibir Jumpol kemudian pergi untuk kembali ke mejanya.

Tawan menggelengkan kepalanya kemudian membawa kedua anaknya pergi keruangannya. Sekarang, Tawan sudah siap bekerja sambil menjaga kedua anaknya

"Ayah kerja dulu, Abang sama Nanon kalo laper bilang ayah ya?"

Pluem mengangguk, "Kalau bosen juga bilang ayah ya?"

Lagi-lagi keduanya mengangguk, Tawan tersenyum kemudian mengusap kepala anaknya.

Belum 15 menit Tawan berkutat dengan pekerjaannya aktivitasnya selalu terhenti karena Nanon yang tidak berhenti mengoceh. Jika ia tau akan seperti ini, ia pasti akan mengeluarkan surat izin jalan-jalan untuk Jumpol

"Ayah! Nanon buat mobil!"

"Ayah liat ada pesawat lewat!"

"Ayah kenapa gedungnya tinggi!"

"Ayah! Kenapa kita bisa hidup?"

dan pertanyaan-pertanyaan lainnya terus memborbardir telinga Tawan.

BRAK

Pintu ruangan Tawan dibuka dengan kasar oleh Jumpol. Nanon dan Pluem sampai melompat karena terkejut akan suara yang dihasilkan

"Tay!"

"Apaan?"

"Liat!"

Tawan mengernyit mengingat wajah laki-laki difoto yang diberikan Jumpol. Luke laki-laki yang ia temui saat itu

Dia mengenalnya.

"Tau gua, Luke temennya New"

"I'm sorry to break it to you but Tay—"

Tawan tertawa kecil, "Gua kenal, Pernah ketemu dan kenalan"

"Oke oke Fine" Jumpol mengangkat kedua tangannya pasrah. Things has been said by Off Jumpol.

"Pol, mau jalan ga sama Nanon?"

Jumpol berbalik, tersenyum lebar kemudian mengangguk dengan semangat.

"Gitu dong brader! Nanon let's go caw kita! Abang ikut ga?"

Pluem menggeleng,

"Abang gamau ikut Om Jumpol sama Nanon?"

Pluem menggeleng, tertebak oleh Tawan. Sepeninggal Jumpol dan Nanon. Pluem duduk sendirian dengan tenang di sofa yang berada di ruangan Tawan

Sesekali Tawan mengalihkan pandangannya pada Pluem.

'Things might be hard for you abang' pikirnya.

"Abang" panggil Tawan, Pluem menoleh menatap Ayahnya menunggu kelanjutan dari perkataan Tawan.

"Abang laper ga? Makan yuk?"

Disinilah Tawan sekarang bersama Pluem digendongannya memesan makanan untuk makan siang mereka. Letaknya cukup jauh dari kantor, sengaja agar Pluem tidak merasa bosan harus duduk diam di ruangannya

"Ayah! Papa" ucap Pluem, Tawan mengalihkan pandangannya ke arah yang Pluem tunjuk. Benar, Ada New disana dengan Luke dan bocah yang terlihat sepantar dengan Nanon

Tawan dan Pluem menghampiri meja New dan Luke.

"Papa" panggil Pluem

"Abang? Tay?"

"Hey, Hin. Luke?"

Luke mengangguk sambil tersenyum lebar.

"What a sight to see? I guess" Lanjut Tawan

Ya, New memang benar. Pergi sesuai dengan apa yang dia katakan tadi pagi. Bertemu temannya.

New mematung mendapati Tay dan Pluem disini.

"Abang mau disini sama papa?" Tawar New.

Pluem menggeleng dan menggenggam tangan Ayahnya.

"Dia pergi sama aku dan dia akan pulang sama aku. Enjoy your meal, both of you" and thus Tawan leave their table with a heavy heart.

Sepeninggal Tawan dan Pluem, New terdiam memandangi wajah bocah yang tertidur dipangkuan Luke.

Pukul 6 malam, Tawan bersiap-siap untuk pulang. Dia tidak mungkin lembur mengerjakan pekerjaannya dengan Pluem dan Nanon. Lebih baik dia meninggalkan pekerjaannya dan jatuh miskin dibanding harus menyaksikan Pluem dan Nanon tidak merasakan perhatiannya.

Seperti biasanya, Off menggendong Nanon dan Tawan menggendong Pluem menuju mobilnya. Kedua bocah itu tertidur mungkin kelelahan karena aktivitas membosankan hari ini

Kecuali Nanon tentunya.

Setelah memastikan bahwa Pluem dan Nanon duduk dengan aman dan nyaman. Tawan berbalik menemui Off.

"Jumpol—"

"Serius lo?"

"Iya"

Waktu terus berputar dan hari terus berganti. Tidak ada yang berubah dari kehidupan Tawan dan New. Tawan yang sudah mulai lelah melarang New dan New yang tetap pergi sesuai dengan rencananya.

Hari ini sama seperti biasanya Tawan pergi ke kantor dengan Pluem. Ia memutuskan untuk menitipkan Nanon ditempat Gun

Untuk kepentingan bersama, Off bisa bekerja dan Nanon tidak akan bosan.

Pluem duduk dengan tenang disamping Ayahnya. Matanya mengikuti huruf-huruf yang bermunculan di layar laptop milik ayahnya

Sesekali ia bertanya, "Ayah? Kalo abang gede do i have to do this?"

Tawan tersenyum tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya. "No, it's up to abang. Ayah bakal ngikutin kemauan abang"

"Ayah, bosan ngga?"

"Ngga, kan ada abang"

"Kalo abang gaada?"

"Bosan dong. Kalo abang, ikut ayah bosan ngga?"

Pluem menggeleng sambil tersenyum manis, Tawan ikut tersenyum melihat ekspresi putra pertamanya. Ingatkan Tawan untuk selalu bersyukur karena memiliki Pluem.

Pluem tertidur di Sofa yang terletak diruangan Tawan. Tawan berjongkok disampingnya dan mengusap rambutnya sayang.

Hingga Jumpol datang, dengan amplop berwarna cokelat ditangannya. Dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, menatap Tawan dalam.

"Tay, Lu serius?"

Tawan mengangguk dan meminta amplop yang dipegang oleh Jumpol. Setelah Jumpol pergi, Tawan kembali duduk di kursinya dan menghela nafas

Amplopnya terbuka

-
SHATTER officially Hit 1K!!! Thank you so much!!! The interaction that you guys left help this story to grow every single day! If it's got a good feedback then i'll try my best to upload it every week

Ayo main tebak tebakan, what would be inside the envelope?

SHATTER | TAYNEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang