Harapan Baru

60 49 25
                                    

“Saat dekat, aku mencintaimu melalui dekapan. Bahkan saat jauh pun, aku akan tetap mencintaimu walau sekedar dalam do'a”

Matahari mulai menampakkan warna jingga, saat Pak Joko datang dari sawah. Dia meletakkan cangkul di samping Rumah, lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Seusai mandi, pria setengah baya itu bergegas ke dapur dan memanaskan air untuk meramu kopi yang akan terseduh bersama kerinduannya kepada sang putri.

Sudah 2 hari putrinya itu meninggalkannya sendiri. Setiap bangun tidur, Pak Joko sering memanggilnya untuk sarapan pagi, meski pada akhirnya dia menyadari ketiadaan putrinya disampingnya. Pak Joko merasa kesepian. Dia juga khawatir akan keselamatan Ana. Tak ada henti-hentinya dia memanjatkan doa agar Tuhan melindungi dan mengembalikan Ana kembali ke pelukannya.

“Assalamu’alaikum, Paman.” Seorang gadis memanggil salam dan tersenyum di depan pagar rumah Pak Joko. Pak Joko yang kebetulan sedang minum kopi di halamannya, segera menyambut gadis itu dan mempersilakan masuk.

“Wa’alaikumussalam, Dania. Ayo masuk, Nak.”

Gadis dengan mata lebar itu masuk dan duduk di samping pak Joko.

“Paman, bagaimana keadaan Bang Abi?”

“Entahlah, Nak. masih tetap tidak ada kemajuan apa-apa.”

“Lalu, bagaimana dengan Kak Ana? Apa Kak Ana gak ngabarin Paman?”
Pak Joko menggeleng sambil tertunduk lesu.

“Ya udah Paman. Paman yang sabar dan berdoa saja untuk kesembuhan Bang Abi dan keselamatan Kak Ana.”

“Terimakasih ya Dania. Kamu sudah sering ngunjungi Paman disini. Kamu juga sering mengkhawatirkan Abi.”

“Sama-sama, Paman. Oya, aku boleh jenguk Bang Abi ke dalam?”

“Iya boleh.”

Pak Joko mengajak Dania masuk untuk melihat keadaan Abi. Dania adalah anak dari tetangga Pak Joko. Orangnya baik dan santun. Sewaktu kecil, dia sering bermain dengan Abi dan Ana. Namun saat beranjak dewasa, dia ikut paman dan bibiknya ke Malang, dan baru kembali 2 hari yang lalu.

Dania sangat terkejut saat mengetahui keadaan Abi yang koma. Dia merasa prihatin terhadap musibah yang menimpa pak joko dan keluarganya. Dania berjanji akan selalu menjenguk pak joko dan abi setiap hari.

“Paman, kalau Dania boleh tahu, sebenarnya kejadiannya seperti apa sih, Paman?”

“Ceritanya Panjang, Nak. Kalau kau ingin mendengarnya, kau datang lagi besok. Sekarang sudah sore, Paman harus membersihkan badan Abi. Sebaiknya kamu pulang saja dulu.”

Dania mengangguk. Dia tidak mungkin memaksa pak joko untuk menceritakan kejadian itu saat ini, dan waktunya memang tidaklah tepat.

“Ya udah, Paman. Dania pamit pulang ya. Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam.”

Dania menyalimi tangan pak joko dan bergegas pulang. Sementara itu, Pak Joko memanaskan air dan menyiapkan handuk serta mangkok untuk membersihkan badan Abi.

“Ayo sadarlah, Nak. Adikmu sedang berjuang untuk kesembuhanmu. Kau juga harus berusaha untuk bangun.” Pak Joko mengusap rambut Abi yang mulai memanjang karena tidak dipotong.

REYANA (The Secret Of Edelweiss)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang