“Terkadang, kita hidup di dunia ini terlalu egois. Kita hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri, atau meratapi penderitaan yang dirasakan diri sendiri. Tanpa mau melirik ataupun melihat bagaimana orang lain mencari kebahagiaan dan mengatasi penderitaanya, yang bahkan terkadang kebahagiaan dan penderitaan mereka bisa bersumber dari kita. Don’t selfish”
Keira menangis tersedu saat sudah semalaman tim SAR tak mampu menemukan Rey. Entah menghilang kemana kakak sepupunya itu, tapi dia merasa seolah tak ada harapan untuk Rey ditemukan di gunung sebesar Semeru.
“Gimana kalau Kak Rey gak ditemukan? Aku harus bilang apa pada keluarganya?” ujar Keira sembari mengacak rambutnya frustasi.
“Kamu tenang saja ya, ini baru semalam. Rey pasti ditemukan kok, perbanyak doa aja,” jawab Atta yang selalu dan selalu berusaha menenangkan Keira.
Tiba-tiba saja ada dua orang laki-laki yang menghampiri mereka berdua.
“Halo Mas, Mbak. Benar kalian adalah teman-teman Mas Rey waktu mendaki?” tanya salah satu dari laki-laki tersebut.
Keira segera bangun dari duduknya dan mengangguk mantap,”Iya benar. Apa ada kabar tentang teman kami?” tanya Keira.
“Belum ada kabar baik, Mbak. Kami harus mengetahui lebih detail dimana terakhir korban menghilang. Apa kalian bisa memberitahu kami? Agar lebih memudahkan kami dalam melacak keberadaan korban.”
Keira menggigit bibir bawahnya, karena dia pribadi tidak mengetahui dimana detail Rey menghilang. Dia menoleh pada Atta. Atta hanya mengedikkan bahu dan mengeelengkan kepalanya pelan.
“Apa kalian juga tidak tahu dimana korban menghilang?” tanya salah seorang yang berbadan tegap, karena tak mendapat respon dari Atta maupun Keira.
Keira menggeleng lemah.
“Loh, kenapa bisa tidak tahu, bukankah kalian temannya?”
“Kami memang temannya, Pak. Tapi saat itu posisinya kami berada di Ranu Kumbolo dan tidak melanjutkan pendakian. Sedangkan dia terus melanjutkan pendakian bersama satu teman kami lagi,” ucap Atta berusaha menjelaskan pada dua laki-laki yang merupakan tim SAR itu.
“Dimana teman kalian yang satunya?”
Atta dan Keira saling melirik, karena mereka telah mengusir Ana dan menyuruhnya pulang, “Kami menyuruhnya pulang, Pak.” Jawab Atta ragu-ragu.“Lah, ada apa Mas? Kenapa menyuruhnya pulang? Kalau kalian ada masalah, coba selesaikan dengan baik. Ini bukan masalah sepele, ini masalah nyawa yang harus kami selamatkan. Jika kami tidak mengetahui informasinya dengan detail, maka peluang kami untuk menemukan teman Mas akan sangat kecil.” Atta dan Keira mendapat amarah dari tim SAR itu.
“Baik, Pak. Kami akan mencari dia,” ujar Atta yang langsung mendapat senggolan dari Keira. Dia tidak setuju jika harus mencari Ana lagi.
“Cari secepatnya, Mas. Karena kami sangat membutuhkan informasi dari dia.”Setelah mengatakan itu, kedua orang tersebut langsung berlalu dari hadapan Atta dan Keira.
Keira memanyunkan bibirnya merasa tidak setuju dengan pendapat Atta untuk mencari Ana.
“Sayang, kita tidak boleh egois. Ini demi keselamatan Rey,” ucap Atta berusaha membujuk Keira.
“Tapi aku tidak mau mencari perempuan gak tau diri itu dan meminta tolong sama dia. Aku tidak mau berhutang budi sama dia,” ujar Keira masih merasa kesal.
“Kita tidak perlu berhutang budi, sayang. Seharusnya dia yang berhutang budi karena sudah dibantu sama kita. Sudah jadi tanggung jawab dia untuk ikut mencari dan menyelamatkan Rey.”
KAMU SEDANG MEMBACA
REYANA (The Secret Of Edelweiss)
RomanceSaat seorang gadis bernama "Anaphalis Javanica" harus menghadapi kemarahan Semeru karena dosa orang tuanya di masa lalu. Sedang dirinya harus mengambil bunga edelweiss dari gunung itu untuk menyembuhkan seseorang yang berjasa dalam hidupnya. Sampai...