"Helena, petugas lantai satu menghadap kepada Ketua." Helena datang dengan membawa lencana yang diberikan kelompok Mavis dengan wajah heran.
Dia tidak menyangka ketika dia kembali ke dalam bilik dan menghadap kepada pimpinan lantai satu--yang merupakan ayahnya sendiri--akan berakhir seperti ini. Helena tak tahu kalau ayahnya akan percaya dengan mudahnya pada lencana yang menurutnya palsu itu. Sampai-sampai dia membawa Helena menghadap kepada ketua guild.
"Seseorang datang dan memberikan lencana ini kepada Helena." Pria paruh baya yang berada di samping Helena meraih tiga lencana itu dari tangan Helena dan menyerahkannya di atas meja. Wajahnya serius dan dia menatap ke arah ketua guild petualang seakan mengkonfirmasi kebenaran itu.
Ayah Helena bernama Stronoff. Dia adalah pemimpin petugas lantai satu, sementara pria tua di hadapannya adalah Pak Tua Sigurd. Dia adalah kepala dari guild petualang dan merupakan teman lama dari raja sebelumnya--ayah Raja Cornelius.
Dengan hati-hati si Pak Tua Sigurd memegang lencana itu satu persatu dengan tangan gemetar. Jantungnya berdegub kencang, matanya melotot dan keningnya mengkerut. Senyuman aneh dan ekpresi rumit muncul tak lama setelahnya.
Dia jelas terkejut.
"Bagaimana bisa?"
"Lencana Merah?"
"Bahkan Ungu?"
Pak Tua Sigurd mencoba menenangkan diri. Dia meletakan lencana-lencana itu di atas meja dan berkata, "Panggil orang-orang yang membawa lencana-lencana ini."
"Jika beruntung, mereka bisa saja anak atau murid dari para master pemilik lencan sebelumnya. Lain kemungkinan mereka hanya mendapatkannya secara kebetulan harta karun ini."
Pak Tua Sigurd tertawa bahagia. Ini bagaikan nostalgia saat mengenang masa kecilnya. Saat itu dia ingat jelas mengidolakan seorang petualang dengan lencana merah di bajunya. Seorang yang kuat dan pemberani, juga orang yang pernah membuat dirinya begitu tertarik menjadi seorang petualang.
Segera Mavis dan yang lainnya dikawal dengan sopan menuju kantor si Pak Tua Sigurd. Dengan wajah penuh antisipasi Mavis masuk ke dalam dan mengambil posisi duduk di atas sofa.
Sementara kelompok Mavis berjalan dan mengambil posisi masing-masing, Pak Tua Sigurd yang tengah menyeruput teh hangat tersedak seketika. Saat kedua manik matanya membelalak menatap sosok yang berada di belakang Mavis. Dia hampir terkena serangan jantung! Bibirnya kelut, dia kehabisan kata-kata.
"Pak?" Ayah Helena yang kini berdiri disudut belakang kakek tua berkata dengan pelan. Sementara anaknya--Helena fokus mengamati kelompok Mavis dengan tatapan waspada.
Petugas wanita itu jelas tidak percaya dan masih menganggap kelompok di hadapannya itu adalah komplotan penipu. Dia menunggu waktu yang tepat saat mereka membuka kedoknya untuk membuktikan itu! Begitu yang ada dipikirannya.
Sepermenit berikutnya Pak Tua Sigurd berkata, "Maaf..." Dia langsung menyadarkan diri dan membersihkan sisa air teh akibat dia tersedak.
Kemudian dengan senyum penuh sukacita Pak Tua Sigurd menatap kembali pada pria itu. Dan dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi sosok itu tiba-tiba balik menatapnya dengan wajah tidak puas.
"Hei Pak Tua, ada apa? Mengapa kau menatapku dengan cara yang aneh?"
Orang itu Ozzi.
"Maaf..." Pak Tua Sigurd menjadi lebih sensitif dan tertawa terbahak-bahak, dia tak kuasa mengeluarkan air matanya.
"Ada apa dengan Kakek ini," kata Ozzi.
"Itu karena wajahmu yang jelek." Akio berkata dengan elegan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M THE NECROMANCER KING
Fantasi(Kontrak Noveltoon) Part 1 - 148 : Bisa dibaca di aplikasi Noveltoon. Di tempat tinggal sebelumnya, Mavis hanyalah seorang remaja yang tidak memiliki keahlian apapun yang menonjol. Dia terlahir sebagai yatim piatu, di dalam keluarga yang serba kekur...