Cerita Enam

3.7K 419 57
                                    

Malam ini, kediaman Hatake tampak gelap gulita. Tidak ada satu lampupun yang menyala dari dalam rumah seolah rumah itu sedang ditinggalkan oleh penghuninya.

Di dalam kegelapan, tampak seorang wanita sedang berbaring sembari memeluk tubuhnya sendiri. Matanya menatap kosong pada langit malam yang ada di luar jendela sana.

Langit itu sedang tidak menunjukkan keindahannya. Tidak ada bulan atau bahkan satu bintangpun yang menghiasinya. Hanya kegelapan dan kesunyian yang terpancar darisana, sama halnya seperti yang sedang wanita itu rasakan malam ini. Kesunyian.

(y/n) terdiam sangat lama pada posisinya. Pikirannya seolah pergi entah kemana. Hatinya juga seperti mati, tidak merasakan perasaan apapun yang membuatnya bergairah untuk melakukan sesuatu.

"Aku lelah..." ucapnya pada diri sendiri meskipun ia tau dirinya sendiripun tidak bisa membantu merubah keadaannya.

Wanita itu memejamkan kedua matanya cukup lama, berharap rasa kantuk datang kepadanya. Namun hal yang ia harapkan itu tidak menjadi kenyataan. Rasa kantuk yang ia idam-idamkan tak kunjung datang kepadanya.

(y/n) semakin kesal karena hal itu. Ia berusaha sekeras mungkin untuk tidur tapi selalu gagal sampai pada akhirnya ia kembali terisak hingga membuat bantal yang menjadi sandaran kepalanya basah karena air matanya.

"Kakashi... Hiks..." isaknya. Kedua pelupuk matanya sudah dipenuhi oleh cairan bening yang siap jatuh kapan saja. Ia meremas bantalnya dengan kuat hingga kukunya memutih.

"Sekarang kau sudah semakin jauh dariku, Kakashi... Hikss... Sekarang aku kesulitan untuk menggapai dan menarikmu kembali ke dalam hidupku... Hiks..."

Di balik jendela kamar (y/n), diam-diam seorang pria berambut bak nanas yang sedari tadi mendengar isakan wanita itu mengepal kedua tangannya dengan kepala tertunduk. Ia menghela nafas berat lalu pergi meninggalkan kediaman Hatake dengan melompat dari satu atap ke atap lain.

"(y/n)-san... Maaf aku tidak bisa membantumu lebih banyak..."

***

Cahaya sang surya mulai menyusup masuk melalui celah-celah jendela. Angin sejuk pagi menerpa wajah seorang wanita yang sedang tertidur dengan lelap.

(y/n) terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sangat berat ketika ia membuka mata. Ia menghela nafas setelah melirik jam yang terdapat pada salah satu sisi temboknya.

"Ahh... Aku kesiangan," ujarnya. Ia bangun dari posisinya sembari memegang kepalanya. Rasanya saat ini kepalanya sedang berdenyut dengan sangat kuat. Saking kuatnya (y/n) sampai merasa tidak bisa melihat apa-apa. Tatapannya berubah menjadi blur ketika ia berdiri.

"Kurasa berendam sebentar bisa membuat kepalaku sedikit terasa ringan." Setelah mengatakan itu (y/n) masuk ke dalam kamar mandi lalu berendam di dalam air hangat.

Pagi ini ia memulai hari dengan tidak banyak bicara. Tatapannya menggambarkan dirinya sedang tidak ada gairah untuk bebicara bahkan hanya untuk satu kata.

(y/n) memasukkan seluruh tubuhnya hingga leher. Kepalanya menatap langit-langit kamar mandi. Ia lalu memejamkan matanya perlahan. "Aku tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi tadi malam..." ujarnya diakhiri helaan nafas.

Setelah mengatakan itu, (y/n) memasukan semua bagian kepalanya ke dalam air, berharap pikirannya dapat setenang dan sehangat air yang kini sedang membasahi tubuhnya.

Terlalu sakit untuk mengingat semua kepedihan yang terjadi tadi malam.

***

(y/n) berjalan ke dapur setelah berendamnya selesai. Dapat ia lihat makanan yang semalam ia masak masih ada di atas meja makan. Tentu saja makanan itu sudah dingin bahkan basi karena makanan itu tidak dimakan oleh sang empu tadi malam.

Little Things || Hatake Kakashi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang