Chapter 32 : Menyingkir Atau Kau Mati

75 13 0
                                    

"Tuan, prajurit itu menemukan keberadaan kita," kata Akio.

"Tenang, ayo kita menemui mereka. Dan lihat apakah mereka mencoba menghalangi kita untuk masuk atau tidak. Lain jika mereka menghalangi, kau tolong urus mereka," kata Mavis dengan santai.

Kedatangan mereka beberapa meter dari pintu masuk dungeon diketahui oleh prajurit yang bersiaga di luar dungeon. Mereka hanya berjumlah sedikit, biasanya mereka sebagai tim pelapor jika saja orang-orang yang berada di dalam dungeon tidak kembali dalam waktu seminggu, yang berarti gagal menaklukan dungeon dan mati di dalam.

Mereka mulai bersiaga dan keringat sudah menggenangi pelipisnya. Tombak itu mereka angkat dan arahkan ke depan ketika kelompok Mavis semakin mendekat. Dia menangkap suatu keanehan saat itu, kuda yang mereka gunakan! Mengapa bisa seekor kuda bergerak secepat itu?

"Kalian! Berhenti di sana!" Salah seorang berjalan di antara yang lain dan meneriaki kelompok Mavis.

"Siapa kalian!" tanya pria itu dengan raut wajah jelek. Dia begitu sombong bahkan tidak menganggap kelompok Mavis sebagai sebuah ancaman.

"Kami hanyalah kelompok petualang. Kalau boleh tau, ada urusan apa kalian sampai menghentikan kami?" kata Mavis.

"Para petualang? Cih!" Pria itu meludahi tanah yang dia pijak dan menarik pedang yang sebelumnya berada di sarungnya. "Apa hanya seorang petualang berani melawan perintah kekaisaran?"

"Kurang  ajar! Hanya manusia rendahan berani meneriaki Tuanku?" Bintang meledak karena emosi.

Pria itu tiba-tiba berubah marah juga, otot-otot wajahnya kian terlihat. Sementara itu, prajurit lainnya merasakan keadaan mulai memburuk dan mereka mulai bergetar dengan pijakannya.

"Kalian, beri pelajaran kepada para kelompok bodoh ini! Aku ingin lihat kemampuan apa yang mereka miliki sampai berani melawan perintah kekaisaran!"

Sementara Mavis masih tenang di atas kudanya, orang-orang seperti Bintang dan Ozzi yang mudah terpancing amarah segera turun dari kuda dan berjalan di depan Mavis. Kemudian dengan wajah murka Bintang menarik pisau belati dari perekat di celana dan melambaikan itu ke samping.

Segera hanya dengan pisau kecil yang dia layangkan itu membuat sebuah hempasan angin yang kencang, sampai-sampai pohon yang berjarak sepuluh meter dari sana kehilangan sebagian batangnya, itu terpotong dan jatuh ke tanah.

Para prajurit yang awalnya berjalan dengan ragu, pada akhirnya terjatuh lemas setelah melihat kejadian itu.

"Kalian! ... Dasar tak berguna!" Pria paruh baya itu menendang par prajurit yang melangkah pergi karena ketakutan. "Kalian para sampah! Pergi saja sana! Raja tidak butuh orang lembek seperti kalian!"

"Kapten, kami tidak ingin mati muda! Kami baru saja masuk mengapa harus cepat mati! Kami belum menikah!" Para prajurit itu menjerit saat bersujud dan mulai menggigil ketakutan.

"Dan kalian! Sepertinya di sini aku mengerti, kalian mempunyai sedikit kemampuan sehingga begitu berani. Akan tetapi jangan harap aku akan takut dengan kalian!"

"Tenanglah, apa tidak bisa kita bicarakan dengan baik-baik? Mengapa kau begitu kesal? Dan lagi kami tidak mengerti perintah apa yang kalian maksud."

"Presetan, pura-pura tidak tau!"

"Yasudahlah..."

Dia menghela napas santai.

Mavis hanya bisa pasrah dengan tingkah pria itu, dia sudah dibutakan dengan amarah. Sebenarnya, Mavis menilai orang seperti dia tidaklah terlalu buruk, dibanding para bangsawan yang memakan uang rakyatnya seperti sapi gemuk. Meski bukan orang yang baik, mereka adalah orang-orang yang setia. Jadi, selama mereka tidak melangkahi batasannya, Mavis dapat menolerir sikap dari mereka.

"Kau menyingkirlah, aku tidak ingin ada pertumpahan darah di sini," kata Mavis. Dan kemudian mulai bersiap untuk menggerakkan kudanya.

"Sialan! Kau yang akan kusingkirkan!" Pria itu mengeluarkan sebuah trik dan pedang yang digenggamnya berubah dan api-api muncul pada pedang itu. Setelahnya dia berlari menuju Mavis yang sudah mulai bergerak dengan kudanya.

"Matilah--"

Sebelum sempat dia menyelesaikan perkataannya, dia merasa segala sesuatunya menjadi gelap. Dan sebelum dia mengetahui penyebabnya, kesadarannya sepenuhnya menghilang. Tubuh itu jatuh terkapar dan sesuatu dari bagian tubuhnya berguling dan berhenti tepat di depan wajah prajurit yang sedang berjuang melawan ketakutan.

"Tidak!"

Prajurit itu menjerit hebat setelah melihat kepala milik komandannya itu terpisah dari tubuhnya. Darah segar mengalir semakin banyak dan itu membuat tanah di sekitar menjadi berwarna merah. Sementara itu, kelompok Mavis sudah mulai bergerak lagi memasuki gua yang sebenarnya di dalamnya terdapat portal masuk ke dalam dungeon.

Di perjalanan, terjadi kebisingan datang dari arah belakang. Itu berasal dari keempat bocah dari tempat pembuangan. Mereka tengah saling berbisik membicarakan kondisi sebelumnya. Mereka tidaklah takut atau ngeri sama sekali! Mereka malah membicarakan tentang kehebatan Bintang dan mulai menirukan cara gaya Bintang sat menebas kepala prajurit tadi. Sayangnya, mereka segera dibungkam dengan tangan Ozzi yang tidak suka.

"Kalian bocah! Tau apa kalian! Aku jauh lebih kuat darinya!"

I'M THE NECROMANCER KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang