12

398 54 6
                                    

Hari ini rumah kediaman bapak Sonu Widjaja tampak lebih ramai dari biasanya. Buktinya sarapan pagi hari ini ketambahan dua personil yang entah tak berantah sudah duduk di depan Thalia dengan tenang. Bahkan sesekali yang lebih tua mengambil kerupuk udang yang memang telah disiapkan di meja.

Erik yang berada di samping Thalia berkali-kali menyenggol tangan Thalia yang hanya Thalia respon dengan mengangkat dua bahunya tanda ia bingung dengan situasi ini.

"Ngapain lo disini?" Aken bertanya kepada Januar sambil mulutnya sesekali mengunyah kerupuk udang yang ia ambil. Makanan pembuka sebelum sarapan, katanya.

Januar menolehkan kepalanya menghadap Aken. Sebenernya ia 'tak suka Aken berada disini. "Saya mau jemput Thalia, lah om sendiri disini ngapain?"

Aken mengangkat sebelah alisnya, "Ya gue juga jemput Thalia, nganterin ke sekolah."

"Gak bisa. Saya dulu yang nyampe disini jadi Thalia bareng saya."

"Lo cuma bawa Vario, gue bawa mobil. Gak lihat kaki Thalia yang kaya gitu lo tumpangin ke Vario milik lo?" lalu dengan santainya, Aken kembali menyuapi mulutnya dengan kerupuk udang.

Januar diam. Ia berkali-kali mencuri pandang kearah Thalia dan hanya dibalas endikkan bahu Thalia. "Om juga kenapa sih acara jemput Thalia? Pacar juga bukan."

"Lah lo juga bukan pacar Thalia, sama aja keles."

"Tapi seenggaknya saya gak nabrak Thalia dengan konyol kaya om kemarin."

"Heh, itu gara-gara rem sepeda ponakan gue blong ya. Coba kalau gak blong gue udah jadi duplikat Valentino Rossi."

"Kalau gak bisa naik sepeda gak usah sok-sokan om."

"Gue kepret mulut lo pake kerupuk udang mau gak? Heran gue udah dari kemarin bilang gara-gara REM BLONG." Aken menekankan kat REM dan BLONG karena kesal. Sedangkan Januar sangat senang memancing pertikaian dengan Aken.

Sebelum Januar membalas, Sonu datang dengan piring berisikan nasi goreng untuk mereka sarapan. Erik yang menganggur lantas membantu Sonu merapikan meja makan. Harusnya ini tugas Thalia namun karena kakinya, tugasnya digantikan dengan Erik.

"Aken, ntar gue minta tolong anter jemput anak gue ya? Gue lagi sibuk banyak tugas hari ini." ucapan Sonu lantas membuat Aken tersenyum kemenangan dan memamerkannya ke Januar. 1-0 untuk Aken dan Januar.

Thalia yang mendengar ucapan ayahnya hanya bisa menghela nafas, "Apasih yah! Thalia udah gede ya. Ini cuma bengkak doang bisa pake motor." dan tentu saja Sonu menggeleng tidak setuju. Ia terlalu khawatir.

Tangan Sonu terulur untuk mengelus rambut coklat  tua milik Thalia. "Kamu nurut sama ayah. Disuruh absen gak mau jadi kali ini nurut. Om Aken baik kok dia junior ayah. Ayah nitipin kamu ke om Aken karena ayah khawatir sama kamu."

Disisi lain terlihat jelas aksi tatap menatap yang dilakukan oleh Januar dan Aken. Erik yang duduk diseberang mereka hanya menatap kedua orang itu dengan heran. 'Rebutan cewek lagi' itu pikir Erik. Mending bantuin dia luluhin hati Gemani aja daripada rebutan Thalia.

☁️

Aken menyetir dengan perasaan kesal, bisa dilihat dari hembusan nafasnya yang terlalu kasar dan tentu saja Erik yang berada di sampingnya menyadari hal itu. Erik memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu namun urung ketika ia melihat Aken yang sesekali melirik kaca yang barada diatas.

Januar dan Thalia yang sibuk bermain ML.

Erik terkikik geli, ia tahu alasan kenapa om-om disampingnya ini terlihat sangat kesal. "Kesel om?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Redamancy. - Lee JuyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang