7

285 72 15
                                        

Ini baru pelajaran pertama namun sudah ada kata jamkos dikelas Januar. Biasanya saat jamkos, Januar lebih memilih diam dibangkunya sembari tidur. Bangun juga karena dirusuhin Sonya dan Yuka.

Tapi kali ini berbeda. Jamkos milik Januar ia gunakan untuk memantau seorang perempuan yang sukses membuatnya senyum-senyum dalam tanda kutip sendirian. Tapi sayangnya ia hanya berani memantau dibalik jendela kaca kelasnya. Malu kalau ketauan, katanya untuk dirinya sendiri.

"Januar! Mending lo tidur aja deh jangan ngerusuhin tempat gue." Sonya berdelik kesal karena bangkunya ditempati oleh Januar yang tentu saja acuh dengan perintahnya.

"JANUAR!" Sonya berteriak keras tepat di samping telinga Januar yang membuat Januar mengumpat sambil memandang Sonya dengan tatapan tajam.

"Berisik, kuping gue pengang." Buru-buru Sonya mendorong tubuh kerempeng milik Januar yang tentu membuat Januar jatuh dari kursinya.

Sekarang gantian Sonya yang mengintip keluar jendela mencari objek yang Januar lihat daritadi, "Jan lo liatin apa sih kok gue gak nemu yang lo lihatin?" Januar bangkit lalu berdiri tepat dibelakang Sonya.

"Kepo lo tante." lalu meninggalkan Sonya dan pergi keluar kelas.

"TANTE MATAMU TIGA!!" itu adalah teriakan Sonya yang Januar dengar setelah ia keluar kelas.

Januar akhirnya memutuskan melihat Thalia dari dekat. Objek yang semakin dilihat semakin menimbulkan rasa euforia dalam hatinya.

Thalia yang sedang serius berlari dan mengoper bola ke kawannya, tidak akan membiarkan lawan merebut bola miliknya.

Januar rasa, Thalia seribu kali lebih cantik ketika menguncir rambutnya menjadi ikal kuda apalagi saat memakai pakaian olahraga dengan keringat di dahinya.

Thalia itu berbeda, dibandingkan duduk diam sembari mendengarkan gosip seperti gerombolan perempuan yang tengah menatap Januar seakan Januar adalah pahatan sempurna terakhir didunia ia lebih memilih menggunakan waktunya untuk bermain bola.

Lagi-lagi Januar tersenyum karena Thalia. Thalia tengah tertawa bahagia karena berhasil mencetak poin untuk tim nya dan bersamaan dengan itu, peluit dar wasit ditiupkan pertanda akhirnya permainan.

Januar yang sudah menggenggam minuman isotonik yang sempat ia beli tadi pagi berdiri. Niatnya ingin memanggil Thalia dari tempatnya.

"THAL-" niat Januar ia urungkan karena melihat Thalia lebih dulu disodori minuman oleh seseorang dari tim lawan main Thalia. Terlihat dari rompi warna kuning neon.

Januar bisa melihat Thalia tersenyum malu-malu sambil menerima minuman kepunyaan laki-laki itu. Tapi rasanya, Januar tidak terima melihat Thalia tersenyum selain pada dirinya. Jika ia punya keberanian pasti dari awal sudah meninju laki-laki yang tengah mengelus kepala Thalia sekarang.

Padahal Januar tau kalau Thalia bukan siapa-siapa. Tapi rasanya sesak mengetahui Thalia berbincang santai dengan orang lain selain dirinya. Bahkan tak jarang Thalia meninju malu-malu pria dihadapannya.

Januar mundur. Ia kembali masuk kedalam kelasnya. Minuman yang di tadi ia genggam untuk Thalia ia lemparkan kearah teman sekelasnya, Nava.

"Janc*k Januar, kenek ndasku." Nava mengaduh kesakitan karena Januar melempar tepat di kepala Nava yang tengah tertidur, tadinya.

"Minum aja, gratis buat lo."

☁️

Thalia bahagia. Tentu saja bahagia, orang mana yang tidak bahagia ketika berhasil mencetak gol terakhir untuk tim nya ditengah keadaan tim kalian ber-poin seri?

Redamancy. - Lee JuyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang