“Ranu Kumbolo yang indah, akan lebih memabukkan jika senyummu ditaburkan disana.”
-Reynaldi Luis Ginting.Dari kejauhan terlihat gemerlap cahaya laksana bintang, tetapi bukan di langit, melainkan di bumi. Cahaya itu berasal dari tenda-tenda para pendaki di pinggir danau Ranu Kumbolo. Keira berteriak kegirangan karena sebentar lagi mereka akan sampai di surganya gunung Semeru.
Ranu kumbolo berada di ketinggian 2.395 mdpl, dengan luas sekitar 12 hektare. Ranu kumbolo menjadi danau terbesar dan terindah dari semua danau dalam Kawasan TNBTS, dan tentunya yang paling banyak disukai para pendaki.
Rey dan teman-temannya tiba disana tepat pukul 19:30. Mereka langsung mendirikan 2 tenda. Satu untuk Rey dan Atta, dan satunya lagi untuk Ana dan Keira. Disana sudah banyak sekali tenda-tenda yang didirikan oleh pendaki-pendaki yang lain.
Ana duduk didepan tendanya sembari memperhatikan air Ranu Kumbolo yang begitu tenang. Semilir angin malam menyapu lembut kulitnya yang tak berpelindung. Sengaja ia tinggalkan jaketnya didalam tenda agar ia terbiasa pada kedinginan yang mencekam. Ia menyadari bahwa fisiknya harus kuat untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi selama pendakian.
“An, kenapa duduk disini? Gak kedinginan tah?” tiba-tiba Keira menghampirinya dan ikut duduk disampingnya.
“Dingin.”
“Lalu kenapa kamu tidak memakai jaket? Aku saja yang memakai jaket kedinginan loh,”
“Aku harus terbiasa dengan dingin ini.”
“Kenapa?”
Ana menggeleng, dia rasa tidak perlu menjelaskan apapun pada Keira. Dia juga tidak akan mengerti.
“Kamu kenapa sedingin ini? Aku sudah menganggapmu sebagai teman. Apa kamu tidak menganggapku teman juga?” tiba-tiba nada suara Keira terdengar serius.
Ana menoleh dan tersenyum samar, “Aku menganggapmu teman, Kei. Tapi, ada hal yang tidak perlu kamu tahu tentang kehidupanku.”
“Baiklah,” ujar Keira, “Aku tidak memaksamu untuk menceritakan apapun padaku. Aku hanya ingin kamu bersikap seperti seorang teman kepada temannya. Terutama kepada Kak Rey. Dia telah membantumu sampai di titik ini,” lanjutnya.
Ana mengangguk. Dia mengerti maksud Keira. Dia tidak akan pernah melupakan bantuan Rey untuknya.
“An, aku ingin membocorkan satu rahasia kepadamu.” Keira menatap lurus ke depan, seakan-akan dia sedang menerawang jauh ke masa lalu.
Ana hanya menyimak apa yang akan Keira ceritakan kepadanya.
“Aku tau, ini tidak pantas aku ceritakan. Dan mungkin ini akan terdengar lucu di telingamu. Tapi, kamu harus tau kalau aku sangat menyayangi kakakku, dan aku tidak ingin ada seseorang yang menyakitinya,” Keira menarik napas Panjang lalu melanjutkan perkataannya,
“Kak Rey itu seorang lelaki yang sangat penyayang. Hatinya tulus dan lembut. Dia tidak akan tega apabila melihat seorang perempuan berada dalam kesulitan. Dia akan mengorbankan apapun demi membantu perempuan itu, termasuk kebahagiaannya sendiri. Tapi kebaikannya itu terkadang disalahgunakan oleh orang lain. Dan yang harus kamu tahu, dia punya trauma di masa lalu dalam percintaannya. Aku tau, aku ngelantur ngomongin percintaan Kak Rey sama kamu. Tapi aku hanya takut, An. Aku takut kejadian di masa lalunya terulang kembali. Jadi, aku mohon jika suatu saat kamu ataupun Kak Rey ada “something”, aku mohon jangan pernah sakitin dia.” Keira mengakhiri perkataannya dengan lugas, seakan-akan dia sudah merencanakan semua itu untuk ia ucapkan.
Ana merasa bingung dan tidak mengerti arah pembicaraan Keira, pasalnya dia tidak punya perasaan apapun pada Rey, begitupun Rey kepadanya.
“Kei, kamu ngomong apa? Aku dan Rey tidak ada hubungan apa-apa. Kita tidak punya perasaan special kepada masing-masing.”
KAMU SEDANG MEMBACA
REYANA (The Secret Of Edelweiss)
RomanceSaat seorang gadis bernama "Anaphalis Javanica" harus menghadapi kemarahan Semeru karena dosa orang tuanya di masa lalu. Sedang dirinya harus mengambil bunga edelweiss dari gunung itu untuk menyembuhkan seseorang yang berjasa dalam hidupnya. Sampai...