三 : Rumah Utama

4.7K 1.1K 236
                                    

100votes, 50comments bisa yayaya?

Y U T A K U Z A

Tak seperti bayangannya yang keji, Reina justru tak memiliki kesan tengah diculik, disandera, atau apalah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak seperti bayangannya yang keji, Reina justru tak memiliki kesan tengah diculik, disandera, atau apalah itu. Reina justru diperlakukan bagai seorang yang penting. Masuk ke dalam rumah utama Nakamoto-gumi dengan leluasa. Bahkan, Jushin menunjukkan jalan agar ia sampai di kamar Yuta.

Semua anggota kelompok Nakamoto memperlakukan Reina secara hati-hati karena mereka tengah menerima perintah dari Yuta yang memberi instruksi pada semua untuk memperlakukan perempuan itu sebagai tamu yang penting untuk Yuta.

Jushin membukakan kamar Yuta yang terkunci.

"Maaf. Kapan dia akan kemari?" tanya Reina pada Jushin sesopan mungkin.

Jushin melihat jam tangan yang dipakainya. "Menghitung kami menyewa restorannya hingga pukul dua siang, ditambah perjalanan kemari juga dijumlah dengan kemungkinan macet harian, uhmm ... kemungkinan sekitar pukul tiga, Nona."

Rinci sekali.

"Jangan panggil aku begitu. Panggil aku Reina," ujarnya karena tak terbiasa.

Jushin membungkukkan badannya dan menolak dengan sesopan mungkin, "Maaf. Tidak bisa, Nona."

"Kalau begitu, saya pamit. Saya harus kembali menjaga pintu," tambah Jushin sembari berbalik menuju keluar dari kamarnya.

Reina duduk di sofa yang berada di ujung ruangan. Ia mengusap permukaan sofa yang lembut sembari matanya menyusuri sebuah ruangan yang sangat mewah namun tetap memiliki sebuah kesan tradisional yang melekat.

Di sebelah kursi ini ada sebuah jendela besar yang memperlihatkan halaman yang asri dan memiliki beberapa bangku serta meja taman berwarna putih. Cocok untuk menghabiskan teh sore, ini membuatnya tersenyum saat membayangkan dirinya tiba-tiba menjadi bangsawan.

Wajah Yuta tiba-tiba terbayang di pikiran Reina. Membuat senyumnya kian memudar. "Dia sebenarnya mau apa? Apa aku akan dibunuh hari ini juga?"

Sudah lama Reina menunggu, dari mulai Jushin mengantarkan dirinya ke kamar Yuta hingga sekarang ia tengah mengucuri sisa teh terakhirnya dari poci yang tadinya berisi penuh ke dalam cangkir yang setengahnya telah terisi itu.

Rasa ingin buang air kecil muncul tepat saat semua teh di poci telah berlaih sepenuhnya ke dalam cangkir. Reina sempat diberitahu oleh Jushin bahwa pintu yang berada di sebelah lukisan naga putih itu adalah toilet; segeralah dirinya menuju ke sana.

-

Reina menekan tombol flushnya kemudian berdiri dan mencuci tangannya sembari menatap wajahnya di cermin.

YUTAKUZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang