Make it Clear

191 28 0
                                    

“Lily!” Ujar Harry bangkit mendekati Lily untuk membuat tenang. Tubuhnya goyah seperti tidak sanggup menyangga diri sehingga Harry menarik ke dalam pelukannya.

“Ssshhh, tenanglahh.. Maafkan aku!” Lanjut Harry merintih sesal sembari memeluk adik kecilnya. Hermione berlinang menatap mereka. Masih terpaku di tempat merasa terpukul atas apa yang tadi dia dengar.

Petunia menghampiri mereka. Menatap dengan kaget biskuit yang bertebaran dengan serpihan piring.

“Apa yang terjadi?” Tanya Petunia meraih lengan Lily yang gemetar. Dia tampak menyadari sesuatu.

Sesaat Hermione nyaris berteriak dan bangkit berdiri untuk menghentikan ketika tiba-tiba Petunia melempar pukulan di kepala Harry.  “Sudah kubilang jangan sebut tentangnya!”

Lily semakin menjerit dalam tangisan berusaha memegangi tangan ibunya agar tidak lagi melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan. Sorot mata Petunia tampak tidak nyaman begitu beralih pada Hermione yang memalingkan pandang karena kikuk di tempat.

Petunia adalah wanita 50-an tahun yang sifatnya sangat keras dengan tubuh kurus ramping dan leher agak lebih tinggi dibandingkan pada umumnya. Kerutan di wajah sudah mulai kelihatan dan bahkan ada beberapa uban di rambut hitam ikal.

Sesering apapun Hermione mengunjungi Harry, dia tidak pernah benar-benar mengobrol dengan Petunia karena dia bukan sosok yang mudah diajak bicara. Hanya sekedar menyapa saja.

“Ayo Lily, aku akan membuatkanmu susu cokelat.” Ucap Petunia menghantar Lily yang masih menangis gemetaran. “Bereskan itu Harry!”

“Harry, aku bantu!” Hermione ikut mengumpulkan pecahan kaca ketika Harry mengambil kotak sampah dan mulai menjumputi.

“Tidak usah,” Jawab Harry singkat namun Hermione tetap membantunya hingga selesai. Hermione mencari ke lemari sapu untuk mencari mesin penyedot atau mungkin sapu saja. Ketika melihat isi lemari sapu dia terkejut sekali.

“Harry... Ini…!” ucap Hermione.

“Itu tempat tidurku waktu aku masih kecil.” Harry melanjutkan ketika Hermione bengong melihat kasur kecil dan lemari kecil di samping meja tempat beberapa mainan kecil, semua tampak rapi dan bahkan bersih meski baunya agak pengap.

Tak ada vaccum cleaner jadi Hermione mengambil apa yang disana, sapu dan ikrak.

“Bagaimana mungkin kau bisa tinggal disana?” Tanya Hermione mulai menyapu bersih serpihan kaca.

“Tak ada tempat lain, Duddley tidak mau berbagi ruangan denganku. Sekarang tempatnya jadi milikku.”

“Kau dulu pasti kecil sekali sampai bisa muat di dalamnya.”

Harry hanya tersenyum dan mereka menyelesaikan dalam diam. Hermione harus pulang. Dia masih merasa tidak enak menyaksikan kejadian tidak mengenakkan tadi. Jadi dia pun pamit, “Kalau begitu aku pulang dulu ya!”

“Kau mau ikut denganku sebentar?” Ujar Harry ketika Hermione hendak membuka pintu rumah. Sorot mata hijau itu begitu menawan.

***

Saat itu bintang bertebaran di angkasa. Tak ada tanda-tanda awan yang bisa menurunkan hujan karena sebentar lagi musim panas tiba. Jadi, mereka berdua semakin jauh meninggalkan Privet Drive hanya dengan mengayuh sepeda lusuh yang dulunya milik Petunia.

Harry menggerakkan pedal dan Hermione duduk di tempat duduk belakang. Hembusan angin malam seakan berirama tidak membuat kebisuan mereka terasa sepi. Hermione tidak tahu kemana Harry membawanya pergi. Melihat langit-langit tampak begitu damai berkebalikan dengan isi hatinya saat ini.

Hogwarts School Love Story (Harry Potter Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang