十 : Jealousy?

3.6K 951 365
                                    

Demo kemarin rame banget aaacck seneng.

Vomments kata Yuta.

HEHEHEHE. Gampang kok apalagi ngevote tinggal pencet aja bintangnya <3

We Are by One OK Rock is the song for this chapter

Ren keluar dari ruang guru setelah ia memberikan buku absen sembari menyampaikan komplain mengenai kondisi kelas yang panas karena AC di kelasnya mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ren keluar dari ruang guru setelah ia memberikan buku absen sembari menyampaikan komplain mengenai kondisi kelas yang panas karena AC di kelasnya mati. Dengan buku absen di tangannya, Ren berjalan masuk ke dalam kelas yang berada tak jauh dari sana.

Saat sampai di kelas, matanya langsung fokus menatap Reina yang terlelap di bangkunya dengan Jeno dan Jamie yang mengipasi dirinya dari dua sisi yang berbeda sehingga rambut perempuan itu terbang ke arah yang tak beraturan.

Ctak!

Ren menaruh buku absen di mejanya dengan kasar. "Minggir. Suasana hatiku sedang buruk," ketus Ren pada Jamie yang duduk di bangkunya.

Karena Ren dikenal menyeramkan saat marah, Jamie kemudian memberikan sinyal tak bersuara pada Jeno lalu mereka kembali ke bangku di mana mereka harus duduk alias bangku paling belakang.

Mata Ren kini tertuju pada murid pindahan dari Harajuku yang tengah tidur dengan damai di kondisi kelas yang dapat dikatakan sangat panas. "Oi, Reina," panggil Ren sembari mengguncang kecil pundak Reina.

Mengerjap pelan mata perempuan itu, perlahan-lahan ia membuka matanya yang langsung tertuju pada Ren yang tengah menatap lurus padanya. "Akhir Juli nanti, kau ada acara?" tanya Ren.

Reina menggeleng lemas. Nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya.

"Kau mau menonton balapan Jeno dan Jamie?" tanya Ren.

Nyawa itu seketika kembali masuk sepenuhnya ke dalam tubuh Reina. Mengapa Ren—orang yang menyuruhnya untuk menghindar dari Jeno dan Jamie malah menjadi orang yang mengajak dirinya ke balapan itu?

Ren menggeleng. "Hentikan pikiran burukmu tentangku. Jika kau tak pergi bersamaku dan menolak terang-terangan ajakan mereka, kita tak tahu apa yang akan mereka lakukan agar kau ada di sana."

Reina yang merasa pikirannya dibaca itu tersenyum kaku. "Jadi, kau akan menjemputku?"

Anggukan ringan Ren bersamaan dengan suara bel pulang sekolah berdenging. Ren langsung berdiri dari duduknya dan berpamitan pada Reina, "Selamat libur musim panas, Reina. Ngomong-ngomong, aku hari ini pulang ke jalan yang berbeda, kau bisa pulang duluan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
YUTAKUZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang