03 [REVISI]

670 41 1
                                    

"Kau main-main denganku."

***

Jungkook melihatnya, dengan sangat jelas. Di sana, Lalisa, menjadi seseorang yang dikenalnya dua tahun lalu. Yang mencoba untuk membunuhnya dengan pisau serta pistolnya. Pukulan dan serangan yang dilakukannya pada lelaki yang mendorongnya sebelumnya, begitu keras. Begitu tegas dan tak tanggung-tanggung. Dia melihat kembali sosok Pranpriya di sana. Yang membuat gadis menggemaskan— Lalisa, menjadi wanita yang tak berperasaan; Pranpriya.

Jungkook mencarinya sedari tadi, dan menemukannya saat gadis itu terjatuh bersama tiang infusnya. Memutuskan diam di tempat kala ia melihat gadis itu menunjukkan sisi lainnya.

Ia teringat ucapan Lee Eunwoo—dokter yang menangani Lisa—bahwa jiwa asli gadis itu bisa muncul dalam keadaan tertentu. Ya, jiwa asli. Karena Lalisa adalah jiwa baru dari Pranpriya. Sebab Pranpriya, kehilangan ingatannya setelah kecelakaan dua tahun lalu. Kecelakaan yang harusnya menjadi hari dimana gadis itu berhasil menghabisinya. Tapi tidak, saat itu, justru wanita itu-lah yang hampir
kehilangan nyawa.

"Apa yang kau lakukan," Jungkook
menggumam. Masih memerhatikan dari jauh bagaimana Lalisa dengan mudahnya menghajar lelaki itu. Bahkan saat lawannya sudah terbaring di lantai yang dingin, Lalisa tetap memberinya serangan hingga sang lelaki terbatuk.

Tak ada siapa pun di sana yang berhasil melerai. Tubuh mereka kalah dan berakhir terlempar saat mencoba menghentikan Lisa. Gadis itu
berhenti melawan, saat lelaki yang dipukulnya, tak sadarkan diri. Dengan cepat, Jungkook berlari ke arah Lisa. Dan mempercepat langkahnya kala dilihatnya tubuh gadis itu limbung. Lalisa pingsan.

Satu seperempat jam. Lisa baru terbangun setelah satu jam lebih lima belas menit. Gadis itu mengerjapkan matanya, menoleh ke kanan dimana Chaeyoung dan Jimin yang semula duduk bersisian di sofa yang tersedia, kini beranjak dan berjalan mendekat.

"Kau tak apa?" pertanyaan Chaeyoung diangguki gadis itu. Dan itu melegakan. "Jimin, panggilkan dokter untuk memeriksanya, ya?" Jimin—kekasih Chaeyoung—mengangguk dan melangkah keluar ruangan. Untuk memanggil dokter seperti yang Chaeyoung pinta. Dan tinggalah dua gadis di dalam ruang serba putih itu.

"Tuan Jungkook kemana, Chaeng?" Lalisa bertanya saat ia tak mendapati Jungkook di sana. "dia bilang, pergi
sebentar." Lalisa cemberut. Ia kan ingin menanyakan cherry yang katanya akan Jungkook beli, tapi Jungkook malah pergi. Chaeyoung terkekeh melihat raut cemberut itu. Mengerti apa yang membuat gadis tunangan Jungkook itu menekuk wajahnya.

"Kau tenang saja, Jungkook sudah membeli apa yang kau mau. Setelah dokter memeriksa keadaanmu, kau boleh memakannya."

Bagai melihat pelangi setelah gerimis di siang hari, senyuman Lalisa terbit kembali. Gadis itu hampir memekik pada Chaeng. Namun urung karena dokter masuk, disusul Jimin juga Jeon Jungkook.

"Kita tunggu diluar, ayo." Chaeng mengangguk, lalu keluar bersama Jimin. Mempersilakan dokter memeriksa keadaan temannya itu dengan Jungkook menemani.

"Dia akan baik-baik saja, kan?" terdengar nada cemas dalam pertanyaan Chaeyoung. Gadis itu sudah cukup terkejut saat Jungkook mengatakan Pranpriya kecelakaan dan lupa ingatan. Lalu dibuat kebingungan saat lelaki itu mengubah identitas si gadis. Dan sekarang? Lalisa berkelahi? Yang benar saja. Semuanya terasa rumit dalam kepala gadis itu. Saling bertubrukan hingga pusing rasanya.

Jimin menyadarinya. Pemuda itu menepuk-nepuk puncak kepala Chaeng, menenangkan. "dia pasti baik-baik saja. Dokter Lee adalah dokter kepercayaan Jungkook. Itulah
mengapa Jungkook rela membawa Piy—maksudku
Lisa. Ke Jeju."

"Jungkook mengubah identitasnya, sayang. Kau tahu mengapa dia melakukannya?" Jimin mengedikan bahu kali ini.

"Pasti ada alasannya. Seperti yang kita tahu, dia bukan orang Korea. Kita juga tahu kalau dia pernah dikejar sekelompok orang. Mungkin saja Jungkook ingin melindunginya dengan mengubah identitas Lisa." Yang mereka tahu, Jungkook dan Lisa akan pergi dan menetap di Seoul. Dengan Chaeyoung yang ikut serta untuk bekerja di tempat yang sama dengan kekasihnya selama beberapa tahun terakhir.

Jimin adalah seorang pelatih dance di agensi Jungkook, tepatnya di gedung pusat, di Seoul. Dan sebelumnya, Chaeyoung juga pernah melatih vokal bagi para trainee di sana sebelum akhirnya di pindahkan ke Daegu untuk mengajar di agensi cabang, bersama Lisa. Jimin dan Chaeyoung menjalin hubungan sejak gadis itu masih bekerja di Seoul, hingga sekarang. Hubungan yang hampir sama lamanya dengan Lisa dan Jungkook. Gadis itu berharap, hubungan mereka akan bertahan lebih lama, jika perlu sampai selamanya. Tetapi, entah mengapa hati Chaeng meragukannya. Sikap dan hubungan mereka tidak seperti dulu lagi. Jimin berbeda. Lebih banyak diam saat bersamanya. Bahkan, sibuk dengan gadget di saat mereka bersama.

Meski begitu, Chaeyoung menepis jauh-jauh ragunya. Mungkin saja ini efek dari kecelakaan Lisa, jadi hatinya tak tenang. Dan hubungan mereka baik-baik saja. Tapi, semua terasa semakin menyebalkan, saat—

"Sayang, aku harus mengangkat telepon." Jimin tak pernah lepas dari ponselnya.

"Lagi?" dan ini sudah keempat kalinya pemuda itu meminta izin untuk hal yang sama. Tidak masalah
jika waktunya tak berdekatan. Tapi ini, Jimin seolah menerima telepon setiap lima menit sekali. Dan itu menyebalkan.

"Terserah kau sajalah. Aku lelah," Chaeyoung berbalik, menginggalkan Jimin yang bahkan tak berniat menyusulnya masuk ke ruangan Lisa. Ia mendengkus.

Jimin benar-benar berubah.

••

"Kau kenapa?" Lalisa bertanya saat temannya itu justru berdiam diri di balik pintu, dengan wajah tertekuk. Chaeyoung menggeleng pelan. Ia menghampiri Lisa dan Jungkook yang tengah mengemasi barang-barang Lisa.

"Eh, mau pulang sekarang?"
Lalisa menjawab untuk Chaeyong,
"nanti sore aku pulang, dan lusa kita akan ke Seoul!" gadis itu bertepuk tangan pelan. Disertai seruan antusias karena akan segera keluar dari ruangan yang sudah sangat menjenuhkannya. Jungkook terkekeh, ia mengusapi puncak kepala Lisa dan berakhir mencubit pipi gadis itu.

"Kau terlihat sangat senang."
"Hey, tentu saja! Aku ingin cepat pulang. Aku tidak mau di sini lebih lama lagi." Lalisa melipat tangannya di bawah dada. Mempoutkan bibirnya ketika ia ingat jika ia tak bisa melakukan apapun selama dirawat. Maka dari itu ia ingin segera bebas.

"Tuan, kau bilang kita akan menikah setelah aku keluar dari rumah sakit?" Jungkook tersentak dengan pertanyaan yang terlontar dari bibir polos itu.

Senyumannya mengembang. Dan ia memberikan satu jawaban yang membuat Lalisa semakin memekik senang.

"Tentu."


:+:

© 2020 - moilulu-
REVISI
.
i wish...

No 'One' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang