Hari berikutnya Hermione tidak nyaman dengan sikap Draco. Ia masih tidak enak karena Draco adalah mantannya Ginny tahun lalu. Kenapa Hermione sangat percaya diri bahwa lelaki itu menyukainya atau sengaja dia mendekati Hermione karena tak lain dan tak bukan adalah ingin balikan dengan Ginny.
"Itu batu bara terasa emas berkilau, jelas tidak mungkin!" Ujar Luna sembari memilah-milah buku di perpustakaan saat Hermione menceritakan unek-unek hatinya. "Draco bisa mencapai apapun yang dia inginkan, jika memang masih suka dengan Ginny sudah dari dulu dia balikan sama Ginny."
"Oh astaga, kenapa ini menganggu pikiranku?" kata Hermione pada dirinya sendiri menepuk-nepuk buku yang di depannya.
"Kau ini kenapa sih?" tanya Luna yang perhatiannya teralih padanya. "Jelas-jelas Ginny mendukungmu, kami semua mendukung kau dan Draco lantas apa yang membuatmu khawatir begitu?"
"Aku hanya tidak nyaman saja dan dia kan kerabat keluargaku."
"Kalian kan tidak punya hubungan darah, jangan terlalu berat memikirkan lelaki, bahaya untuk kepala."
"Benar, aku tak pernah memikirkan lelaki sampai begini."
"Oh ya, kau sudah bilang ke Harry untuk gabung di Jurnalistik?"
"Kenapa harus bilang ke dia?"
"Dia ketuanya, Hermione. Yang bertanggung jawab untuk perekrutan anggota baru, kau harus bilang padanya kebetulan ini tahun ajaran baru jadi ada perekrutan anggota baru untuk kelas sepuluh sekalian saja kau ikut daftar."
"Bilangin ke Harry dong!"
"Dia tidak akan percaya kalau bukan orangnya sendiri yang bilang, aku sudah bilang padanya kok kalau akan ada murid dari kelas sebelas mau gabung."
"Tuhh sudah kau bilangin, jadi aku gak perlu bilang lagi dong."
"Tetap kau harus bilang sendiri Hermione."
Harry Potter duduk di samping Hermione di kelas utama tetapi mereka tidak pernah berbicara sejak terakhir kali Hermione pertama masuk kelas. Apalagi beberapa pelajaran mengharuskan berada di laboratorium atau menuju kelas lain. Dan anehnya, Hermione selalu merasa canggung di dekatnya. Apa hanya gara-gara malam pertama mereka?
"Tuh, dia duduk disana!" Ujar Luna mengarahkan pandangan pada lelaki yang duduk di meja baca dekat komputer sedang menulis sesuatu di buku kecilnya sambil santai bersandar di kursi. "Sana bilang sendiri!"
Hermione pura-pura mengambil buku dan duduk di sampingnya sambil berdeham pelan. "Ehem!" tetapi tidak ada jawaban dari lelaki itu.
"Hay Harry!" Ujar Hermione akhirnya.
"Ya." Balasnya singkat tanpa memandang Hermione. Apa begini sikap seorang Jurnalis?
"Mr. Potter aku perlu bicara padamu!" Tanpa ragu Hermione memegang tangan kanan Harry. Pulpen yang dari tadi gerak-gerak di kertas itu meluncur ke depan.
"Kk-kau... Mau apa?" tanya Harry terlonjak dan mendadak bangun dari sandarannya.
Hermione lalu memandang orang sebelahnya itu. Ginny benar, lelaki ini punya rupa yang cukup menawan. Rambut acak-acakan bahkan terlihat bagus dengan kaca mata bulat menghiasi wajahnya. Ada bekas luka di dahi kanannya. Luka apa itu? batin Hermione, seperti bekas jahitan dan sepertinya itu dulu luka yang sangat parah. Tetapi bentuknya aneh seperti kilatan petir.
"Aku dengar kau ketua Jurnalistik, benar?" Tanya Hermione.
"Benar," Jawabnya memandang tangan kanannya tak percaya. Masih dicengkeram dengan erat.
"Uppss, maaf!" Hermione menyadarinya dan buru-buru melepaskannya. "Aku harus ikut satu organisasi, boleh aku gabung di organisasi yang kau ketuai itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hogwarts School Love Story (Harry Potter Fanfiction)
FanficHermione Granger adalah murid baru di Hogwarts School. Sekolah paling bergengsi di Inggris. Dia tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan keadaan barunya bahkan dengan cepat mendapat sahabat-sahabat baru yang tulus menyayanginya. Di dalam organisasi...