6

334 73 9
                                    

Hal apa yang paling enak di malam minggu? Chill and netflix. Thalia udah nyiapin beberapa snack sisa dari Januar dulu. Ia juga sudah menyalakan laptop yang menampakkan logo netflix berwarna merah. Disaat yang lain memilih untuk pergi dimalam minggu bersama pacarnya, Thalia memilih mendekam dikamar. Alasannya cuma satu, ia tidak punya pacar.

Rasanya ia ingin menyerah mendapatkan Yudha. Sudah beberapa hari ini pikirannya goyah karena Januar. Atau jangan-jangan dirinya suka Januar? Tapi mengingat kejadian tadi sore sangat memalukan. Mengapa harus Januar? Mengapa tidak Nadine atau Mahesa bahkan Satria dan Mada?

Thalia menepis pikirannya dan mulai mencari film. Akhir-akhir ini ia melihat rekomendasi drama korea berjudul Start Up yang memecah dua kubu. Baru saja tangannya akan mengetik pencarian, notif dari ponselnya mulai bermasukan.

Mula-mulanya ia membiarkan notif tanpa menyentuh ponselnya namun notifikasi itu terus masuk yang mengharuskan Thalia membukanya.



+6287706XXXXXX3

|saveback, ini gue januar
|daripada lo ngegabut dirumah mending
  temenin gue.
|gaada penolakan!
|gue udah nangkring depan rumah lo.




Buru-buru Thalia mengintip dari jendela dan benar saja, Januar dengan vario hitamnya sudah berjejer didepan rumahnya. Thalia meremas rambutnya kesal, mengapa laki-laki itu mendadak sekali. Mengapa tidak memberi tahu lebih awal?




anjir|
mendadak banget kaya martabak|
bentar gue siap-siap|
masuk aja dulu, ada bokap sama adek|




Thalia langsung menutup tirai jendelanya dan berganti baju. Entah mengapa ia ingin sedikit memakai baju feminim. Biasanya ia hanya memakai crop top dengan jeans tapi kali ini tangannya bergerak mengambil dress yang sempat ayahnya belikan karena ayahnya sendiri juga capek melihat Thalia yang tidak mau memakai dress.

Setelah selesai ia langsung berlari turun, tak ingin membuat Januar lebih lama karena ia tahu betul bahwa menunggu itu sangat tidak mengenakkan. Thalia sedikit terkejut ketika melihat Januar bercengkrama dengan ayahnya bahkan sesekali tertawa.

"Nah, ini dia anaknya." Ayah Thalia tersenyum sumringah yang menampakkan eyesmile milik beliau. Hal itu membuat Thalia ikut tersenyum.

"Mbak Thal, nanti titip martabak atau apalah yang manis manis." Tangan Thalia bergerak untuk meminta uang yang menimbulkan decakan dari Erik, "Ah, lo mah sama adek perhitungan."

"Udah-udah, adek jangan ganggu mbak. Sana kerjain tugasmu yang numpuk." Ayah Thalia mengusap kepala si bungsu.

"Yaudah om, saya sama Thalia pamit dulu ya. Assalamualaikum." Januar salim dengan calon mertuanya (( ceilah )) disusul dengan Thalia yang salim dan mencium kedua pipi ayahnya lalu memeluknya.

Lantas Thalia ikut mengejar Januar yang lebih dulu keluar dari rumah. Sesampainya di motor, ia menyikut Januar karena kesal. "Kenapa sih lo gak bilang bilang kalau mau keluar?"

Januar tersenyum kecil, "Biar surprise. Kasian lo gak pernah di surprise-in makanya gue surprise dengan jemput lo mendadak." Hal itu membuat Thalia kembali menyikut Januar dan membuat Januar meringis, mengapa tenaga gadis ini sangat kuat.

"Btw mau kemana?" Thalia memasang helm nya dengan hati-hati karena takut poninya rusak. Januar yang melihat itu tersenyum jahil dan langsung mengacak poni Thalia, "Ikut aja, kita jalan-jalan keliling kota."

Redamancy. - Lee JuyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang