- 56

5 0 0
                                    

Pukul 01.00 dini hari, perjalanan masih terus berlanjut menuju tempat wisata karena diperkirakan akan tiba di sana pada waktu subuh.

Namun, keadaan di dalam bus A tidak sirna termakan waktu. Nyatanya, semakin pagi justru semangat mereka kian membara.

Sama halnya dengan sosok lelaki yang bernama Alfin, yang tengah mengamati sebuah foto di dalam galeri ponselnya, senyuman tipis terukir di wajah lelaki itu.

Bahkan, Alfin sampai tidak sadar jika Dewa melihatnya sedari tadi. Dewa hanya bisa tersenyum getir, ia tahu foto siapa yang sedang dilihat Alfin.

Mencintai satu wanita yang sama? Is another level of pain.

Dewa mengalah bukan berarti tidak tulus hanya saja sepertinya perasaan Alfin terhadap gadis itu jauh lebih besar dari miliknya.

"Diliatin mulu fotonya, disamperin kaga." Sindir Dewa yang membuat Alfin dengan gerakan cepat menonaktifkan ponselnya.

"Gue udah liat kali," lanjut Dewa.

"Ki, pinjem gitar!" Ucap Alfin tanpa mengindahkan Dewa.

Karena tempat duduk mereka hanya depan belakang jadi sangat mudah bagi Alfin meminjam gitar lelaki itu, jangan bertanya mengapa Alfin duduk bersanding dengan Dewa karena sudah pasti jika Dewa dipertemukan dengan Dzaki akan terjadi perang dunia.

Jrengggg

"Bulan terdampar di pelataran, hati yang temaram. Matamu juga mata-mataku, ada hasrat yang mungkin terlarang."

Dewa memulai lebih dulu padahal gitar belum sempat dimainkan, membuat Alfin menoleh ke arah lelaki itu dengan wajah terkejut namun detik berikutnya Alfin tersenyum tipis lalu ikut menyanyikan.

"Satu kata yang sulit terucap hingga batinku tersiksa. Tuhan, tolong aku jelaskanlah perasaanku berubah jadi cinta."

Alfin tampak lihai memainkan gitar sembari bernyanyi membuat banyak pasang mata mengarah pada mereka seolah tertarik dengan lirik lagu yang mereka nyanyikan, salah satunya sohib mereka.

"TAK BISA HATIKU MENAFIKAN CINTA!" Sahut Dzaki.

"Karena cinta tersirat bukan tersurat." Alfin dan Dewa tanpa sengaja kompak bernyanyi di lirik itu.

"Meski bibirku terus berkata tidak, Mataku terus pancarkan sinarnya." Dewa bersenandung dengan senyum smirk nya yang ia perlihatkan pada Alfin.

Alfin memejamkan matanya seolah tengah menikmati lirik demi lirik lagu itu dengan gitar dipangkuannya. "Kudapati diri makin tersesat saat kita bersama, desah napas yang tak bisa dusta.."

"PERSAHABATAN BERUBAH JADI CINTA!" Dewa dan Dzaki terlihat sangat heboh saat menyanyikan lirik barusan.

"YOK SEMUANYA IKUT NYANYI YOK!" Ucap Dzaki sembari mengangkat tangannya seolah menginstrupsi seluruh penumpang bus agar menyanyi bersama namun ternyata tingkah lelaki itu membuat mereka tertawa.

"Satu kata yang sulit terucap, hingga batinku tersiksa." Lanjut Sherly dengan suara merdunya.

"Tuhan, tolong aku jelaskanlah. Perasaanku berubah jadi cinta." Kini giliran Bara.

"Tak bisa hatiku menafikan cinta, karena cinta tersirat bukan tersurat. Meski bibirku terus berkata tidak, mataku terus pancarkan sinarnya." Dari dalam bus, suara mereka terdengar meriah hingga membangunkan Fanny yang tadinya tengah tertidur pulas.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang