04|Rencana Jumpa Ibu Bapak

707 97 19
                                    

Perginya perawat bersamaan dengan datangnya Mas Aksa ke ruang rawat inap yang Candu tempati selama beberapa bulan terakhir.

"Apa kata suster tadi?"

"Biasalah, enggak boleh makan ini minum ini. Ngatur-ngatur segala," ujar Candu memutar bola matanya sinis.

Dengar semesta, manusia satu ini ingin sembuh tanpa aturan. Memaksa keadaan menjadi tertekan, pura-pura bahagia saat netranya meneteskan hujan. Apa benar semesta seadil itu? Memberi cobaan kepada yang tak beralasan. Secara fisik memang terlihat kuat, entah bagaimana mentalnya.

"Sebenernya mau sembuh enggak sih?!"

"Ya elah pake ditanya lagi."

"Besok jadwalnya rehabilitasi jantung, enggak ada pemberitahuan kapan operasi?"

"Jangan gitu dong mas, kan aku takut."

"Loh.. sembuh itu butuh pengorbaan. Kalau Caca bilang pingin sembuh tapi masih enggan mengkonsumsi obat, menjauhi makanan yang emang enggak baik buat kesehatan Caca, dan satu lagioperasi itu juga untuk kebaikan Caca," jelas Mas Aksa.

Candu geming, tidak mengucap sepatah kalimatpun. Ia lelah diingatkan beribu-ribu kali hanya untuk hal yang sama.

"Besok sebelum rehabilitasi mau ketemu ibu sama bapak?" tanya Mas Aksa memecah sunyi yang menyelimuti keduanya.

"Mau! emang boleh?"

"Ya enggak tau, besok Mas Aksa tanya dulu ke dokter, boleh enggaknya."

Langit malam mulai pekat, awan-awan hampir menutup sinar rembulan. Mas Aksa memutuskan untuk tidur semalam menemani adik tersayangnya.

Tengah malam, Candu terbangun dari tidurnya. Sepasang netranya menangkap jelas sang kakak yang terbaring disofa coklat mocca, berselimut sehelai kemeja, berbantal lengan tangan. Juga kacamata yang masi melekat disangga tulang hidung.

Melihat wajah kecapean Mas Aksa membuat Candu terkesima, mengingat hal baik yang selalu kakaknya perbuat hanya untuk dirinya seorang.

Iba rasanya, Candu memutuskan untuk turun dari ranjang, melangkahkan kaki. Berniat melepas kacamata Mas Aksa yang mulai mengembun. Pelan-pelan ia lakukan sewaktu melepas gagang kacamata yang menyelip dibelakang telinga. Ia tak ingin membuat kakaknya terbangun.

Revisi, shaturnusa ©2021

Semesta Membawanya PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang