HIHO 5

99 11 7
                                    

Rio mencoba mendial kontak yang ia pin kan di whatsapp. Siapalagi kalau bukan Ify. Tapi sayang, kontak gadis itu hanya memanggil bukan berdering. Pupuslah harapannya.

Rio menghela nafas panjang, ini sudah dua bulan sejak om Arman mengatakan kalau Ify mendapat pekerjaan di Pulau Burung. Ify juga jarang update status sekarang. Karena efek sibuk, pikirnya.

"Tumben lo galau. Kenapa deh?" Tanya Guan. Rekan kerja nya di departemen accounting.

"Gak ada. Siapa yang galau sih!" Ujar Rio lalu ia berjalan menuju pantry untuk menyeduh kopi.

Guan terbahak melihat respon dari pemuda itu. "Heh lo itu galau, liat aja lecek gitu. Padahal ini baru pertengahan bulan. Gak banyak data masuk. Ngapain lo galau coba?" Kata Guan lagi. Rio menatap heran kepadanya. Bisa-bisa nya lelaki itu nyinyir seperti seorang perawan.

"Lo bisa diem gak? Berisik banget!" Desis Rio tak suka. Dia langsung kembali ke kubikel dan mulai fokus bekerja.

Tapi naas, Guan masih mengekorinya. Tentu ke kubikelnya sendiri.

"Lo galau karena anaknya Pak Arman ya?" Tebaknya yang membuat jemari Rio yang menari diatas keyboard terhenti begitu saja.

"Nah bener kan! Lo galau karena si siapa itu nama nya? Ify ya?"

"Urusan lo apa? Mending lo kerja deh!" Sembur Rio. Bukannya marah, Guan malah semakin terbahak karena melihat wajah Rio yang tak enak itu.

Lalu guan pun kembali berucap, "Lo serius sama anaknya Pak Arman itu?"

Praktis Rio menghentikan laju jemarinya dari atas keyboard. "Kenapa lo tanya gitu?"

"Gak ada sih, cuma pengen tau aja. Secara gue denger cerita lo sama dia itu temenan sejak kecil dan yah...bisa dibilang kakak lo suka sama dia."

"Lo jadi hobi gosip ya sekarang? Baru tau gue." Kata Rio skeptis. Guan mendelik tak suka karena statemen nya dipatahkan begitu saja oleh Rio.

"Ah lo mah gak asik!"

"Emang! Udah sana, ganggu aja lo." Kemudian, Guan pun mengalah. Ia tidak lagi mengusik Rio yang sedang bergelimang pikiran.

Pemuda itu menghela nafas panjang, dia sadar betul apa yang Guan bilang itu adalah benar dan faktanya sang kakak memang menyukai Ify sejak mereka kecil.

Ify pernah menjadi murid disanggar tari sang kakak ketika mereka masih bersekolah di bangku merah putih, saat itu Ify  diikutsertakan tari oleh wali kelasnya dan kakak Rio lah yang menjadi pelatihnya.

Dari sanalah kedekatan mereka terjalin, kedekatan antara kakak Rio dengan Ify. Gadis kecil itu termasuk anak yang aktif dan kakak Rio menyukai pribadinya. Hingga mereka sama-sama dewasa kemudian terpisah.

Ify pernah menjadi bagian singkat dari keluarga Rio. Ketika saat masuk kuliah, dan kakak Rio di wisuda, gadis itu diundang masuk ke keluarganya. Foto bersama hingga makan malam bersama. Ify membersamai hari bahagia keluarga mereka.

"Gue gak tau kenapa, setiap gue balikan lagi dengan mantan gue itu. Kakak gak pernah setuju. Kakak gak pernah mau dan dia malah selalu nyudutin gue." Keluh Rio. Tatapannya jauh menatap layar ponsel yang berisi chat masuk dari sang mantan.

Amora : Rio, kamu apa kabar? Jujur aku rindu kita yang dulu. Kira-kira kita bisa balik bersama lagi gak ya?

Ini sudah yang ketiga kalinya mereka bubar di tengah jalan dan sudah ketiga kalinya juga mereka balikan. Tapi sayang, restu dari sang kakak menghadang semuanya.

Rio menghela nafas panjang, ponselnya tiba-tiba bergetar menampilkan nama Amora disana.

"Aku lagi kerja. Nanti ya--"

"Apa memang gak bisa diperjuangkan lagi untuk kita sama-sama, Yo?"

"Aku udah pernah bilang, udah cukup untuk kita bersama, Ra. Kamu tau keluarga ku gak pernah setuju dengan hubungan kita nerdua."

"Tapi kamu masih cinta sama aku kan, Rio?"

"Cinta aja gak cukup tanpa adanya restu keluarga, Ra. Aku nggak mau menggadaikan kepatuhan kepada keluarga hanya karena hubungan kita gak direstui." Balas Rio. Dia tau bahwa Amora adalah orang yang akan terus membujuk nya agar luluh dan kemudian menuruti kemauan gadis itu. Tapi Rio hapal, dia tau harus seperti apa.

"Kapan kamu mau tegas Rio?" Amarah Rio mulai membuncah mendengar kata-kata Amora yang terkesan mendesak nya.

"Aku tegas, Ra! Aku tegas sama hubungan kita. Buktinya aku udahin semuanya diantara kita--"

"Aku benci kamu!!"

"Benci aku sesukamu, Ra!"

Panggilan pun terputus sepihak, Rio menghempaskan punggung nya ke sandaran kursi. Dia mulai pusing.

Harus kah dia mengambil cuti?

***

Rizki dan Ify pulang ke mess bersama. Hari ini jadwal mereka sama dan mereka berencana untuk makan malam. Seperti biasa suara bisik bisik tetangga mess menyebut mereka memiliki hubungan spesial. Tapi Ify selalu menyangkalnya.

"Via sama Gabriel itu pacaran ya Fy?" Tanya Rizki.

"Enggak. Mereka emang deket sejak kuliah dulu. Lagian, mereka ga bisa bareng karena Gabriel non muslim." Jelas Ify. Rizki terkejut, baru tau kalau Gabriel tidak sama dengan mereka dalam hal akidah.

"Ehh iya ya? Aku baru tau." Kata Rizki kikuk. Ify mengangguk santai. Ia memahami kenapa Rizki tidak tau, nyatanya Gabriel memang tipe orang yang jarang untuk mempublikasikan keyakinannya. Untuk apa juga, kata lelaki itu pernah berucap.

"Kamu sendiri?"

"Iya aku emang sendiri, gak usah di perjelas deh!" Sembur Ify yang membuat Rizki tertawa keras.

"Kamu itu ya..." Rizki menepuk pelan puncak kepalanya. Gemas dengan jawaban gadis itu.

"Bukan itu maksud aku. Kamu sendiri pacarnya siapa? Gitu loh!" Ify sedikit berdesir dengan sentuhan tiba-tiba yang hinggap di kepalanya. Tapi dia berusaha untuk tidak terlihat gugup.

"Ehm...itu".

Drttt drrrtt

Ponsel Ify bergetar panjang, sebuah panggilan masuk dari seseorang yang sudah lama tak bersilaturahmi dengan nya.

" Aku angkat telfon dulu ya." Ia beranjak dari Rizki meninggalkan pemuda itu dengan penuh tanda tanya.

"Hallo, assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam, dek. Apa kabar kamu?" Ify tersenyum mendengar nada ramah dari wanita diseberang sana.

"Alhamdulillah sehat, kak. Kak Sesil apa kabar? Adek kecil juga."

"Alhamdulillah semua disini sehat. Kamu kenapa gak ngasih tau sih kalau udah di pulau Burung? Kakak baru tau dari Mama malah seminggu terakhir ini."

Ify terkekeh pelan ketika mendengar nada merajuk dari mantan guru sanggar nya itu. "maaf ya kak. Ify juga sampai di rumah tiga hari langsung dapat panggilan ke sini. Jadi gak sempat jalan dulu ke rumah kakak. Gak sempat ketemu sama adek juga. Padahal pengen ketemu." Kata Ify.

"Ya udah pulang sini, biar bisa ketemu Sahid." Celoteh Sesil.

"Gak bisa atuh, kak. Kan Ify masih training tiga bulan disini. Nanti Ify dipecat kan lucu."

"Iya juga sih. Yah, susah juga. Nanti deh kalau kakak ke sana kita meetup ya, Dek."

"Iya pasti kak. Kabarin Ify nanti ya kak."

"Oke. Udah dulu ya, Sahid nangis nih."

"Take your time kak. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam, Fy."

Gadis itu tersenyum lebar setelah menerima panggilan dari Sesil. Sampai kemudian Rizki mengeryit heran melihatnya.

"Cerah banget nih! Dapet telfon dari siapa?"

"Dari seseorang pokoknya." Ify tak lagi ingin menjelaskan. Gadis itu langsung masuk ke mess tanpa menyinggung makan malam mereka.









****



Hai lama tak jumpa! :)

HIGH HOPESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang