Menjelang pertengahan September, tugas tak mengenal keadaan. Hermione sudah mendapatkan tugas Fisika yang bahkan belum ada materinya dari Mrs. McGonagall. Mr. Snape juga tak henti-hentinya menambah tugas di setiap akhir pelajaran. Sebenarnya semua tugas harus selesai hari itu juga di sekolah namun tak selesai akhirnya perlu disambung hingga selesai di rumah. Di Hogwarts jarang ada PR. Biasanya otak semua murid diminta bekerja semaksimalnya ketika jam pelajaran di kelas atau di lab.
Belum lagi kelas berpindah-pindah dari lab bahasa ke lab IPA lalu kelas utama atau sebaliknya. Dengan keadaan seperti itu, susah untuk mengatur waktu berbicara dengan Ginny. Luna bilang Ginny sendiri yang akan meluruskan masalah keberatannya dengan Hermione. Jadi Hermione tidak perlu repot-repot meminta waktunya. Bagus deh, pikir Hermione. Jika diingat-ingat tak perlu ada yang merasa diberatkan. Ginny bahkan bilang dia tidak peduli lagi soal masa lalu itu. Maka semua akan baik-baik saja.
"Dasar Ginny." Umpat Hermione. Handphone masih berada dalam kondisi charging saat dia menanti balasan. Di kamarnya yang biasa di sore hari menjelang malam. Dia tidak pernah merengek pada seseorang sebelum ini dan Ginny sukses membuatnya merengek pada teman untuk pertama kalinya. "Rasanya kurang ajar aku harus dibeginikan, kenapa sih dia itu harus marah sampai dieman gitu."
Balasan akhirnya datang saat matahari sebentar lagi say goodbye dan tidak ada pelajaran yang perlu dituntaskan hari itu juga.
"Di Delacour Coffe nanti malam jam delapan akan aku jelaskan supaya kau paham!" Balas Ginny yang pertama untuk kesekian puluh kali Hermione mengechatnya di Whatsapp.
Ginny meminta Hermione datang ke salah satu coffe milik kakak tertuanya tempat biasanya mereka nongkrong. Selain tempatnya yang oke bagi anak remaja, yang paling penting adalah disitu gratis makan dan minum berkat kehadiran Ginny dan teman-temannya yang berhasil membuat Bill Weasley dan istrinya Fleur Delacour selaku pemilik coffe yakin mereka sekumpulan anak yang baik.
Hermione hanya menjawab oke saja dan segera berangkat ke tempat yang diminta.
Delacour Coffe punya desain sendiri soal dekorasinya. Penuh dengan simbol remaja di setiap dinding mulai dari grafiti kekinian dan bunga-bunga yang menghiasi setiap sudutnya. Ada meja-meja yang dikelilingi kursi besar atau lebih tepatnya sofa dengan sandaran tinggi dan melebar demi menjaga privasi pengunjung dalam satu meja dengan meja lain. Ada pula fitur outdoor bagi yang ingin menikmati indahnya malam.
Lampu-lampu itu berkelip-kelip di atas dinding bersama foto-foto sejarah pembangunan coffe ini yang dulunya bekas rumah tua milik salah satu mantan marinir Inggris. Tempat ini luas hanya ada satu band yang siap membuat bising semua ruangan. Tak sulit untuk menemukan keberadaan Ginny. Karena dia selalu memesan ruang VVIP yang hanya ada satu di tempat itu. Hermione curiga, tak ada satupun pelanggan yang berani masuk kesitu kecuali atas izin Ginny atau dari Bill dan Fleur.
"Hay semua!" Sapa Hermione. Baju merahnya yang begitu cerah membuat lampu-lampu disekeliling seolah padam dan empat kepala menoleh padanya.
"Hay Hermione!" Balas Luna duluan ketika Hermione duduk di kursi yang kosong.
"Lama sekali sih Hermione," ucap Pervati usai mengagumi vas bunga di meja. "Ginny sudah mempersiapkan naskahnya sangat baik sekali." Hermione hanya tersenyum.
Tetapi bahkan Ginny pun tidak menggubris masih sibuk melihat daftar menu. Sepertinya ada menu baru. Hermione belum pernah melihat buku itu sebelumnya.
"Aku pesan nomor dua, kalian mau apa?" Ujarnya biasa bersama melempar buku menu pada Pervati di sampingnya.
"Aku sama!" Balas Pervati.
"Aku dan Luna pilih nomor satu!" Ujar Lavender tanpa menawari Luna yang hanya tersenyum saja. "Kau Hermione!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hogwarts School Love Story (Harry Potter Fanfiction)
FanficHermione Granger adalah murid baru di Hogwarts School. Sekolah paling bergengsi di Inggris. Dia tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan keadaan barunya bahkan dengan cepat mendapat sahabat-sahabat baru yang tulus menyayanginya. Di dalam organisasi...