Psycho

91 10 21
                                    

Rasanya susah sekali mengobati punggung dengan salep begini. Tangan Yeon Hee tidak sampai untuk menggapai punggungya. Ah, mungkin jika memperhatikan kaca bisa. Yang tadinya dia duduk di atas ranjang, lekas saja dia berdiri ke depan kaca, membalikkan sedikit badannya kearah kiri, yang tadinya hendak mengoleskan salep, mendadak dirinya berhenti dan melihat kearah cermin.

"Penuh luka semua, ini kalok gue tidur gimana ya?"

Semua bagian di punggungnya hampir tertutup luka dan lebam, benar saja, tadikan tubuhnya menghantam meja-meja rongsok, bahkan tadi ada yang rasanya seperti tertusuk lalu tergores kuat, itu pasti paku atau tidak ujung runcing meja, ah tadi dia juga lihat ada linggis di sana.

Sudahlah, sudah terjadi juga. Akhirnya ia kembali menjathkan badannya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap, mengurangi rasa sakit, pasti dia tidak akan mampu bergerak kalau tidur dengan posisi terlentang.

Kemarin malam, Yeon Hee pulang ke rumah, tapi secara diam-diam. Bahkan abangnya sudah terlelap. Sebenarnya Taehyung melarang, dan bilang tinggal di sana saja, tapi Yeon Hee yang tida enak. Tatapan tetangga disini lebih membuatnya takut. Apalagi semalam, ketika hendak pergi sekolah, ibu-ibu kompleks yang sedang berbelanja di dekat rumahnya terlihat meliriknya sambil berkomat-kamit, kentara seali sedang bergosip.

Rasanya kok hidup jadi semengerikan dan semembosankan ini ya, dia butuh teman, tapi bahkan satu pun tidak ada yang mau berteman dengannya di kelas. Maklum saja, sekolah Yeon Hee itu sekolah elit, yang semua muridnya berusaha untuk merebut posisi pertama yang sayangnya dipegang Yeon Hee, maka dari itu separuh murid di kelasnya menjauh darinya, mencoba belajar keras untuk menjatuhkan Yeon Hee dan parahnya lagi menganggap Yeon Hee musuh.

Ingin sekali bercerita pada Jisoo, tapi ancaman Nayeon sudah lebih dulu mengintrupsinya. Kalau Yeon Hee pikir-pikir, kenapa pula Nayeon harus repot-repot mencelakai Yeon Hee demi Suga kalau Suga sendiri dengan senang hati memilihnya daripada memilih adiknya sendiri.

Buliran bening jatuh perlahan dari sudut-sudut netra Yeon Hee. Rsanya waktu singkat sekali dalam memutarkan roda hidupnya. Seakan porsi bahagianya hanya sekitar 3 sampai 4 bulan. Hanya berlangsung setelah bang Jin tertangkap tangan menyiksanya.

"Bang Jin apa kabar? Yeon Hee kangen bang Jin yang dulu."

Yeon Hee tau ini gila. Merindukan seseorang yang jelas-jelas sudah menyakitinya, tapi Jin itu adalah orang yang sangat penyayang, bahkan menyayanginya lebih dari Suga, hanya saja masa lalunya membuat Yeon Hee terluka.

Sementara nostalgia Yeon Hee terus berajalan seiring tangisannya yang tidak mereda, dering ponsel membuatnya beralih. Ada sekitar 5 pesan di sana. Pesan dari Taehyung yang bertanya sudah makan belum, dan 3 pesan lainnya dari orang yang sama sekali tidak Yeon Hee kenal, tidak ada display photo, dan juga nama.

Jangan lupa omongan gue!

Bersikap seolah-olah lo sahabat gue.

Hari ini gue sama temen-temen gue, anak osisi bakal ngumpul di rumah lo, gue gak mau tau ya, kalok gue bilang maaf, lo langsung maafin.

-Nayeon-

Hanya helaan napas yang Yeon Hee keluarkan. Meladeni Nayeon bukan hal mudah, mental pembalapnya mendadak lenyap. Padahal kalau dipikir-pikir dia bergetar pun tidak kalau sedang balapan.

Tok

Tok

Tok

Tok

"Dek, makan, abang udah buatin."

Itu suara Suga, si pucet kesayangan Yeon Hee yang sayangnya tidak ingin Yeon Hee lihat saat ini. Pasti Suga lihat lampu amar Yeon Hee menyala makanya tau dia ada di rumah.

Bang Sug || SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang