Sebelum meninggalkan London, Hermione sudah memberitahu Luna bahwa dia tidak akan online selama dia disana. Dia sengaja mengabaikan karena ingin fokus menenangkan diri. Tidak peduli resiko yang harus diterima sekalipun mendapatkan panggilan dari agensi. Tidak hanya panggilan dari agensi melainkan semua panggilan dari siapapun.
Sebagai hasil dari merenung dan memikirkan, langkah pertama adalah mengunjungi Harry terlebih dahulu. Dia adalah orang yang jauh lebih tersiksa dibandingkan orang lain dalam masalah ini. Sehingga Hermione memutuskan kembali ke London lagi. Orang tuanya tidak bisa ikut karena masih harus menuntaskan urusan bisnis. Ketika dia sampai di Privet Drive Nomor 5, dia akhirnya memutuskan membuka ponsel didapati panggilan dari Luna.
“Hallo Lun! Gimana? Apa terjadi sesuatu?”
“Hermione, kau ngapain aja sih?” Dari nada suaranya terdengar gelisah dan khawatir.
“Aku hanya ...”
“Harry sudah berhari-hari opname di rumah sakit.”
“Ya ampun kok bisa sih? Apa pukulannya Draco terlalu parah?”
“Bukan itu, sebelumnya dia sudah kena tifus dan sekarang jadi radang paru-paru.”
“Astaga... rumah sakitnya dimana?”
Begitu Luna memberitahu lokasi rumah sakit dan ruangan yang ditempati Harry, Hermione langsung meluncur kesana.
Di bangsal yang ditempati Harry adalah kelas biasa. Koridor tampak sepi karena orang-orang jauh lebih memilih kelas atas. Hermione takkan sanggup melihat Harry. Betapa merasa bersalah karena meninggalkannya saat sedang terpuruk dan bahkan tak sadar bahwa dia sudah sakit cukup lama. Tapi dia harus menemuinya bagaimanapun caranya. Dengan langkah mantap, dibukanya pintu bangsal.
Petunia duduk di selembaran tikar bersama Lily yang menata barang bawaan. Vernon tidak ada di sana mungkin sedang bekerja. Harry dengan wajah pucatnya hanya sekilas menatap Hermione kemudian mengalihkannya.
“Hermione!” Sapa Lily tersenyum menyambut kedatangannya. Hermione tesenyum simpul membalas sebelum akhirnya tak sanggup lagi menatap lemah sosok yang bersandar di sandaran rumah sakit.
“Hallo Miss Granger!” Ujar Petunia. “Lama tidak berjumpa.”
“Ya, saya pulang sebentar ke kampung halaman.” Balas Hermione berusaha tidak menjatuhkan air mata.
“Hayy Harry!” Menyapa Harry terasa aneh dan dia bingung sendiri kenapa malah jadi begini. Harry yang hanya diam tidak mau memandang Hermione. Keadaan jadi tidak nyaman dan mendadak Hermione kehilangan semua kata-kata.
“Mom, sebaiknya kita beli makanan sekarang!” Lanjut Lily menyadari bahwa kedua orang itu ingin waktu privasi. “Hermione kami titip Harry sebentar ya!”
Petunia mengikuti Lily dan tinggalah Hermione sendirian bersama Harry. Hermione menaruh barang bawaannya untuk Harry di meja terdekat. Lalu duduk di samping Harry. Dengan begitu air mata langsung membasahi wajah. Tanpa ragu, dia pun memeluknya. Hermione merasakan betapa kurus sahabat lelakinya ini. Belum genap seminggu Hermione pergi, rasanya tubuh Harry berubah drastis sejak terakhir kali Hermione memeluknya.
“Kenapa bisa jadi begini sih?” Tanya Hermione terisak. “Kenapa tidak bilang kau lagi sakit?”
Harry hanya diam saja. Setelah cukup lama, Hermione melepaskan pelukannya sembari menyingkirkan sisa air mata. Dia menatapnya cukup lama sembari mengumpulkan semua kata-kata setelah semua hilang seketika beberapa saat yang lalu.
“Harry ... !!!” Dengan suara rendah tenggelam karena sisa isakan, mencoba mencari perhatian. “Maafkan aku ... !!!”
Tidak bisa lagi. Dia tidak bisa membendung tangisan yang kembali merebak. Rasa bersalah membuatnya menunduk lesu. Hermione berusaha menumpahkan semua pikirannya tetapi melihatnya bersandar lemah seperti itu membuatnya tak yakin untuk mengatakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hogwarts School Love Story (Harry Potter Fanfiction)
FanfictionHermione Granger adalah murid baru di Hogwarts School. Sekolah paling bergengsi di Inggris. Dia tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan keadaan barunya bahkan dengan cepat mendapat sahabat-sahabat baru yang tulus menyayanginya. Di dalam organisasi...