十六 : Wakagashira's Soul

3.1K 536 155
                                    

Halo? Siapa yang masih nunggu? Keren. Aku kasih seribu jempol buat kesabaran kalian!!

As you guys know, aku ada problem sama laptopku dan karena hopeless aku ngetik ulang karena aku udah janji sama kalian mau update.


Ramein komentar, please? He he.

Sudah hampir dua puluh menit, di dalam mobil yang ditumpangi sang Wakagashira itu tiada ada suara apa pun selain musik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir dua puluh menit, di dalam mobil yang ditumpangi sang Wakagashira itu tiada ada suara apa pun selain musik. Getar ponselnya tak ia hiraukan, dari pola getarnya dia sudah mengetahui kalau itu adalah panggilan dari Mina. Rasa hampa masih terlalu menyeruak di dadanya, bagaimana tidak? Dia baru saja melepas orang-orang veteran penghuni Rumah Utama yang secara realita sering menemaninya ketika tumbuh dari remaja hingga dewasa, bersamanya selama waktu yang lama. Bahkan, lebih lama daripada ayahnya sendiri, seingat dirinya.

Ia melewati sekolah menengah atasnya dan membuatnya mengingat akan Reina dan tentu saja orang yang diperintahkannya untuk menjaga gadis itu. "Jushin, siapa yang mati dalam tugas menjaga Reina?" tanyanya pelan namun cukup jelas untuk didengar oleh si adik yang tengah menyetir.

"Tanaka. Memang tak seharusnya anggota baru kita lepaskan," timpal Touya yang terdengar sedikit menyesali apa yang menjadi keputusannya.

"Hmm. Kau salah, Touya. Orang-orang di kelompok Nakamoto itu kuat terlepas dia baru atau lama. Jangan meragukan saudaramu sendiri. Ini hanyalah ... kita yang tak benar-benar mengenal siapa musuh yang tengah kita hadapi," tutur si Tuan Muda.

Tak ada yang menyela omongan Yuta. Mereka benar-benar membutuhkan waktu seperti sekarang ini. Waktu di mana dirinya yang lain alias dirinya yang berpikir layaknya seorang yakuza bergabung dalam percakapan itu.

Ia menghirup napas dalam-dalam setelah menaikkan sebelah kakinya. "Musuh kita bukan hanya Espinoza. Selain itu, Oyaji sudah mengatakan padaku bahwa urusan bersama Espinoza sudah tak lagi menjadi fokus utama kita. Bisa kita lihat, musuh Nakamoto justru keluarga lain."

"Musuh penguasa Jepang, bukankah orang Jepang itu sendiri?"

Dirinya melamun sembari kepalanya memutar kilas balik di mana pada satu minggu dia mendengar kabar baik dan buruk bergantian. Repetitif. Bagaimana pekan itu menjadi akar dari semua yang tengah ia hadapi sekarang ini.

Pada hari Senin menyaksikan saudaranya memotong dua kelingkingnya.

Hari Selasa, ia senang karena akhirnya dia berhasil berbicara dengan Jay dan Johnny, hari pertamanya benar-benar terjun ke bisnis keluarga secara langsung, tak lupa juga, hari itu adalah hari di mana ia bertemu lagi dengan Reina. Terlepas adanya kekacauan yang disebabkan oleh penembak anonim, hari itu ia didominansi perasaan bahagia. Jauh di dalam dirinya, ia senang dengan kenyataan dirinya dan keluarganya berlari bersama lalu berhasil pulang tanpa ada luka sedikit pun. Dia merasa ... berhasil.

YUTAKUZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang