Gak ada salahnya ramein disini, ya?
Kangen, hehe.💜💜💜
“Kamu bisa melakukannya?”
Gadis berperawakan mungil, bibir yang lucu, dan pipi chubby—mengikuti ibunya, kini berada di lapangan belakang dimana mereka biasa latihan. Busur dan anak panah berukuran sedang, berada di genggaman kecil gadis berusia 13tahun itu.
Jinhwa.
Yang sudah beranjak dewasa, dan masih dalam pelatihan dengan panahannya.
Lalu Junyoo, ah ... pemuda itu sudah berumur 20tahun sekarang. Dan dia sudah mahir dalam menggunakan beberapa senjata, bela diri, pun kabar baiknya adalah pendengarannya telah berfungsi seperti sediakala. Ia sembuh.
“Lakukan berulang kali, Jinhwa.” dan kini mereka tumbuh, bersama dalam didikan dan kasih sayang Keluarga Jeon. Orangtua mereka, Lisa dan Jungkook. Yang mengajari mereka, tentang berbagai pertahanan diri, tanpa merenggut waktu masa remajanya terlalu banyak.
Karena dari diri mereka sendiri pun menyukainya dan tak merasa terbebani.
"Aku masih belum bisa mencapai pusat merah itu, Kak~" Jinhwa merasa kesal dan kecewa pada dirinya sendiri karena tak bisa melesatkan anak panah tepat pada sasaran. Ia sudah berlatih bertahun-tahun, tapi rasanya itu tidak membuat banyak perbedaan.
Dan Junyoo, ia membantu sang adik. Dimana fakta bahwa adiknya itu adalah seorang perempuan, membuatnya harus melebarkan sabarnya dalam menghadapi. Sifat Jinhwa banyak menuruni Jungkook. Wajahnya mengikuti Lisa, namun sifatnya lebih dominan menuruni Jungkook. Itulah sebabnya, Jinhwa tidak memiliki keahlian seperti Lisa yang pandai dalam bidang seperti ini. Jinhwa hanya menuruni kemampuan sang ayah dalam bela diri.
Sedangkan Junyoo, tak ada darah Lisa maupun Jungkook yang mengalir di tubuh laki-laki itu. Tetapi, kebisaannya dalam berlatih membuat ia menguasai semua dengan lebih cepat.
"Tidak apa, Jinhwa-yaa. Seiring kau bertumbuh besar dan melatih diri, kau akan bisa melakukannya. Percayalah."
Dari kejauhan—tepatnya di balkon kamar Lisa dan Jungkook, di lantai 2—terlihat sepasang suami-istri itu tengah mengamati kedua anaknya. Dengan secangkir teh madu di masing-masing tangan, Lisa dan Jungkook menikmati sore mereka dengan hangat dan manisnya suasana.
Perlahan, Lisa mengarahkan bibir cangkir pada bibirnya. Menyesap pelan, lalu menikmati teh hangat itu mengaliri tenggorokannya.
Begitu pula dengan Jungkook.
“Sayang, mengapa aku lihat Jinhwa sangat sulit menguasai panahannya?” Jungkook bertanya, pada Lisa yang memang berperan memantau perkembangan dua Jeon Childrens.
“Dia sudah berlatih cukup lama, tapi yang kulihat ia tak banyak memanah tepat sasaran.” tambah Jungkook.
Anggukan Lisa menyetujui apa yang Jungkook ucapkan. “Benar, Sayang. Bahkan ketepatan yang ia dapatkan, hanya seperti peruntungan. Dia hanya beruntung sesekali, kemudian gagal lagi.”
Lisa kembali menikmati teh-nya, menatap kedua anak yang masih giat berlatih di taman belakang. Seperti mereka tak tertarik pada hal lain, selain senjata dan bela diri. Meski beberapa kali terlihat Jinhwa kesal dan hampir menangis karena tidak bisa melakukan beberapa hal; termasuk memanah, tapi bocah kecil itu tidak menyerah.
Sulit memang jika memiliki keinginan yang besar, tapi tidak didukung kemampuan.
Jinhwa seperti menekan dirinya agar bisa.