Berbulan bulan Ify melatih hatinya untuk bisa kuat dan bertahan demi tersampaikan nya Cita-cita masa depan. Sederhana, hanya itu yang Ify inginkan. Sampai akhirnya dia berhasil keluar dari belenggu asmara yang tak bersambut itu.
Ify berhasil mendapatkan pekerjaan ditempat yang sama dengan Gabriel. Menyusul Via yang lebih dulu diterima disana.
"Kamu sudah yakin untuk kerja disana?" Tanya mama nya. Hari menuju satu minggu untuk berangkat ke tempat baru.
"Ify yakin, Ma. Meskipun basic Ify, gelar Ify itu pendidikan tapi InshaAllah Ify bisa kok beradaptasi dengan lingkungan kerja yang semuanya labor gitu." Jelasnya mencoba menenangkan orang tua.
Mama nya menghela nafas panjang, jika sudah begitu kata sang anak ia hanya bisa mengikuti. Toh, tempatnya bisa ia kunjungi juga.
"Ify karantina dulu 14 hari, sesuai prosedur nya. Gak akan kemana-mana kok, Ma." Lanjutnya.
Mama nya mengangguk saja, "Iya. Nanti kalau sempat kunjungin Bibi Nisa ya!" Bibi Nisa adalah adik ipar dari papa Ify.
"Iya, Ma!" Jawabnya.
Ify pun melanjutkan berbenah kamar, sembari mensortir barang-barang yang akan dia bawa.
"Semoga disana gue bisa dapat yang lebih baik dari sebelumnya." Harap Ify. Ia tersenyum membayangkan akan menjadi seperti apa dia, Via dan juga Gabriel disana jika sudah berkumpul.
***
"Ify, lo jadi kesini gak sih??" Via bertanya dengan ciri khasnya, mengomel tak jelas.
Ify hanya bisa mendengus melihat wajah Via yang masih menanti jawabnnya itu.
"Hari ini. Speedboat gue jam 7 berangkat. Lo kerajinan banget jam 6 udah nelfonin gue." Dengus nya. Via terkekeh disana lalu bersorak girang.
"Aduh, Via! Plis deh, gak usah alay gitu kenapa? Biasa aja! Lagian Ify bener, lo kerajinan banget nelfon dia pagi pagi gini, mana pake acara ngegedor mess gue segala lagi!" Itu suara Gabriel. Lelaki itu langsung mengomellinya.
"Kalian itu ya! Bisa-bisa nya ribut sepagi ini. Hah, udahlah! Gue mau sarapan dulu, bentar lagi mau ke pelabuhan. Kemungkinan sore gue nyampe disana." Kata Ify menengahi mereka.
Gabriel dan Via saling pandang, "Kita tunggu di mess ya!"
"Oke siap!" Lalu Ify pun menyudahi videocall tersebut.
"Ify, sarapan Nak." Panggil mama nya.
"Iya Ma, sebentar." Sahutnya. Ify bergegas keluar kamar dan bergabung dengan orang tuanya.
"Papa udah transfer uang ke kamu. Cukup cukup kan sampai gaji pertama kamu ada ya! Pegangan berangkat hari ini jangan sampai hilang." Papa Ify memberikan sejumlah uang cash padanya. Ify menerima uang tersebut dan memasukkan nya kedalam slingbag yang ia bawa.
"Makasih ya Pa." Papanya mengangguk santai.
"Kabari kalau udah sampai. Ah iya, kalau sempat kunjungin Bibi Nisa sekalian."
"Iya tau kok Pa. Gak usah khawatir soal itu." Walaupun dalam hati, gadis itu sedikit malas jika harus berkunjung kerumah kakak ipar papanya itu.
"Ayo cepat makan nya, nanti telat ke pelabuhan." Kata mama nya.
"Oh iya, Fy. Temen-temen kamu berapa orang disana?" Tanya Mama.
"Yang dapet kerja disana udah dua orang sih, Ma. Yang cabang di Sambu Guntung ada juga setau Ify. Cuma senior angkatan 2013."
"Udah lama dia kerja di Sambu?"
"Yang senior ini udah lama setau Ify, Ma. Udah lima tahun sejak dia lulus lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGH HOPES
ChickLitHanya sepenggal kisah dari seorang fresh graduate yang mencari harta tahta dan dunia disamping akhirat tentunya. *** Cover nya aku lihat di Pinterest dari karya nya kak Hanneke. Izin di pake ya kak 🙏😇