HIHO 10

61 7 0
                                    

Ify kembali ke ruangannya setelah mengambil secangkir teh hangat. Udara di pagi hari ini sangat sejuk. Mau tak mau membuat nya menyeduh sedikit teh. Bekerja di perusahaan baru entah di hari keberapa, Ify juga tak mengingatnya. Hanya saja ia suka disini, ia tak perlu jauh dengan orang tua nya. Terlebih Rio juga tak lagi bekerja disini. Ia tak perlu repot repot berbagi oksigen dan merasakan hal yang berbeda dengan lelaki itu.

"Dek Ify, tumben nih!" Sapaan seorang ibu ibu yang membantu di kantor ini.

"Eh iya ni, Bu Jum. Saya kedinginan jadi nyeduh deh." Pasalnya kira kira sudah 3 bulan dia disini baru kali ini dia menyeduh teh, biasanya dia akan meminum  air dingin saja.

"Iya ya, cuaca nya lagi mendung enak minum teh." Ify mengangguk setuju. Ibu Jum lekas beberes kubikel Yang ada disebelah gadis itu.

Tiba tiba Guan masuk dengan seseorang yang ia sangat kenali. Ada apa dengan dunia sekarang??

"Hai Ify! Selamat pagi cantik!" Sapa Guan dengan semangat. Ify menahan napasnya sejenak tatkala tau dan yakin bahwa orang yang Guan bawa adalah teman kerja baru nya yang mengisi kubikel kosong itu.

"Seneng lihat lo bahagia lagi hari ini. Karena apa? Karena gue bawa Rio buat jadi rekan kerja lo di ruangan ini." Dengan santainya Guan berceloteh ria dihadapan nya.

Guan tak pernah tau bahwa Ify mati-matian mengenyahkan Rio dari hidupnya. Tapi Guan malah membawa lelaki itu kehadapan nya. Setan memang.

"Nah Rio, ini ruangan lo sekarang. Lo di bagian produksi bareng Ify. Karena gue tau, cuti lo udah kelar dan lo juga udah wisuda satu minggu yang lalu. Keep going on brader!!" Celoteh Guan lagi. Ify masih tak percaya dengan kenyataan yang ada. Ternyata selama ini Guan bohong padanya.

"Jadi lo bohongin gue?" Tanya Ify tak habis pikir. Guan terkekeh manis.

"Gue gak bilang kalau Rio cuti--, "

"Tapi lo bilang kalau Rio udah gak bekerja disini lagi!"

"Iya gak bekerja dalam jangka waktu tertentu karena ngurusin beban hidup nya." Lirik Guan pada Rio yang membuat wajah lelaki itu masam.

"Tapi--"

"Ah, udah berisik! Gue mau kerja!" Putus Rio melerai keduanya. Ify menghela nafas berat. Susah untuknya move on kalau begini.

"Sampai jumpa saat makan siang gaes!! Nanti gue ke sini lagi." Pamit Guan tanpa beban. Lelaki jangkung itu menutup pintu ruangan dengan riang.

Kini tinggallah Ify dan Rio, mereka saling diam. Lebih tepatnya Ify tak ingin bersuara. Padahal terakhir mereka bertemu dan berpisah tak terjadi permasalahan dan berpisah mereka juga cukup harmonis. Tapi kenapa sekarang dirinya malah seperti orang yang pernah ditinggal dengan luka?

Atau memang benar itu luka? Luka yang berkali kali tersayat oleh Keingintahuan nya sendiri dan berakhir perih tak terobati.

"Ehm Ify." Panggil Rio.

"Ya?" Ify mencoba mengalihkan pandangannya ke komputer.

"Kamu sejak kapan kerja disini?"

"Pertanyaan basi. Kenapa ga nanya ke Guan aja. Ganggu gue lo!" Bisik Ify malas. Tapi hatinya senang.

"Gak tau, mungkin udah lewat tiga bulan atau lenih." Jawab gadis itu acuh.

"Kamu gak ngasih aku selamat udah wisuda?"

"Oh iya, selamat ya Rio. Selamat akhirnya wisuda juga." Kata Ify sedikit penekanan. Meskipun itu menyakitkan bagi Rio karena seperti tersindir tapi biar lah. Ia tak ambil pusing.

HIGH HOPESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang