12. Mimpi

1.3K 148 20
                                    

Mungkin kamu tak seberuntung orang lain, tapi orang lain belum tentu sekuat kamu.
~

Andra dan Reyhan kini sedang memeriksa isi rumah. Reyhan sudah lama menyiapkan rumah ini. Bahkan untuk desain interiornya, Reyhan memilikimu dengan teliti. Dengan harapan Andra akan betah tinggal disini.

Rumah ini luas dan memiliki tiga lantai. Andra merasa rumah ini akan sepi jika hanya dirinya dan Reyhan yang menempati. Andra melihat kamar utama yaitu kamarnya dengan Reyhan, Andra sangat menyukai kamar yang memiliki balkon. Semua yang ada di rumah ini sesuai keinginannya.

Andra juga dibekali dua pelayan yang akan membantu mengurus rumah ini. Jangan lupa beberapa bodyguard yang akan stand by menjaga setiap saat. Andra juga rindu kebebasannya seperti yang dia lakukan di Paris.

Ponsel Reyhan tiba-tiba berdering, menandakan telpon masuk. "Halo ma," ternyata yang menelpon Reyhan adalah Mira. Raut wajah Reyhan berubah menjadi panik setelah beberapa saat mengangkat telpon.

Reyhan mendengar suara isak tangis mamanya dari sana. "Mama kenapa?" tanya Reyhan kawatir. Mira mengatakan kalau Mirna sedang kritis di ruang ICU. Setelah memutuskan telpon dengan mamanya Reyhan mengajak Andra untuk ikut ke rumah sakit.

~~~

Sesampainya di depan ruang ICU mereka melihat Mira yang sedang menangis, Reyhan langsung menghampiri dan memeluk mamanya. Andra juga merasa prihatin, dia mendoakan semoga adik mama mertuanya cepat melewati masa kritisnya.

"Tenang ma, kita berdoa semoga tante Mirna bisa lewatin masa kritisnya," Reyhan mengelus punggung sang mama sebagai upaya untuk menenangkan beliau. Tak lama kemudian Hendra datang lalu menggantikan posisi Reyhan untuk menenangkan Mira.

Reyhan menghampiri Andra yang sedang duduk. "Kamu ngak papa kan kalau kita disini sementara?" tanya Reyhan. "Ya ngak papa dong, kita harus suport mama dan doain semoga tante Mirna baik-baik aja," jawab Andra. Reyhan beruntung sangat pengertian padanya.

Seorang anak kecil berusia kira-kira 6 tahun datang menghampiri mereka dengan seorang wanita yang sepertinya pengasuh anak itu. "Tante, mamanya Bryan pasti sembuh kan?" ucap anak itu dengan tangis dari bibir mungilnya.

Mira semakin menangis melihat wajah Bryan, saat ini Mira tak bisa menjanjikan apapun kepada anak ini. Bryan sudah cukup menderita karena ayahnya meninggal saat usianya 2 tahun. "Kita doain mama ya," ucap Mira.

Andra merasa simpati kepada anak kecil itu dan berusaha mendekatinya. "Ha jagoan," sapa Andra, anak kecil itu menatap Andra bingung tapi dia melihat Reyhan di belakang Andra. "Tante ini siapa om?" walaupun Bryan sepupu Reyhan tapi karna usia mereka yang terpaut jauh Bryan tak mungkin memanggil Reyhan dengan sebutan kakak.

"Tante cantik ini istri om," jawab Reyhan. "Kaya mama sama papa?" tanya Bryan dan Reyhan mengangguk. Reyhan bisa tau kenapa Andra sangat simpati kepada Bryan, jika diingat lagi usia Bryan sama dengan usia calon anak mereka jika masih hidup.

Reyhan melihat Andra cepat akrab dengan Bryan semulanya susah untuk berbaur dengan orang yang baru di kenal. Pemandangan yang dilihatnya saat ini seperti seorang ibu yang sedang menghibur anaknya.

Beberapa dokter dan perawat bergegas memasuki ruang ICU, hal itu semakin membuat Mira kawatir. Dia terus berdoa semoga adiknya bisa di selamatkan. "Mama bryan gapapa kan?" tanya Bryan kepada Andra. "Kita berdoa ya," Andra menuntun tangan Bryan untuk berdoa.

Dokter keluar dan menurunkan maskernya. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan berkata lain," ucap sang dokter. Mira luruh ke lantai dan menangis. Reyhan dan Hendra membantu Mira untuk berdiri, Mira masuk menghampiri adiknya. Jika dia tau lebih awal penyakit adiknya maka kejadiannya tidak akan begini, tapi percuma jika dia menyalahkan waktu.

"Ma, mungkin ini yang terbaik buat tante Mirna," ucap Reyhan walaupun dia tau mengikhlaskan tidaklah semudah itu. Sedangkan Andra berusaha menenangkan Bryan yang menangis keras. "Mama jangan tinggalin Bryan ma!!! Bryan ngak punya siapa-siapa kecuali mama," tangis Bryan.

"Mamaa Bryan mau sama mamaa hiks hiks, papa udah ninggalin Bryan waktu kecil, sekarang mama. Ngak ada yang sayang sama Bryan ma," hati Andra merasa sangat pilu melihat tangis Bryan yang sangat menyakitkan. Tangis Bryan sama dengan tangisnya 5 tahun yang lalu. Tangis kehilangan yang sangat mendalam.

Reyhan melihat Andra yang bergetar, Reyhan segera memeluk Andra untuk menenangkan nya. "Rey, kamu bawa Andra pulang," ucap Hendra. Reyhan menuruti perintah papanya, Andra akan tidak kuat jika melihat tangis Bryan semakin lama.

~~~

Sesampainya di rumah Reyhan langsung meminta Andra untuk istirahat. Pemakaman akan dilakukan besok karna hari sudah mulai senja. Reyhan melihat mata Andra yang terpejam damai. Reyhan tidak ingin melihat pancaran kesedihan lagi di mata ini. Reyhan mengecup kedua mata Andra yang sembab dan membiarkan Andra untuk istirahat.

Andra tidak tau sekarang dirinya ada dimana tapi tempat ini sangat bercahaya. "Mama," Andra mendengar suara anak kecil. "Mamaa," Andra mencari-cari dari mana suara itu. "Mama," seorang anak kecil menarik tangan Andra untuk menarik tangan Andra untuk melihat ke belakang.

"Mama," Andra bingung kenapa anak kecil ini memanggilnya mama. Andra berjongkok untuk menyamakan posisi dengan anak itu. "Mama aku cantik, jangan sedih-sedih ya ma. Ntar papa juga sedih," mata Andra berkaca-kaca melihat wajah anak itu yang mirip dengan Reyhan. Apa ini anaknya?

"Ini aku, anak mama, kemarin mama jenguk aku. Mama, aku udah senang kok disini, mama ngak boleh sedih. Mama harus jagain Bryan ma, kasihan dia," ucap anak itu sambil menghapus air mata di wajah Andra.

"Anak mama?" ucap Andra yang sedari tadi membeku, dan anak itu mengangguk dan tersenyum lalu memeluk Andra. "Mama harus kuat, jagain Bryan dia butuh mama. Mama jangan kawatirin aku ya," anak itu mencium pipi Andra setelah itu menghilang.

Reyhan melihat Andra menangis dalam tidurnya dia segera membangunkan Andra. "Ndra kamu kenapa? Bangun Ndra," Reyhan menepuk pelan pipi Andra supaya Andra terbangun. Andra terbangun dan langsung mencari sesuatu.

"Reyhan tadi ada anak kecil, dia panggil aku mama, Reyhan mana dia kamu ngak boleh sembunyiin dia," cerca Andra dengan napas yang tersendat-sendat. Reyhan yakin Andra tadi sedang bermimpi.

"Ndra, ngak ada siapa-siapa. Kamu itu mimpi," ucap Reyhan. Air mata luruh lagi, kenapa dia hanya bisa bertemu sebentar Andra sangat ingin memeluknya lama.

"Rey hiks tadi dia datang ke mimpi aku hiks dia panggil aku mama," Reyhan memeluk Andra yang menangis. "Hei, tenang dia ngak kemana-mana dia selalu ada disini," Reyhan menunjuk dada Andra.

"Di hati kamu, di hati kita," Reyhan tidak tahu jika pertemuan Andra dan Bryan tadi akan membuat Andra jadi seperti ini.

~~~

To be Continue

Part ini mengandung bawang

See You Next Part😉

Last Destination {sequel JAGM}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang