“Saat sebuah harapan tak lagi mampu memberikan kepastian, Berusahalah. Mungkin usaha akan memberikan jalan. Saat usaha tak lagi menunjukkan keberhasilan, Berdoalah. Mungkin doa akan memberikan keberuntungan. Saat doa tak kunjung diijabah, Tawakkallah. Mungkin tawakkal akan membuat hatimu lebih bersabar untuk menunggu kepastian itu datang.” -Anaphalis Javanica.
Rey dan Ana melanjutkan pendakiannya menuju puncak. Tinggal beberapa langkah lagi mereka akan sampai di puncak tertinggi gunung jawa. Rey tersenyum bahagia meskipun peluhnya mengucur begitu deras. Melewati jalur yang sulit dengan kondisi tubuh yang sedang sakit bukanlah hal yang mudah, tapi Rey mau bertahan dalam kondisi itu.
Sedangkan Ana, ia terlihat begitu bersemangat didepan Rey. Tangannya tak lepas menggenggam tangan Rey dan sesekali membantu menariknya saat Rey kelihatan tak kuat untuk berjalan. Ia sadar, kondisi Rey sedang tidak baik-baik saja, dan dia harus melindungi Rey dengan segala kekuatan yang masih tersisa di tubuhnya.
Mereka berdua sama-sama merasakan kelelahan yang luar biasa, setiap sendi dan tulangnya terasa remuk, tetapi mereka mampu bertahan karena memikirkan kebahagiaan masing-masing. Rey bertahan dengan rasa sakitnya agar mampu membawa Ana mencapai puncak Mahameru, dan Ana bertahan dengan rasa lelahnya agar mampu membawa Rey dengan selamat.
“Rey, kamu harus bertahan,” ujar Ana saat merasakan pegangan tangan Rey mulai melemah.
Rey menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa bertahan, tetapi tenaganya benar-benar terkuras. Rasa sakit di perutnya membuat Rey lebih cepat kelelahan daripada biasanya. Rasa mual pun mulai menyergapnya, mungkin karena tubuhnya mulai kekurangan cairan.
“An, a-air … ” ucap Rey terbata. Kepalanya terasa pusing dan matanya mulai terasa berat.
“Air? Sebentar saya ambilkan Rey.”
Ana merogoh kantong celananya yang berisi botol air minum. Ia segera menyerahkannya pada Rey dengan tangan kirinya, karena tangan kanannya masih menggenggam tangan Rey dengan erat.
Belum sempat botol air itu sampai di tangannya, tiba-tiba tubuh Rey jatuh terkapar. Ana berteriak saking paniknya dengan keadaan Rey yang tiba-tiba pingsan, sedangkan posisi mereka sedang berada di jalur yang menanjak. Ana menelungkupkan tubuhnya sendiri untuk bertahan, ia semakin mempererat pegangannya di tangan Rey.
Di jalur yang sulit itu, selain mempertahankan keseimbangan tubuhnya sendiri, Ana harus mempertahankan pegangannya pada Rey agar ia tak terjatuh.
Tiba-tiba saja air mata merembes di pipinya yang putih. Ana benar-benar merasa itulah cobaan tersulit yang ia hadapi. Ia harus mempertahankan nyawanya dan juga nyawa Rey sekaligus, sedangkan tubuhnya tak lagi kuat untuk lama-lama bertahan dalam posisi itu. Tapi ia juga tak punya pilihan lain, ia tak mungkin melepaskan Rey dan membiarkannya celaka. Ia juga tak bisa meminta pertolongan karena para pendaki lain belum sampai di titik itu.
Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah bertahan. Ia harus bertahan sampai Rey sadar dari pingsannya. Atau ia harus bertahan sampai ada orang lain yang mau menolongnya. Atau jika ia tak bisa bertahan dengan keduanya, ia harus jatuh bersama Rey dan menyerahkan segalanya pada ketentuan yang Kuasa.
Ana mengusap air matanya kasar. Tangannya sudah mulai kram dan tak bisa digerakkan. Ingin berpegangan pun ia tak bisa, karena ia berada di jalur yang hanya terdapat pasir saja. Tangan kanan yang ia gunakan untuk menahan tubuh Rey pun seperti tak lagi berdarah. Ana menangis dalam pasrah.
“Rey, bangun …” ucapnya sembari menahan sesenggukan. Ia merasa perjuangannya sejauh ini akan gagal jika Rey masih tak membuka matanya.
Tiba-tiba saja beberapa batu menggelinding dari atas. Dengan senter kepalanya, Ana bisa melihat batu itu kecil-kecil tetapi berjumlah banyak. Ana segera menghadang jalan batu itu agar tak terjatuh mengenai kepala Rey, tetapi akibatnya kepalanya sendiri harus terkena guyuran batu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYANA (The Secret Of Edelweiss)
RomansaSaat seorang gadis bernama "Anaphalis Javanica" harus menghadapi kemarahan Semeru karena dosa orang tuanya di masa lalu. Sedang dirinya harus mengambil bunga edelweiss dari gunung itu untuk menyembuhkan seseorang yang berjasa dalam hidupnya. Sampai...