Mood Thalia baikan setelah ia berhasil menyurahkan isi hatinya kepada ayahnya. Terlihat kini tangan kanannya menggenggam Cimory Squeeze Yogurt sedang tangan kirinya menenteng bingkisan plastik alfamart yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Yang pasti isinya adalah cemilan favoritnya.
Kalau kata Thalia, setelah mood baikan harus dirayakan dengan sesuatu yang asam bukan yang manis. Kalau mood nya lagi buruk gantian makan makanan yang manis.
Tapi baru saja ia ingin menyedot minumannya, teriakan melengking dari arah belakangnya membuat ia terkejut. "WOI MINGGIR, REM GUE BLONG--" dan selanjutnya bisa kalian tebak.
Mereka kecelakaan. Mereka yang dimaksut adalah Thalia dan sang pengendara sepeda roda empat. Thalia meringis kesakitan karena ia jatuh dengan badan tersungkur alias kedua lututnya jatuh menghantam aspal terlebih dahulu. Untung saja ia berhasil mengamankan cimory squeeze miliknya dan plastik berisi calon penghuni perutnya.
Thalia bergidik ngeri saat melihat kedua lututnya terus terusan mengeluarkan darah. Lantas ia melirik ke seseorang yang menyebabkan ia seperti ini. Laki-laki yang tengah membersihkan bajunya dari pasir pasir.
"Lo gak niat gitu minta maaf ke gue?" suara Thalia menyapa pendengaran laki-laki itu.
Pengendara sepeda itu melihat kondisi Thalia yang agak memprihatinkan. Ia melihat luka di kedua lutut Thalia dan goresan di dagu Thalia "Oh, maaf."
Thalia memandang 'tak suka lelaki dihadapannya ini. "Gak ikhlas."
Laki-laki itu mendengus dan menghela nafas kasar, "Lo yang salah kenapa gak jalan di trotoar?" Thalia meneguk ludah karena kalah telak. Memang terdapat trotoar tapi entah mengapa ia lebih suka berjalan di pinggir jalan. 'Toh ada garis putih yang memisahkan kendaraan dengan tempat berjalan.
Thalia melirik laki-laki dengan kaos putih yang tengah memegang sepeda, "Lo sendiri kalau gak bisa naik sepeda ya gak usah. Sepeda anak tk mana yang lo ambil?"
"Suka-suka gue mau naik sepeda atau nggak." Thalia tidak habis pikir dengan pemuda didepannya ini dan tidak mau membuang waktu. Lantas ia bangkit dari duduknya. Namun baru satu langkah ia berjalan, ia merasakan sakit yang luar biasa pada pergelangan kakinya. Jangan lupakan rasa cenat cenut di kedua lututnya.
"BEGO SAKIT BANGET." tanpa sadar Thalia mencengkram lengan pemuda itu dengan kuat. Ia tidak bohong kalau kakinya sangat sakit bahkan untuk bergerak saja ia rasa ia tidak akan mampu.
Laki-laki itu refleks menahan badan Thalia yang hampir jatuh. Dibandingkan dengan dirinya, ia rasa perempuan didepannya ini jauh lebih parah daripada dirinya. Ia hanya mendapat goresan di telapak tangan dan tidak terlalu nyeri.
Laki-laki itu kemudian meminggirkan sepeda milik keponakannya yang ia pinjam 15 menit yang lalu kemudian memposisikan badannya menjadi setengah berlutut, "Kenal gak kenal cepet naik. Gue anter lo pulang sampe kerumah."
Lantas tanpa pikir panjang Thalia naik ke punggung laki-laki itu dan mengalungkan tangan ke lehernya. Kakinya bahkan memeluk pinggang lelaki itu dengan posesif. Hitung-hitung kalau lelaki itu tiba tiba membuangnya ke jalan ia sudah siaga sejak awal.
Laki-laki itu kini mulai berjalan dengan menggendong gadis 'tak dikenal dipunggungnya. "Rumah lo dimana?"
Thalia menunjuk gang sekitar 100 meter dari langkah mereka, "Masuk gang situ terus lurus aja cari yang cat rumahnya warna putih halamannya gede." lalu menyesap cimory miliknya yang masih ia genggam.
Laki-laki itu melihat kearah yang ditunjuk oleh gadis ini dan mengangguk, "Nama lo siapa?"
"Emmm, Thalia. Kenapa? Mau pdkt? Maaf, gue udah punya." Bukan Thalia kalau gak pede.

KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy. - Lee Juyeon
FanfictionRedamancy (n.) kondisi dimana kita mencintai seseorang dan ia membalasnya. Thalia mempunyai seribu daya tarik yang membuat Januar terpikat. Fanfiction of, Son Eunseo and Lee Juyeon.