Setelah kepergian Kakashi, (y/n) duduk termenung di kursi meja makannya. Suap demi suap nasi ia masukkan ke dalam mulutnya dengan lesu. Sesekali ia menatap kursi kosong yang ada di depannya, memikirkan sosok pria yang biasanya hadir di depannya saat ini.
"Untuk pertama kalinya aku makan malam sendirian tanpamu."
Wanita itu tertunduk. Jarinya memainkan sumpitnya asal. Perlahan ia mendongkak, menatap atap langit yang diterangi lampu.
"Seperti inikah rasanya ditinggal kerja lembur oleh suami?" gumamnya.
(y/n) menutup kedua matanya menggunakan sebelah punggung tangannya. Ia menarik nafas pelan, berusaha mengatur perasaannya yang sedang tidak jelas ia rasakan di dalam hatinya.
"Kenapa rasanya berat sekali?"
Ini menjadi pengalaman terbaru bagi (y/n). Pengalaman ketika ia ditinggal kerja lembur oleh suaminya hingga membuat dirinya harus makan malam dan tidur sendirian, pengalaman ketika ia harus sendirian di rumahnya tanpa ada yang menemaninya, dan pengalaman ketika tak ada seorangpun yang bisa ia ajak bercerita dan bercanda selama makan malam.
Itu semua (y/n) lakukan untuk pertama kali di dalam hidupnya. Perasaan yang terasa berat itu seolah menandakan dirinya tak mau ditinggalkan oleh Kakashi. Perasaan tak terima itu membuatnya merasa gelisah.
Wanita itu tidak mau berubah menjadi wanita egois. Wanita itu tidak mau menjadi wanita manja yang terus ingin bersama suaminya. Ia tidak mau semua hal itu terjadi padanya. Ia yakin, apapun yang suaminya lakukan akan berdampak baik baginya dan seluruh warga desa.
(y/n) menyudahi makan malamnya dengan tenang. Seperti biasa ia akan mencuci peralatan makan yang sudah ia pakai sebelumnya lalu setelah itu selesai ia akan beranjak naik ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Wanita itu mematikan lampu kamarnya, menarik selimutnya lalu merebahkan dirinya di atas kasur. Ia tidur terlentang. Irisnya menatap langit-langit kamar yang hanya diterangi cahaya remang-remang dari luar. Ia menoleh ke sebelah kasurnya. Tatapannya berubah seketika.
"Untuk pertama kalinya aku tidur sendirian tanpamu," ujarnya masih menatap bagian kasur yang biasanya ditempati oleh Kakashi.
Untuk sesaat, pikirannya mengingatkan dirinya ketika Kakashi yang sedang tersenyum berbaring di sebelahnya. Mata sayunya yang menyipit, jemarinya yang dengan lembut mengusap pipi (y/n), serta pelukan hangatnya yang biasa ia berikan membuat wanita itu semakin merasa rindu pada Kakashi.
Ia menutup kedua matanya kuat-kuat, menghapus bayangan itu agar perasaannya tidak semakin memburuk.
(y/n) mengusap wajahnya kasar. Ia bahkan sampai memukul-mukul kasurnya yang tidak bersalah.
"Padahal dia baru kerja lembur satu hari tapi kenapa aku sampai merasa sangat kesepian seperti ini?!" ucapnya kesal.
Wanita itu menarik nafasnya kuat-kuat, berusaha menekan emosinya dan mengatur hati dan pikirannya.
Apa aku terlalu bergantung padanya? Apa aku tidak sanggup ditinggal olehnya bahkan karena kewajibannya?
(y/n) memukul kedua pipinya kuat. Sangat kuat hingga membuat kedua bagian pipi itu memerah.
"Tidak. Aku tidak akan bergantung pada Kakashi. Aku harus mandiri. Aku akan membiasakan diriku tanpa Kakashi. Aku bisa. Ya, aku pasti bisa," ujarnya membara sambil mengepalkan kedua tangannya.
Ia membalikkan tubuhnya, menghadap bantal kosong yang ada di sebelahnya.
"Oyasumi, Kakashi."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things || Hatake Kakashi
Fanfic(full name) yang kini sudah berubah marga menjadi Hatake (y/n) adalah istri dari Hokage Keenam, Hatake Kakashi. Awal pernikahan memang terasa sangat manis. Namun, kian hari (y/n) merasa ada sesuatu yang berbeda antara dirinya dengan Kakashi. Terkada...