Chapter 22 : Kembalinya Legenda

113 14 0
                                    

Seperti yang Mavis bayangkan, guild petualang adalah tempat yang penuh sesak. Begitu dia menginjakan kaki masuk ke dalamnya, suara dari para petualang bercampur aduk membuat kedua kupingnya terasa panas dan tidak nyaman.

Sekilas Mavis melirik ke seluruh penjuru sudut ruangan lantai bawah itu, terdapat banyak kursi dan meja yang disediakan untuk para petualang. Sangat baik pelayanan tempat ini. Beberapa dia lihat kursi-kursi itu hampir semuanya dipenuhi para petualang dan hanya menyisihkan beberapa kursi yang kosong.

Terlihat para petualang sedang berbincang-bincang serius, ada juga yang santai dan tertawa sesekali.

Kemudian fokusnya mengarah ke sebuah tempat bersekat-sekat yang berada di ujung lantai satu itu, dan Mavis menyadari bahwa itu sepertinya tempat penerimaan transaksi guild petualang. Itu ada tiga sekat yang masing-masing dilayani oleh tiga orang, dua perempuan dan satu laki-laki.

Beralih pandangannya melirik ke arah papan besar di sudut samping sekat-sekat itu, dengan kertas-kertas yang bergambar dan bertuliskan menempel di sana. Itu tempat di mana para petualang memilih misi yang disediakan guild petualang.

Mavis tenggelam dalam suka cita. Dia sangat senang dengan pengalaman barunya memasuki tempat ini.

"Ah, aku hampir saja melupakan tujuanku datang kemari."

Segera dia mengoreksi kembali satu persatu orang yang berada di lantai satu, akan tetapi dia tidak menemukan juga keberadaan dua orang yang dicarinya.

Oleh karenanya dia berinisiatif hendak menaiki tangga untuk mencari di lantai dua. Namun belum sempat Mavis berjarak lima meter dari anak tangga, seseorang datang menghampiri Mavis dengan tergesa-gesa.

"Apakah kamu petualang baru di sini?" Itu salah seorang wanita yang berada di balik sekat yang Mavis lihat sebelumnya. Dia bertanya dengan wajah ramah.

"Apakah ada keharusan bagiku untuk menjawab?" kata Mavis.

"Tentu. Sebelum kamu menaiki lantai dua, harap diketahui bahwa hanya petualang tertentu yang bisa naik ke lantai dua. Juga, kamu harus menunjukan bukti lencana ke petugas lantai satu bahwa kamu sudah memenuhi syarat. Seperti yang bisa kamu lihat, kami para petugas lantai satu berada di sana," kata wanita itu sambil mengarahkan tangannya sopan ke arah tiga bilik termasuk miliknya. "Nama saya Helena, petugas lantai satu di bangunan guild petualang ini."

"Jadi lantai dua hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu?" Mavis berpikir dalam benaknya. "Kalau begitu tak ada pilihan lagi, aku hanya bisa menunggu di lantai satu."

Dia hendak menyerah dan melirik ke arah bangku-bangku dan mencari tempat yang sekiranya cukup untuk mereka berlima. Akan tetapi setelah dia berbalik dan mengambil sedikit langkah, Ozzi berbicara kepada petugas itu dengan nada tinggi.

"Apa kamu tidak bisa mengenali kakek buyutmu ini?" kata Ozzi.

Mavispun segera berbalik lagi dan mencari tau apa yang terjadi.

"M-maaf?"

Petugas bernama Helena itu sedikit bergetar saat Ozzi membentaknya. Namun, dia tetap tersenyum meski itu senyuman aneh.

"Ada apa?"

"Tuan, manusia ini sangatlah sombong. Hanya seorang petugas lantai satu bahkan berani menyulitkan tuanku," kata Ozzi.

"Tenanglah, tidak masalah kita bisa menunggu. Lagipula kita masih memiliki banyak waktu sebelum malam tiba," kata Mavis.

Lain dengan Ozzi yang meladeni petugas iru dengan kata-kata tidak sopan, Samantha mengisyaratkan Akio dan Giraldo untuk menyerahkan sebuah tanda pengenal kepadanya. Kemudian Samantha menyerahkan kepada petugas itu untuk diperiksa.

"Kamu dapat kembali dan memeriksanya," kata Samantha.

Helena bingung dengan lencana yang diserahkan oleh Samantha. Dia tidak pernah melihat lemcana sejenis itu, berwarna ungu dan merah? Satu tahun dia menjadi petugas belum pernah melihat lencana berwarna seperti itu, paling-paling lencana berwarna putih, kuning, hijau, dan biru. Lencana hijau saja sudah jarang dia melihatnya. Apalagi warna biru? Itu hanya bisa dihitung jari orang yang memilikinya, di kerajaan ini hanya ada empat orang. Satu dimiliki oleh seorang pria bernama Jeremy yang merupakan asisten dari Alice--si kepala sekolah Lynford, satu milik seorang pengawal dari sang raja, dan dua lainnya tidak diketahui namanya.

Helenapun berpikiran bahwa Samantha dan mereka semua mencoba untuk membohonginya. Dalam hati dia mencemooh karena berani-beraninya mereka menyamakan diri dengan sosok Alice yang paling dia kagumi.

Bahkan ada yang tidak tahu malu mengaku memiliki lencana warna ungu? Lencana yang satu tingkat di atas Alice? Itu sangatlah mustahil!

Perlu dicatat bahwa pemimpin sekolah Lynford--Alice hanya memiliki lencana merah, satu tingkat di atas biru.

Akan tetapi, Helena masih harus melaksanakan tugasnya dengan benar, jadi dia berpamitan untuk kembali ke bilik untuk menanyakan lebih lanjut dengan para petugas tingkat atas.

"Kamu terlalu banyak mengeluarkan kata-kata yang tidak perlu, Ozzi," kata Akio.

"Yang dikatakan Akio itu benar, apa kamu lupa perkataan Tuan untuk tidak membuat keributan?" Untuk pertama kalinya Mavis melihat Samantha mengeutkan kening.

Memang, beberapa petualang melirik ke arah mereka saat Ozzi menaikan suara saat bicara dengan Helena.

"Sudahlah," kata Mavis.

"Maaf Tuan."

"Aku lebih tertarik dengan benda yang kalian miliki tadi. Apa kau bisa menjelaskan apa itu?"

Mavis melirik Samantha.

"Lencana Petualang, Tuan," kata Samantha.

"Itu berfungsi sebagai tanda pengenal seorang petualang dan tingkatan yang dimilikinya."

Seseorang akan mendapatkan lencana setelah resmi terdaftar di guild petualang. Pertama mereka akan mendapatkan lencana putih, dan setelah mengumpulkan point kontribusi yang cukup mereka bisa mengajukan kenaikan pangkat.

Tingkatannya sendiri dimulai dari lencana berwarna putih, kuning, hijau, biru, merah, ungu, dan hitam. Semakin tinggi seorang petualang mempunyai tingkat lencananya semakin bisa dikatakan dia kuat. Perbedaan antar warnapun bagaikan bumi dan langit. Seorang petualang dengan lencana kuning misalnya, itu hanya akan menjadi mainan anak-anak dihadapan petualang yang mempunyai lencana hijau.

"Tuan harap tenang, kami memiliki lencana yang dibutuhkan agar Tuan bisa mengakses lantai dua," kata Samantha.

Dia tersenyum dan berusaha menyenangkan hati tuannya.

"Aku tidak menyangka kalian seorang petualang." Mavis sedikit tertawa. "Jika saja aku tahu itu dari awal, aku bisa meminta bantuan kalian untuk hal seperti tadi."

"Ya Tuan, itu sebenarnya sudah lama sejak terakhir kali kami berhenti untuk mengambil misi dari guild petualang."

"Seperti yang pernah Mikaela ceritakan kepada Tuan, kami sering mengunjungi dungeon untuk mencari tahu tentang keberadaan mereka yang hilang pada saat perang, dan juga mencari penerus yang dikatakan oleh raja terdahulu. Akan tetapi saat itu kami tidak mendapatkan informasi apapun dan pada akhirnya Mikaela merasa kami hanya buang-buang waktu. Oleh karenanya, sejak saat itu dia menginstruksikan kepada kami untuk berhenti mengunjungi dungeon dan menyebar ke tempat-tempat lain."

"Sampai pada akhirnya Mikaela bertemu denganmu, Tuan."

Mavis menjadi sedikit lebih paham tentang kondisi ini. Meski dia tidak begitu mengerti banyak soal tingkatan lencana yang dimiliki para pelayannya, dia masih bisa menyimpulkan bahwa lencana yang diberikan oleh mereka itu sudah lebih dari cukup memenuhi syarat untuk mereka bisa mengakses lebih lanjut lantai atas.

"Aku juga tidak mengerti, mengapa tempat ini menjadi begitu formal?" Ozzi menggerutu karena masih tidak senang.

"Sekarang dan dulu itu berbeda, segala sesuatunya telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Orang tua sepertimu mana tau itu?"

"Hei, Nenek berpedang, apa kau lupa dengan umurmu sendiri? Janganlah sombong hanya dengan umurmu yang sedikit lebih muda dariku." Ozzi mengerutkan kening sambil menyangga tangannya dipinggang.

I'M THE NECROMANCER KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang