4

364 80 4
                                        

Januar berkali-kali melirik kearah paperbag yang berada diatas meja tempat duduknya. Paperbag warna biru muda yang sempat ia beli kemarin malam bersama bunda. Bunda Januar sempat bertanya untuk apa tetapi hanya dibalas senyuman oleh Januar. Ia mengintip kedalam isi paperbag (lagi dan entah keberapa kali) untuk memastikan bahwa baju dan hoodie kepunyaan Thalia terlipat rapi.

"Gama, ini udah rapi belum sih? Gue kok nggak yakin." Decakan keluar dari mulut Gama yang menandakan ia benar-benar kesal terhadap pertanyaan Januar. Hampir 15x Gama mendengar itu sejak kemarin "Lo niat balikin gak sih? Itu baju sama hoodie-nya udah rapi ngalahin amal baik lo."

"Terus kalo lo pelototin tuh bungkusan, kapan balikinnya?" Pertanyaan Gama membuat Januar tersenyum meringis.

"Aduh, gue grogi anjing. Lo aja yang ngumpulin."

"Dih peyang. Yang dipinjemin baju gue atau lo sih?"

"Gue."

"Yaudah lo yang kumpulin, monyet." Januar akhirnya bangkit dari bangkunya dan menenteng paperbag biru muda itu.

Januar akhirnya keluar dari kelas dan berjalan memutari koridor. Kelas 11 MIPA 2 ada di seberang jadi dia cukup memutari koridor lantai dua saja. Januar cukup grogi mengingat kemarin Thalia yang cukup perhatian kepada dia. Sebenarnya, dia hanya tidak siap bertemu dengan Thalia.

Januar berhenti tepat di samping pintu kelas Thalia. Ia sedikit mengintip ke kelas dan mendapati beberapa anak yang sedang memakai pakaian olahraga tengah berbincang. Baru saja ia akan masuk ke kelas untuk menanyakan perihal gadis yang dicarinya, pundaknya tidak sengaja tersenggol seorang perempuan. Januar yakini ia juga kelas 11 MIPA 2 karena memakai pakaian olahraga.

"Eh sorry, gue gak sengaja nabrak lo."

"Gapapa dah, gue juga salah sih udah berdiri di depan kelas lo."

Perempuan itu -Nadine- mengernyit, "Ngapain lo didepan kelas? Nyari seseorang?" Januar langsung mengangguk karena itu tujuan utamanya untuk mengembalikan baju dan hoodie, "Iya, gue nyari Thalia. Dia ada gak?"

Nadine semakin mengernyit dan dia melirik kearah paperbag yang digenggam Januar. Dia akhirnya mengerti "Oh, dia lagi sakit demam tinggi. Goblok sih dia, udah tau nggak tahan sama air hujan malah hujan-hujanan kemarin." Januar sedikit kaget karena mengetahui Thalia sakit. Itu artinya, Thalia sakit setelah hujan-hujanan saat pulang kemarin. Januar merasa bersalah. "Oh gitu ya? Kalau gitu, gue duluan."

Tidak salah kan jika Januar merasa sangat khawatir sekarang?

☁️

Disinilah Januar kembali menginjakkan kaki didepan rumah bercat putih. Bedanya kalau kemarin dalam keadaan hujan sekarang terkena terik sinar matahari. Tangan kanannya menggenggam paperbag biru muda sedang tangan kirinya menggenggam plastik indomaret dan bubur ayam.

"Assalamualaikum." Januar mengetuk pintu kayu kokoh yang dicat hitam beberapa kali disertai salam namun tidak ada jawaban.

Berkali-kali ia mengetuk pintu namun tidak ada jawaban. Januar akhirnya berinisiatif meninggalkan paperbag dan teman temannya diatas meja namun gerakannya terhenti setelah mendengar suara pintu dibuka.

Pintu terbuka sedikit, menampilkan sosok Thalia yang tengah mengintip memakai piyama biru muda dengan motif awan. Sedang dahinya terpasang bye bye fever. Jangan lupakan mata yang sembab dengan hidung merah. Kaki Januar terasa lemas karena Thalia sangat menggemaskan.

"Hm, mau apa lo kesini?" suara Thalia terdengar bindeng dan itu jauh lebih menggemaskan.

"Gue nggak dipersilahkan masuk nih?"

Thalia akhirnya membuka pintu dengan sangat lebar lalu menyuruh Januar duduk di sofa ruang tamu. Januar sedikit khawatir karena Thalia berjalan gontai dan nyaris ambruk. Januar berinisiatif merangkul Thalia lalu mendudukannya "Bisa sakit juga lo "

"Gue manusia, nggak boleh sakit gitu?" Thalia berujar demikian sembari menutup mata karena rasanya berat walau hanya membuka mata sebentar.

Januar mengambil plastik yang berisi sterofoam dan membukanya. Ia menuangkan kuah kari sebagai pelengkap dari bubur ayam.

Tadi setelah Januar mengatakan kepada Gama bahwa Thalia sakit, Gama langsung memberi saran untuk menengoknya dan membelikan bubur ayam langganan bunda nya. Awalnya ditentang eh Januar karena menurutnya itu terlalu berlebihan tapi kalau datang kerumah Thalia dengan tangan kosong itu sangat kekurangan.

"Thal, makan dulu. Gue tau lo pasti belum makan." Thalia menggeleng menandakan ia menolak untuk makan. Januar menghela nafas lalu mendekati Thalia. Ia mengambil sesendok bubur, "Thalia, aaaa. Pesawat nya mau lewat tol."

Thalia terkekeh geli dan akhirnya dia membuka mata dan menerima suapan dari Januar. Januar senang karena akhirnya ia bisa menyuapi seseorang untuk pertama kalinya. "Gak enak. Gak ada rasanya." Thalia cemberut, ia kecewa kepada lidahnya karena tidak memberikan rasa yang memuaskan.

"Seenggaknya makan Thal. Kasian kalau perut lo kosong."

"Enggak mau."

"Tujuh suap?"

"Lima suap!"

"Enam suap?"

"Lima atau nggak sama sekali!"

"Hadeh, yang lagi sakit mah manja." Januar tersenyum puas karena berhasil membuat Thalia terpancing untuk memakan buburnya.

"Gue mau makan sendiri." Baru saja Thalia ingin merebut sendok yang Januar pegang, Januar menjauhkan tubuhnya lalu menggeleng "Lo jalan aja udah kaya mayat hidup gausah sok megang megang sendok. Gue yang nyuapin." Hal itu membuat Thalia cemberut lagi.

Acara suap-suapan itu berakhir hening. Thalia yang sibuk mengunyah makanan dan Januar yang sibuk menyuapi Thalia. Januar sangat menikmati momen-momen ketika Thalia mengernyit merasakan pahit. Januar gemas, ia tidak menampik hal itu. Sedang Thalia merasakan ada hal lain yang masuk kedalam perutnya selain bubur. Ia merasakan, atmosfir kupu-kupu.

"MBAK ITHAL. ADEK PUL-"

Thalia dan Januar sontak menengok kearah pintu. Menampilkan seorang cowo dengan pelipis yang dipenuhi dengan keringet. Jangan lupa dengan seragam sekolah yang digulung persis Thalia saat kepanasan.

"-ANG."

Erik, adik dari Thalia tersenyum canggung. Tentu saja canggung karena ia melihat kakaknya tengah bersuapan ria dengan cowok yang bahkan Erik tidak kenal. Sedetik kemudian dia tersenyum menyeringai, "Hayooo, mbak Ithal pacaran adek bilangin ayah looo."

☁️

Thalia melirik kearah paperbag yang Januar berikan tadi sebelum pulang. Lalu bergantian melirik kresek indomaret yang berisi jajanan. Thalia bersumpah jika Januar sangat berlebihan dalam memberi jajanan.

Tangan Thalia terulur untuk mengambil paperbag. Ia sangat suka dengan paperbag itu karena biru muda adalah warna favoritnya. Tangannya membuka tali yang mengikat benda itu lalu mengeluarkan baju dan hoodie miliknya. Wangi dari parfum Januar menyeruak keluar membuat Thalia mengernyit merasakan hal aneh masuk ke hidungnya. Januar sangat narsis.

Atensinya teralih melihat ada sekotak toples bening yang berisikan cookies yang Thalia yakini ini handmade. Ia membaca kertas yang ditaruh diatas toples itu.

'Makasih buat baju sama hoodie lo. Gue kemarin nyuci sendiri pake Downy. Terus gue tambahin parfum biar wangi kaya gue.'

'Btw ini cookies buatan bunda gue colong satu. Jangan bilang-bilang ya. Wkwk bercanda XD'

Redamancy. - Lee JuyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang