Fanny harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kelas Naya berada di lantai 2 sedangkan kelas Fanny berada di lantai 3, itu artinya setiap pulang sekolah Fanny harus menuruni tangga demi menghampiri Naya.
Jika seseorang berfikiran melakukannya sangatlah mudah namun hal itu justru tidak berlaku untuk Fanny, gadis itu tidak bisa membayangkan saat menghampiri Naya dan tidak ada satupun yang menemaninya.
Apakah keadaan akan baik-baik saja?
Fanny takut dengan penghuni XI IPA 1 yang konon dari cerita teman-temannya adalah orang-orang nakal terutama Alfin, Dzaki, dan Dewa.
Seperti saat ini, waktunya pulang sekolah dan Fanny harus menghampiri Naya.
Fanny menghembuskan nafasnya pelan mencoba meyakinkan bahwa ia pasti akan baik-baik saja, saat tiba didepan kelas XI IPA 1 ternyata pintu kelas Naya masih tertutup dan suasananya hening. Pertanda bahwa di dalam masih ada guru dan lagi-lagi Fanny harus bersabar lalu memilih untuk duduk di kursi memanjang yang berada di depan kelas XI IPA 1.
"Kelas lain aja udah pada kosong kenapa cuman kelas ini aja sih yang masih ada gurunya, jangan-jangan gue ditinggal Naya." Ucap Fanny bermonolog sendiri.
Pintu kelas tiba-tiba terbuka dan muncul-lah penghuni kelas itu, sontak Fanny menoleh dan pandangannya bertemu dengan Dzaki karena lelaki itulah yang pertama kali keluar.
"Nungguin siapa Fan? Alfin ya?"
Fanny menggeleng lalu tersenyum canggung. "Nungguin Naya," rasanya canggung sekali saat sudah berbeda kelas.
"Oh kenal Naya juga?"
"Sahabat gue"
Kemudian ada Dewa dan Alfin yang keluar dari kelas, Dzaki yang menyadari keberadaan kedua temannya itupun berpamitan ke Fanny sedangkan tatapan Alfin dan Fanny sempat bertemu tetapi lelaki itu memalingkan wajah begitu saja lalu mengajak kedua temannya bergegas ke kantin langganan mereka sebelum pulang ke rumah masing-masing.
"Alfin, kenapa lo ngga nyapa gue?" Batin Fanny menatap punggung Alfin dengan sendu berharap apa yang terjadi barusan hanya sebuah kebetulan dan bukan unsur kesengajaan.
"Yuk Fan!"
Suara Naya kembali menyadarkan Fanny. "Eh iya ayo," Fanny menggandeng lengan Naya untuk menuju ke parkiran sekolah.
Memang setiap berangkat ataupun pulang sekolah, Fanny selalu menggandeng lengan atau tangan Naya. Walaupun sebagian besar penduduk SMA Athala sudah kenal siapa Fanny Cheryl Griselda tetapi tetap saja Fanny masih merasa malu dan adanya Naya sebagai benteng Fanny.
Saat perjalanan pulang, Naya bercerita ia satu kelas dengan bad boy dan bag girl nya SMA Athala. Bahkan kelas XI IPA 1 dicap sebagai kelas ternakal seangkatan mereka, entahlah sepertinya saat ini hukum angka 1 tidak selalu berarti terbaik.
"Terus lo sekelas sama siapa aja Fan?" Walaupun masih dalam keadaan berkendara, Naya masih bisa fokus sambil berbicara dengan Fanny.
"Buruk Nay"
"Buruk kenapa emang?"
"Satu kelas sama dua mantan sekaligus plus sama cewek yang pernah dikejar-kejar sama mantan gue, apesnya lagi gue satu kelas sama Vanya, Nay, astaga mimpi apa gue semalem." Fanny berdecak pelan sedangkan Naya justru tertawa terbahak-bahak.
"Percaya atau nggak, dikelas lo yang sekarang, lo bakal ngadepin banyak masalah" Ucap Naya masih dengan tawanya.
Kini tawanya mulai mereda. "Terus-terus lo sama siapa duduknya?" Lanjut Naya.
"Sama Sandra, sumpah Nay kayaknya hidup gue kedepannya nggak bakal tenang."
Naya terkejut sejenak kemudian mencoba mengingat suatu hal. "Sandra Fan?" Ujar Naya dan dijawab deheman oleh gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanny
Teen FictionKisah tentang dua orang lawan jenis yang menjalin suatu hubungan persahabatan. Menghabiskan waktu berdua, saling bertukar gombalan, dan perhatian satu sama lain membuat hidup mereka seakan saling bergantung. 10 tahun mereka selalu bersama tetapi sam...