十五 : Safety First

2.4K 482 167
                                    

Halo semuanya, sudah lama nggak bersua dengan Yutakuza, ya.

TAPI YANG NYARIIN JUGA NDAK ADA :'(

Ada, ding.

Ngomong-ngomong, kabar kalian gimana, nih?

Konon, di dunia yang ditinggali oleh Yuta, informasi yang paling terpercaya itu adalah apa pun yang terlontar dari mulut seseorang yang nyawanya diancam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Konon, di dunia yang ditinggali oleh Yuta, informasi yang paling terpercaya itu adalah apa pun yang terlontar dari mulut seseorang yang nyawanya diancam. Sore tadi, di balik agenda liburan musim panas yang menyenangkan itu ada sebuah agenda tersembunyi yang berjalan 'cukup' lancar atas bantuan Mina.

Dengan perasaan marah dan merasa dikhianati, Yuta melangkah masuk ke ruangan di mana ayahnya tengah menulis sebuah surat dengan tulisan tangannya untuk dikirimkan ke pihak Espinoza. Dengan sopan ia berucap, "Ayah, izinkan aku untuk turun tangan dalam eksekusi pengkhianatan mereka."

Jemari itu berhenti menulis saat mendengar permintaan dari anaknya. Kepala yang mulanya menatap kertas yang tengah ditulisi olehnya kini menengadah untuk melihat anaknya yang tengah membungkuk di hadapannya. "Mengizinkanmu untuk itu?"

Yuta masih terus menunduk. "Betul, Oyaji."

"Nakamoto Yuta ... itu memang bagianmu."

Glek.

Dengan perasaan merasa bodoh yang meluap dalam diri, Yuta merutuk pada dirinya sendiri yang tak mengetahui dengan betul apa saja yang menjadi tanggung jawabnya sebagai Wakagashira. Ia mengurungkan niatnya untuk berhenti menunduk saat mendengar suara pena diletakkan ke meja. Jiro bersuara lagi, "Apa kau mengira aku sudi? Tangan bersihku ini akan turun untuk mengurusi manusia-manusia kotor yang tak tahu diri?"

"Tidak, Oyaji. Maaf," ucap Yuta dengan pandangan yang semakin menunduk.

"Tegapkan badanmu dan cepat bunuh mereka," ucap Jiro yang kembali menulis.

Mata Yuta membeliak sempurna mendengar perintah dari Jiro. "Bu ... nuh?"

"Ya. Kau berencana membiarkan pengkhianat hidup?" tanya Jiro mengintimidasi.

Ia menatap ayahnya dalam-dalam. "Ayah, biarkan aku lakukan dengan caraku."

Mata tajam milik Jiro kini menatap lurus pada mata milik anaknya. "Apa caramu adalah cara yakuza?"

Anak tunggal itu memejamkan matanya. Selain untuk menghindari pandangan tajam ayahnya, ia juga membayangkan keluarga-keluarga dari para pengkhianat itu, membayangkan akan seberapa kosongnya pandangan mereka ketika ditinggalkan oleh orang yang berjasa bahkan mengabdikan diri untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Satu hembusan napas ia hembuskan beriringan dengan matanya yang terbuka. "Aku akan memberikan pedang wakizashi pada mereka. Jika memang mereka sudah membocorkan sesuatu, diri mereka sendirilah yang akan membinasakan dirinya."

Jiro tak menjawab dan kembali menulis apa yang perlu ia sampaikan pada Espinoza. Surat itu berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kematian tragis ibu Jushin dan meluruskan secara gamblang bahwa mereka tidak ada sangkut pautnya dengan kematian Lucas. Jangan dilupakan bagian akhir dari surat yang mengatakan bahwa jika mereka masih meragukan Nakamoto-gumi, pihak Nakamoto tidak keberatan untuk bermain kotor pula sembari mengingatkan bahwa Nakamoto memiliki satu hak nyawa untuk dihabisi dari pihak mereka.

YUTAKUZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang