"Restart"

27 4 1
                                    


"Andai bisa kukembalikan seperti semula, maka akan kupilih jalan hidup tanpa menghadirkan kamu. Tetapi jika aku bisa mempercepat waktu, akan aku buat kisah kita berakhir dengan sempurna." -Anaphalis Javanica


1 Bulan Kemudian

Hai, Rey …
Apa kabar? Apa keadaanmu sudah membaik saat ini? Aku sungguh merindukanmu. Satu Bulan lamanya aku menahan diri untuk tidak melihatmu dan menanyakan keadaanmu. Jujur itu adalah hal paling sulit yang harus aku lakukan selama hidupku.

Berpura-pura tidak merindukan itu menyakitkan, Rey.

Kau tahu? Selama satu bulan ini hidupku terasa menyebalkan. Tidak ada aktivitas yang benar-benar membuatku bisa melupakanmu. Kau selalu hadir di setiap kekosongan yang kurasakan.

Hari ini merupakan penantian terakhir sebelum aku menemuimu. Sunggguh Rey, 24 jam serasa 1 tahun untuk dijalani. Semoga disana kau baik-baik saja. Dan tentu aku berharap, setelah kita bertemu, kau akan mengenaliku dan tersenyum padaku.

Dari aku yang mencintaimu.
Ana.

Ana melipat kertas putih berbentuk segi empat yang sudah ia oretkan tinta hitam di atasnya. Kemudian dia mengambil sebuah botol yang sudah dipenuhi kertas-kertas serupa. Kertas-kertas itu adalah surat yang Ana tulis untuk Rey selama satu bulan lamanya. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menumpahkan kerinduannya pada kertas putih itu.

“Ini hadiah untukmu Rey, agar kau tahu betapa tertatihnya aku tanpa ada kamu, dan betapa kau sangat aku rindukan selama ini. Aku ingin kau membaca ini Rey. Setidaknya jika kau tidak bisa kembali mengingatku, kau akan mengetahui bahwa ada seseorang yang begitu peduli dan mencintaimu.” Ana meletakkan botol berisi surat-surat itu ke dalam tas nya. Hari ini dia akan bersiap-siap untuk berangkat menemui Rey ke Malang, seperti yang telah dijanjikan Keira sebulan yang lalu.

Ana membereskan beberapa baju untuk pakaian ganti. Dia juga membawa ikat kepala Rey yang sempat diberikan padanya sewaktu mendaki gunung, dengan itu Ana berharap Rey dapat mengingatnya kembali.

“An, sudah siap?” tiba-tiba Abi muncul di balik pintu kamar Ana.

Ana mengangguk lemas, “Iya sudah siap, Bang.”

“Kok adik Abang lemes banget sih. Bukannya seharusnya bahagia karena akan ketemu Rey?” ucap Abi sembari mengacak-acak rambut Ana.

“Ana memang seneng bakal ketemu lagi sama Rey. Tapi Ana juga takut Bang. Ana takut terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi disana. Ana takut Rey benar-benar tidak mengenali Ana. Bahkan Ana takut Rey bakal ngusir Ana nanti.”

“Hustttt, kamu ngomong apa sih, An? Jangan berpikiran negatif dulu. Abang yakin Rey pasti mengenali adik Abang yang cantik ini,” ujar Abi menggoda Ana yang terlihat cemberut.

“Apaan sih.”

“Cieee yang malu dipuji cantik.”

Ana menyenggol lengan Abi kesal lalu melenggang pergi. Sedang Abi hanya tertawa mengikuti langkah adiknya.

###################

Sekitar jam 4 sore Ana sampai di kota yang memiliki julukan “Kota Dingin” itu. Ana mengeratkan jaketnya sembari menyusuri jalanan yang sama sekali belum dikenalinya. Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba sebuah motor datang dari arah yang berlawanan menghampiri Ana.  

REYANA (The Secret Of Edelweiss)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang