"Hogwarts School." Ujar Mr. Granger ketika ia kembali dari membeli makanan untuk makan malam keluarganya.
"Oh My God..." pinta Hermione di depan kue manis penutup makanan. Kue yang sempat menyebrangi lidahnya dan dirasakannya super lezat itu ia tinggalkan karena saking syoknya mendengar ucapan ayahnya. Meskipun sudah diberitahu bahwa ia akan disekolahkan di sekolah terbaik, mendengar nama Hogwarts Hermione tetap ternganga. "Itu sekolah terbaik seantero sekolah di Inggris."
"Itu benar Hermione, bersyukurlah kau masih bisa diterima disana." Sambung Mrs. Granger yang menuangkan teh manis ke cangkir kecil untuk suaminya. "Untuk masuk dan diterima disana butuh banyak pengorbanan dan banyak perjuangan tentunya."
"Saking baiknya, sekolah itu tidak pernah menerima sogokan seberapapun besarnya." Pinta ayah Hermione sambil menerima secangkir teh dari istrinya. "Aku sempat menawari kepala sekolah soal itu." sambil terkikik.
"Dan,.. dan bagaimana aku bisa diterima disana?" tanya Hermione, campuran antara gelisah dan penasaran.
"Kebetulan ada kursi kosong, ada anak yang keluar saat kenaikan kelas kemarin, karena yeah mungkin punya masalah keluarga sebab ayahnya memaksa anaknya untuk meninggalkan sekolah itu, padahal si anak cukup cerdas dan sudah senang bersekolah disana, itu yang dikatakan kepala sekolah saat aku mendaftakan namamu, karena ada kursi yang kosong dan melihat presentase di rapormu baik semua, kau langsung diterima." Jelas ayahnya panjang lebar.
"Oh leganya, kupikir aku harus menghadapi ujian lagi untuk masuk kesana."
Hermione sudah tidak sabar menghabiskan kuenya. Ia makan dengan sangat lahap. Kemudian membantu ibunya membereskan meja makan.
"Makan malam selesai, selamat beraktivitas malam!" ucap ayahnya mencuci tangan di westafel terdekat lalu pergi ke ruang depan.
"Beraktivitas malam, Dad bilang kita harus istirahat?" Kata Hermione saat mencuci gelas-gelas, kegilaan orang tuanya mulai kumat.
"Aku bercanda Hermione, tentu saja hari ini kita semua harus segera istirahat." Balas ayahnya sambil terkikik meninggalkan tempat menuju kamarnya. Hal muluk tentang kedua orang tuanya yang lain adalah istirahat malam dihabiskan untuk kerja lembur jika ada kesempatan.
"Sepertinya sudah cukup Hermione, kau bisa ke kamarmu sekarang dan mempersiapkan untuk besok, kau pakai bukumu yang lama masih bisa kan?"
"Tapi Mom, aku besok belum masuk sekolah kan?" Tanya Hermione curiga. Ibunya suka sekali dengan sesuatu yang harus segera dikerjakan.
"Oh Iya ya, ekspedisi yang membawa barang-barang dari rumah lama kita baru sampai besok ya?"
"Tentu dan aku tidak mau langsung masuk sekolah besok, aku perlu banyak persiapan untuk sekolah baru, aku tak pernah tahu rasanya jadi murid baru."
"Tenang saja Sweetheart , ini sama saja saat kau memasuki sekolah pertamamu." Ibunya nyengir lebar seolah-olah memberinya semangat sambil berfikir keras dimana ia sebaiknya menaruh barang-barang dapur. Jelas sekali ia sudah lama tidak menyibukkan diri di dapur.
"Aku mau istirahat..."
Hermione kembali ke kamarnya dan mengambil buku harian. Sudah lama ia tidak bercerita pada buku hariannya. Hari ini hari pertama di London, harus membuat catatan sejarah. Beberapa menit kemudian, dua lembar lebih buku hariannya sudah penuh ia tulisi kisahnya dalam beberapa hari ini sekaligus. Lalu Ia memasukkan buku hariannya ke dalam kotak dan menggemboknya seperti biasa, takut bila ada yang membaca catatan sejarah hidupnya yang dipenuhi curahan kata hati.
Jendela kamar belum tertutup sempurna, secara otomatis Hermione berjalan menuju jendela untuk menutup gorden. Matanya melongo, hatinya pun mencelos. Tepat di depan jendela yang berada di samping rumah ini bertatapan dengan jendela rumah tetangga di seberang jalan. Meski halaman depan Privet Drive Nomor 5 begitu luas, dari dalam kamarnya, Hermione bisa melihat dengan jelas pemandangan di balik jendela tetangganya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hogwarts School Love Story (Harry Potter Fanfiction)
FanfictionHermione Granger adalah murid baru di Hogwarts School. Sekolah paling bergengsi di Inggris. Dia tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan keadaan barunya bahkan dengan cepat mendapat sahabat-sahabat baru yang tulus menyayanginya. Di dalam organisasi...