01 [REVISI]

1.3K 72 9
                                    

Part 01 // In Memory
~*~

Musik berhenti mengalun. Lilin-lilin di sekitar taman yang sudah dihias sedemikian cantik itu, padam tertiup angin malam yang berhembus lebih kencang. Dan dua manusia yang masih tak melepas diri itu bergeming di tempat. Saling memeluk walau tidak ada lagi musik yang akan mengiringi dansa mereka. Sesuatu yang dingin menyapa tengkuk salah satunya.

Yang mana tengah memeluk erat pinggang seseorang di hadapannya. Jeon Jungkook. Masih menghirup kuat-kuat aroma wanita di pelukannya. Sebelum suara benda yang terjatuh, menginterupsinya. Sejenak ia ingin melihat apa itu. Namun Pranpriya Manoban, sang wanita dalam pelukannya tadi segera menarik tengkuknya mendekat. Mengurungkan niatnya untuk mengecek apa yang terjatuh tadi. Namun seolah dibuat lupa, Jungkook hanya terfokus pada wanita itu.

Pada ciuman yang membawanya pada rasa tenang dan nyaman. Membawa wanita itu lebih dekat, merengkuhnya kuat. Dan itulah yang menjadi tujuan Pranpriya.

Membuat Jungkook terbuai, hingga tak menyadari jika pisau yang harusnya wanita itu gunakan untuk memotong hidangan makan malam, justru berakhir di permukaan jas yang Jungkook kenakan.

Di bagian perutnya. Pranpriya mencoba menusukkan itu. Namun gagal karena Jungkook menjauh. Walau begitu, Prapriya lebih cepat. Ia berhasil menggoreskan luka yang cukup dalam di sana. Terbukti saat ia lihat kemeja putih di balik jas pemuda itu menunjukkan warna
merah. Darah.

Lelaki itu meringis, merasakan sakit karena pisau itu melukainya cukup dalam. Beruntung ia masih memiliki tenaganya untuk berdiri. Pranpriya marah. Kilatan tajam emosi itu terpancar jelas di manik bulatnya. Dan, ya. Tentu saja ia marah. Ia gagal menghunuskan ujung pisau itu dan membuatnya terjatuh lemah. Namun detik berikutnya, raut wajah itu berubah.

Senyuman iblis yang tak pernah Jungkook lihat, terpampang sekarang.

Kenapa pergi Jungkook?Mendekatlah, aku ingin lihat bagaimana saat seluruh bagian pisau ini masuk ke perutmu dan hanya menyisakan gagang.” Jungkook terus memundurkan langkah seiring Pranpriya mendekatinya.

Ia tak mengerti, apa yang terjadi. Semua begitu cepat terjadi. Dan kini Jungkook yang tengah meringis menahan sakit itu, teringat akan
sesuatu, teringat akan hal yang membuatnya mencari tahu. Akan siapa Pranpriya sebenarnya. Gadis yang membantunya bangun dari keterpurukan, membangkitkan semangat hidupnya kembali hingga ia bisa sesukses sekarang. Dan rupanya gadis itu juga yang ingin merenggut kehidupannya.

Jadi benar, Jungkook memang tidak dalam keadaan aman selama ini. Jadi benar, bahwa pistol, pisau, juga beberapa peluru yang tak sengaja ia temukan di sebuah peti kecil yang tersembunyi diantara baju-baju dalam lemari gadis itu adalah senjata aktif. Benda yang ia temukan saat membantu gadis itu berkemas untuk berpindah hunian. Jadi benar bahwa saat itu gadisnya berbohong dengan mengatakan, “Itu tak berfungsi. Hanya benda rongsokan yang aku temukan saat baru datang ke sini.”

Dan selembar kertas itu.. lembar kertas yang berisi inisial namanya, juga tanggal tiga april yang jatuh pada—

Hari ini.” Jungkook menyadarinya.

Tuhan, jadi ini sudah terencana dengan baik?

Ia kembali menatap Pranpiya yang sudah memegang pistolnya kembali. Ia sama sekali tak ingin melukainya. Namun berakhir di tangan wanita itu pun bukanlah pilihan yang tepat.

Sekalipun ia rela, namun ia telah berjanji pada dirinya sendiri. Berjanji untuk melindunginya, mencintainya, dan senantiasa menjaganya.

Dan mengetahui Pranpiya seperti ini, sudah pasti kehidupannya tak menjamin wanita itu aman.

Apa yang kau coba lakukan?”

Pranpriya tak berhenti. Ia terus melangkah maju, mencoba meraih Jungkook yang semakin menjauh. Taman yang merupakan taman bagian atas itu memiliki anak tangga di sudut kiri, arah masuk. Taman yang sudah Jungkook sewa untuk makan malam yang indah dengan Pranpriya, ternyata juga sebagai tempat wanita itu menjalankan siasat. Yang pastinya ia tak sendiri. Terbukti beberapa kali peluru pun mengudara. Tak sampai mengenainya, karena mereka seolah bermain-main dengan Jungkook. Membuatnya ketakutan. Jadi saat Jungkook memilih untuk melarikan diri, dia jamin pasti orang-orang itu tertawa puas.

Tetapi tujuannya lari bukanlah untuk kabur. Melainkan untuk menarik Pranpriya untuk mengikutinya. Yang berakhir di anak tangga. Pranpriya mengarahkan pistolnya, namun Jungkook telah lebih dulu berbelok. Lalu ia bisa menjangkau Jungkook, pemuda itu telah memberikan perlawanan. Mereka berkelahi, saling melayangkan pukulan walau yang Jungkook lakukan lebih pada pertahanan.

Hingga pada akhirnya pistol yang ada di tangan Lisa terlempar, terlepas dari tangannya. Membuat wanita itu geram dan semakin bernafsu untuk membuat Jungkook tak berdaya. Tetapi lagi-lagi takdir tak berpihak kepadanya.

Ia terjatuh, terguling pada anak tangga dan berakhir di aspal karena taman itu berada di tepi jalan. Ia kembali bangkit, kendati kepalanya terasa sakit bukan main. Ia berdiri dengan terhuyung, sebelum mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya. Lalu menghantam tubuh ramping itu hingga kembali terguling melewati bagian atas badan mobil.

Kembali terjatuh, dan kepalanya terhantam tepi aspal dengan keras. Membuatnya tak sadarkan diri. Jungkook membeku di tempatnya. Kejadiannya begitu cepat, membuatnya tak mengerti mengapa takdir hidupnya harus seperti ini.

Menyaksikan orang yang ia cintai terluka dengan parah di depan matanya, membuatnya sesak. Dan ya, tentu saja lelaki itu segera berlari dan menghampiri sang wanita yang kini tergeletak tak sadarkan diri. Wajahnya teraliri darah yang keluar dari kening dan juga hidungnya.

Piya,”Jungkook menepuk-nepuk pipinya.

Jungkook membopong tubuh itu dan mobil yang menabrak Pranpriya kini kembali. Sang pemilik mobil memberinya tumpangan untuk segera ke rumah sakit.

Detak jantungnya melemah.”

Dia kehabisan banyak darah!”

Darahnya tak mau berhenti keluar, bagaimana ini?!” suara di belakangnya membuat Jungkook—yang mengambil alih kemudi—semakin panik.

Saya minta maaf untuk ini, tapi dia akan baik-baik saja kan?!”

Tentu. Jungkook akan melajukan dengan cepat. Persetan dengan luka tusuk di perutnya. Ia harus membawa wanitanya ke rumah sakit sebelum—

Detak jantungnya menghilang!”

Apa?!

Nafas, dia tak bernafas.”
“Mati, dia mati.”

Tidak, tolong jangan… Pranpriya.
Piya..”

Kriett!!

:+:

© 2020 - moilulu
Revisi
.

- ini baru dimulai, so... "how was it?"-

No 'One' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang