Valentine Night

252 19 0
                                    

Hermione muak melihatnya. Seolah-olah gadis itu yang terbaik di antara yang terbaik seantero sekolah. Berjalan penuh gaya seolah setiap hembusan nafas memberikan serbuk emas, merasa setiap langkah adalah kemewahan hingga membuat orang-orang betah melongo memandang.

“Dasar gadis brengsek suka pamer!” Umpat Hermione kesal melemparkan pandangan pada Ginny yang menjadi pusat perhatian banyak orang setelah sukses memerankan film pendek yang heboh di sosial media.

“Hermione ...” Ujar Luna menghentikan sebelum keluar kata-kata kotor yang lebih menghebohkan. Luna sudah mengetahui tentang apa yang telah Ginny lakukan pada Hermione. Sebagai hasil Hermione membencinya. Pada akhirnya Luna jadi pusing sendiri melihat persahabatannya terpecah belah.

“Lihat saja saat filmku rilis nanti, dia tidak akan bisa bernafas.”

“Kenapa kau jadi begini sih? Segitunya berambisi menghabisi Ginny?”

Yang dimaksud menghabisi adalah bersaing dengan Ginny semaksimalnya hingga mampus mencapai kemenangan di atas popularitas.

“Dia membuatku benar-benar merasa anjlok setelah aku membantunya dengan maksimal dan menuruti semua kemauannya bahkan membantu kedekatannya dengan Harry.”

“Aku tahu Hermione. Tapi kurasa tidak seharusnya kau membalasnya seperti itu. Ini hanya akan memperburuk keadaan. Apa tidak sebaiknya kita merendah dulu?” Hermione langsung menusuk tatapan tajam dari yang dikatakan Luna. “Maksudku bicara baik-baik dengan lembut.”

“Tidak bisa Lun! Kesabaranku sudah usai.”

“Kau sebelumnya tidak seambisius ini untuk menjadi selebriti. Jangan sampai kau menjadikan itu untuk balas dendam pada Ginny. Ingat! Kita harus berfokus untuk berdamai agar bisa seperti sedia kala.”

“Aku akan membantumu berdamai dengan Lavender tapi mungkin akan sulit bila harus beserta dengan Ginny. Aku terlanjur membencinya.”

“Bagus sekali, bagus. Kau membantuku agar berdamai dengan Lavender sementara aku harus membantumu agar tidak membenci Ginny. Lalu bagaimana dengan PERVATI?”

Hermione lupa bahwa dia juga kehilangan satu sahabat. Sudah lama sekali tak ada kabar apapun dari Pervati sejak dia dan Luna mengunjungi ibunya di rumah sakit. Setelah itu sama sekali tak ada komunikasi darinya sekalipun masih satu kelas. Tidak heran karena Pervati juga terus saja menjauhi. Apa sih yang membuatnya begitu dongkol seperti itu?

“Tidak perlu repot-repot!” Seseorang nimbrung dari belakang.

“Perv ... “ Luna langsung merengek pada Pervati.

“Kalian tidak membutuhkanku dan aku tidak butuh kalian. Jadi, jangan risau dan nikmati saja masalah kalian masing-masing!” Pervati langsung cabut begitu selesai mengatakan.

“Aku jadi kasian.” Respon Hermione. “Dia dikhianati Seamus dan sekarang tidak punya siapa-siapa selain saudara kembarnya yang bahkan hanya sesekali bersamanya.”

“Apa rumor itu betul?” Tanya Luna berbisik.

“Kurasa betul. Aku benci mengakui ini tapi penilain Ginny benar soal Seamus adalah buaya.”

“Pasti ini berat buat Pervati. Aku ingin bisa membantu meringankan masalahnya.”

“Kita bisa apa?” Tanya Hermione pada diri sendiri. “Jika dia terus menolak kita.”

“Jika dia menolak kita karena satu alasan, bukankah seharusnya dia sudah baikan sama Ginny?” Balik Tanya Luna heran.

“Kan memang permasalahan awal Pervati gara-gara Ginny. Si gadis brengsek itu saja ...” Hermione terhenti ketika Luna mendelik mendengar perkataan terakhirnya. “Baiklah, maksudku Ginny saja tidak mau bicara padanya.”

“Lantas jika dia membenci Ginny juga, kenapa dia masih tidak mau mendengarkan kita? Apa sih masalah dia sebenarnya?”

“Benar, masalah ini semakin membingungkan saja.” Kemudian Hermione ingat sesuatu yang lebih mendesak. “Dahlahh, ada yang lebih penting sekarang. Kita harus hadir di pesta Valentine! Kau harus segera dapat pasangan! Aku tidak mau kau jadi orang ketiga di antara aku dan Draco.”

“Astaga... Aku juga tidak mau, aku dan Draco tidak begitu dekat. Berbeda tahun lalu, aku cukup dekat dengan Ron dan belum ada masalah dengan Lav.”

“Jadi, kau tidak akan datang?”

“Tidak.”

***

Setelah masa-masa sulit di tengah syuting dan mengejar materi-materi yang tertinggal di kelas, Hermione berhak untuk sedikit longgar dan rileks dengan acara malam Valentine nanti. Meski kenyataan belum ada satupun masalahnya yang terselesaikan bahkan tugas sekolah sekalipun. Tidak heran, prestasinya masih saja anjlok.

Malam Valentine selalu menjadi agenda OSIS setiap tahunnya dan biasanya diadakan di rumah ketua OSIS. Jika tahun lalu di Istana Malfoy, sekarang ganti ke ketua yang baru. Kali ini tidak seindah tahun lalu. Dulu dia dan Draco masih kejar-kejaran seperti malu-malu kucing dan suasana masih begitu menyenangkan bersama persahabatan yang masih utuh.

Namun, seberapa pun sangat disayangakan tahun ini begitu berbeda, dia tetap mengangkat kepala penuh percaya diri. Bergandengan dengan Draco sebagai pasangan kekasih yang dipuja-puja di malam Valentin ini.

“Rasakan kau Ginny!” Umpat Hermione ketika dia dan Draco melangkah dengan menawan di tengah pesta. Semua orang mengagumi seperti biasanya. Seolah menyambut kedatangan pangeran dan putri kerajaan. Kendati demikian, Draco dan Hermione banyak disebut sebagai Pangeran Slytherin dan Putri Gryffindor.

“Kau bilang tidak datang?” Tanya Hermione begitu melihat Luna datang bersama Neville Longbottom. Mengejutkan sekali. Mereka berdua sukses menjadi buah bibir karena pertengkaran antara Ron dengan Neville. Sudah lama tidak ada yang berani melakukan itu di dalam. Apalagi sejak Snape menjabat sebagai kepala kesiswaan. Tak heran kejadian itu sudah menjadi headline di berbagai sudut Hogwarts.

“Aku sebenarnya tidak mau.” Balas Luna dengan cemberut. “Tapi Neville benar-benar nekat datang ke rumahku dan ayahku jadi mendesakku juga. Ya sudah deh.”

“Maafkan aku Lun.” Ujar Neville malu-malu. “Tapi ini jadi kesempatan yang bagus untuk kita berdua.”

“Kalian berdua jangan bilang sudah jadian?” Tanya Hermione dengan suara keras hingga beberapa melirik padanya.

“Hentikan Hermione. Aku benar-benar merasa tidak enak dengan Ginny. Dia pasti beranggapan aku telah menyakiti kakaknya.”

“Kau masih peduli pada Ron?” Tanya Neville dengan geram.

“Sudahlah tidak perlu dipikir. Btw, dimana dia? Siapa pasangannya?” Hermione melihat sekeliling dan syok saat sembunyi-sembunyi Luna menujuk ke arah Ginny yang berpasangan dengan Seamus Finnigan.

“Wah dia benar-benar sudah gila!” Sambung Hermione. “Bagaimana dengan Pervati?”
 
“Sudah lama kok Seamus tidak ada hubungan dengan Pervati” Ujar Neville. “Kurasa Pervati tidak datang ke sini.”

“Apa jangan-jangan, Seamus putus dengan Pervati karena Ginny menerima Seamus?” Tanya Luna dengan getir. “Sebab itulah dia tidak mau akur dengan kita atau dengan Ginny? Tetapi kenapa harus Ginny? Kenapa dia harus sama Seamus? Dia kan punya fans banyak yang lebih tampan. Ini benar-benar akan menyakiti Pervati.”

“Terserah deh mau sama siapa, yang penting pasanganku jauh lebih keren.” Dengan bangga Hermione menggandeng Draco. “Kalian berdua yang akur ya!” Meninggalkan Luna dan Neville.

Hermione mengajak Draco bergabung untuk minum bersama orang-orang yang menyambutnya dengan meriah.

“Kau juga minum-minuman keras?” Tanya Draco sok polos setelah dari tadi hanya diam saja.

“Apaan sihh..” Balas Hermione malu-malu. “Kau seperti tidak pernah saja.”

“Kapan pertama kalinya kau mabuk?”

“Ihh Draco...” orang-orang di sekitar menjailinya. “Kau belum pernah mabuk bersama Hermione? Jadi kalian belum melakukannya?”

“Apaan sih kalian ini!” Hermione semakin merona sembari melirik Draco dengan nakal tetapi Draco malah mengernyit aneh padanya membuat Hermione semakin malu dan hanya terkekeh.

“Hermione sini, duduk sini!” Seru seseorang.

“Hermione ... “ Kata Draco berbisik menyela tetapi mana sempat lebih dulu perhatian mereka menarik Hermione.

“Hermione, ayo berfoto bersama!” Seorang gadis berteriak dan menarik Hermione ke kerumunan. Dia bilang oke dengan senang hati dan bergabung bersama mereka tanpa sadar melepaskan Draco.

“Hermione...”

“Siapa yang ingin tambah minumnya?” Seru Hermione menyambret botol beer dan menggoyangkan ke sekeliling dengan anggun membuat para lelaki angguk-angguk terpesona. Semua orang bersorak ria.

“Hermioneee...” Draco akhirnya mengeraskan suaranya mengatasi bising bikin Hermione kaget.

“Ohh, kau memanggilku? Maaf gak denger! Kenapa?”

“Kita perlu bicara!” Draco langsung menarik tangan Hermione membawanya meninggalkan kerumunan.

“Kalian jangan bersenang-senang tanpaku ya!” Seru Hermione satu tangannya yang bebas melambai pada mereka yang menjawab oke dengan antusias.

Mereka sudah cukup jauh dari kerumunan tetapi masih banyak orang-orang berlalu lalang karena rumah ini juga tidak begitu luas jadi setiap sudut sudah dipenuhi tamu undangan.

“Kau ini kenapa jadi begini?” Pertanyaan Draco terasa aneh.

“Begini bagaimana?” Sembari mengevaluasi penampilan. “Aku kurang cantik atau ada yang salah?”

“Ya ada yang salah. Kenapa sikapmu tiba-tiba jadi begini?”

“Aku gak ngerti.”

“Aku yakin Luna sudah memperingatimu. Apa kau tidak mendengarkannya atau bahkan sedikit menyadari sendiri?” Tatapan Draco terlihat sama dengan tatapan ketika memarahi Hermione saat cemburunya pada Harry. Ini tidak baik, jelas ada kesealahan besar disini. “Kau tahu? Kenapa aku bisa putus dengan Ginny dengan mudah?”

“Karena masalah Sarah itu kan? Kau ingin membantuku membalas Ginny? Kurasa itu tidak ...”

“Aku memutusnya karena dia dibutakan oleh popularitasku.”

Hermione mencoba mencerna maksudnya dan ketika sadar rasa kesal memuncak. “Jadi maksudmu aku mengeksploitasi kepopuleranmu?”

“Kau sendiri sudah mendapatkannya tetapi kau sama saja dengan Ginny dibutakan dengan popularitas.”

“Ohh begitu? Jadi kau ingin putus denganku?”

“Maksudkku, aku tidak suka dengan sikapmu yang sekarang.” Balas Draco sama kesal. “Kau jadi makin dongkol dan semakin congkak!”

“Dimana titik dongkol dan congkaknya?”

“Kau masih mendekati Harry sudah kubilang untuk menghindarinya. Kau ...”

“Kenapa harus bawa Harry lagi?” Sela Hermione akan berterus terang. “Ketahuilah aku jauh lebih tidak suka saat matamu buta karena cemburu!”

“Belum lagi kau...” Draco tidak mempedulikan pendapat Hermione dan terus meluapkan kemarahannya. “Banyak mengirim post di  sosial media untuk mencari banyak perhatian dan bahkan membiarkan penggemar mengekspos dirimu!”

Hermione akhir-akhir ini memang mengumbar banyak hal di sosial media dan gembar gembor disana sini soal popularitasnya dan memang dia menggunakan Draco sebagai bumbu peraciknya. Tapi itu semua dilakukan untuk menghabisi Ginny. Kenapa Draco marah dan tidak mendukungnya?

“Aku tahu kau kesal dengan Ginny. Tetapi tidak begini caranya!” Sambung Draco dengan nada memperingati semakin membuat Hermione kesal. “Ginny jauh lebih baik menyikapi semua itu dan kau hanya akan semakin buruk jika terlalu mengekspos diri!”

“Kau lebih mendukung gadis brengsek sialan itu!”

“Lihat! Kau bahkan menggunakan kata-kata kasar dengan lengkap padahal sebelumnya kau tidak pernah!”

Keduanya saling membentak membuat beberapa orang penasaran diam-diam melirik.

“Coba tebak darimana aku belajar semua kata-kata itu?” Hermione menuduhnya. “Semua dari naskah filmku. Semua diawali karena kau mendorongku ke dunia itu dan sekarang kau menegurku karena sikapku? Bukankah itu sudah sewajarnya sebagai selebriti?”

“Aku hanya tidak ingin kau bersikap seperti ini, Hermione. Kau terlalu berlebihan memanfaatkannya. Aku memintamu jadi model hanya agar ibuku menyukaimu dan hubungan kita ...”

“Ohhh anjingg... Jadi yang dikatakan gadis brengsek itu benar?” Hermione bangkit berdiri dengan kemarahan memuncak. “Kau mendorongku ke dalam kesulitan tetek bengek entertainment itu karena ada konspirasi dari ibumu?”

“Apa maksudmu dengan konspirasi?” Draco ikut bangkit. Mereka bahkan tidak peduli dengan tatapan orang-orang. “Kita sudah membicarakan hal itu kan sebelumnya?.”

“Kau tahu apa yang membuatku membenci Ginny? Dia bilang kau hanya menjadikanku pion demi kepentingan ibumu atau bahkan kau juga ambil bagian demi kepentinganmu sendiri. Dan sekarang kau membelanya.”

“Hermione ... ” Kini Draco mulai merendahkan suaranya saat orang-orang mulai mengerumuninya. “Apa kau terpengaruh perkataannya Ginny? Kau tahu cintaku padamu bukan untuk bisnis dengan ibuku.”

“Kau tahu? Aku tidak suka merasa dimanfaatkan begini!”

“Hermione, kau bahkan memanfaatkanku pula belakangan ini untuk memuaskan balas dendammu!” setelah mengatakan itu, Draco tampak menyesal. Orang-orang makin banyak mengerumuni. Sementara Hermione saking kesal, rasa malunya tenggelam. Dia seharusnya menjadi bintang bersinar bersama pasangannya di malam Valentine untuk membalas Ginny. Tetapi sekarang dia malah jadi bintang dari sikap keterlaluan kekasihnya yang mulai tidak menyukainya.

“Kau benar-benar ingin putus denganku?” Ujar Hermione tegas to the point. Orang-orang di sekitar tampak syok. “Baik. Kita putus saja dan baliklah sama gadis brengsek yang kau dukung itu yang lebih mengerti dirimu dan konspirasi keluargamu!”

“Tidak!” Bantah Draco. “Ayo ke tempat lain untuk membicarakan ini!”

“Aku tidak tertarik!” Hermione menepis tangan Draco dan langsung cabut menerobos kerumunan dengan kesal bahkan tanpa ragu dia mendorong dengan keras siapapun yang menghalangi.

“Bagaimana gadis sombong itu mengkhianati pangeran kita? Kata-kata yang sempat Hermione dengar begitu dia berlari menjauh.

Merasa Draco mengejarnya dan memanggil-manggil namanya. Hermione justru semakin mempercepat langkah meninggalkan pesta Valentine yang tampak kacau gara-gara dirinya. Kakinya terasa sakit karena terlalu keras berlari.

Ketika salah langkah dan sebelah kanan tiang sepatu haknya patah, dia ambruk dan seseorang menangkapnya dengan cepat. Hermione hendak menghindarinya tetapi sudah terlambat ketika dia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya sendiri. Dan seseorang itu begitu kuat memeluk pinggangnya dengan kedua tangan merangkulnya.

“Harry ...” Ucap Hermione terkejut melihat sosok Harry Potter tampak berbeda. Dia mengenakan baju hem panjang tampak menawan. Rambut acak-acakannya bahkan telah dirapikan. Hermione merasa tidak enak tiba-tiba jantungnya berdebar-debar mengerikan ketika mata hijau itu menatapnya begitu intens. Mereka terpaku saling terpesona cukup lama.

Hingga detik berikutnya terasa tak terduga. Harry mencondongkan wajah mendekati Hermione yang hanya bisa terbelalak melebarkan mata saking kaget ketika akhirnya saling menyentuh. Ciuman itu begitu tulus dan lembut tetapi terasa sangat salah.

Seorang sahabat tidak akan menciumnya dengan cara seperti ini. Tetapi dia sendiri tidak tahu harus bagaimana. Tindakan yang benar adalah melepaskannya dan mendorongnya menjauh sebelum ada yang melihat. Tetapi dia terlambat melaksanakan pikiran itu ketika seseorang lebih dulu menariknya dan orang itu langsung melemparkan hantaman ke wajah lelaki itu. Harry jatuh ke tanah dan Draco menikam kedua bahunya. Dia terus menggerakkan pukulan ke wajah Harry.

“Dracoooo!!! Hentikan .... !!!” Hermione dengan sigap menarik Draco untuk berdiri menjauhi Harry yang sudah kacau. Kaca matanya terlepas dan patah. Harry tidak melawan sama sekali semakin membuat Hermione histeris karena Draco masih saja memukulinya. “Kumohon hentikan !!! Draco...!!!”

Ketika Draco sadar dengan rintihan tangis Hermione, dia akhirnya melepaskan Harry dan berdiri menghadap Hermione. “Ini yang kau sebut sahabat?” Tanya Draco dengan ngos-ngosan dipenuhi rasa marah. “Kau sangat salah sekali, aku sudah memperingatimu inilah sikap dongkolmu yang tidak mau sadar diri dengan yang sebenarnya!”

Hermione tidak bisa membantahnya. Dia meratapi atas apa yang baru saja menimpanya dan tidak sanggup melihat Harry yang sudah dipenuhi luka di wajahnya. Hermione tahu alasan kenapa Harry tidak membalas Draco karena pasti dia sadar dengan betul apa yang baru saja dia lakukan benar-benar salah.

Ginny muncul menghampiri mereka. Dia buru-buru membantu Harry berdiri dan memeganginya. “Kau tidak apa-apa Harry? Ayo kita obati lukamu!”

“Hanya karena aku punya hutang padamu!” Draco beralih ke Harry sebelum Ginny membawanya pergi. Nyaris hendak menghantam dia lagi jika Hermione tidak memeganginya dengan baik. “Bukan berarti kau bisa mengambil Hermione dariku!”

Hutang? Pikir Hermione. Draco merasa bersalah atas kejadian masa lalu antara mendiang kakak angkat Harry. Menjadikan momok bagi Draco sehingga merasa punya hutang pada Harry. Apakah ini hutang yang akan dituntut oleh Harry pada Draco?

Pegangan Hermione terlepas dan Draco kembali memukuli Harry. “Draco kumohon hentikan! Aku tahu aku salah. Aku salahhh, kumohon hentikan!”

***

Hogwarts School Love Story (Harry Potter Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang